Resensi Buku: Meraba Indonesia


Meraba Indonesia Ekspedisi “Gila” Keliling Nusantara. Itu lah judul buku ini. Ditulis oleh Ahmad Yunus, seorang wartzawan berpengalaman. Buku yang memuat kisah perjalanan keliling Indonesia sang penulis bersama seorang wartawan senior, Farid Gaban, selama hampir setahun dengan berkendara motor tua. Perjalanan yang mereka sebut sebagai Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa.

“Mengenal lebih dekat, lebih rekat… Mencintai Indonesia apa adanya”, yang tertulis di sampul buku, memang menjadi tujuan Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa. Tidak hanya pulau-pulau besar yang dijelajahi, namun juga pulau-pulau di batas negeri mereka sambangi. Tidak hanya keindahan alam nusantara yang disaji, namun juga kisah-kisah kehidupan sebenarnya dari para penghuni negeri yang digali. Bersiap berpetualang ketika membaca buku ini. Narasi yang ditulis oleh Ahmad Yunus benar-benar mampu membawa saya ikut ke dalam perjalanan mereka sekaligus berempati dengan kisah-kisah kehidupan yang diceritakan.

Dari Jakarta, pusat segalanya di Indonesia, Ahmad Yunus memulai perjalanannya, melibas Sumatra. Menuju Lampung, menyeberang ke Enggano, bergerak ke Bukit Tinggi, berlayar ke Nias, bergerak lagi menuju Pulau Weh, sampai berpetualang di Selat Malaka yang kisah mereka bertemu bajak laut sukses membuat saya ingin berontak marah, dilanjutkan dengan perlayaran ke Pulau Midai yang berbatasan dengan Vietnam, sampai kemudian berakhir di Pulau Natuna yang berbatasan dengan Malaysia.

Perjalanan berlanjut menyusuri garis Khatulistiwa dari Pontianak, Ketapang, Pulau Karimata, Singkawang, menerobos lautan sawit menuju Palangkaraya, hingga berakhir di Pulau Nunukan dan Sebatik yang berbatasan dengan Malaysia.

Dari Borneo menuju ke Sulawesi. Mendarat di Pare-pare, bergerak ke Makasar, bercengkerama dengan seniman kapal Phinisi di Bulukumba, menyeberang ke Pulau Selayar, mengunjungi Kepulauan Takabonerate, Wakatobi, sampai pula ke pulau paling utara milik Indonesia, Miangas, yang berbatasan dengan Filipina. Dan berlanjut menuju Kepulauan Maluku, bumi Papua, menjelajah sampai Pulau Rote, dan ke Flores.

Entah berapa banyak tempat yang sudah dijelajahi oleh Ahmad Yunus. Mulai dari tempat yang tidak asing bagi benak saya, sampai yang benar-benar baru tahu ketika membaca buku ini. Kisah-kisah hasil jelajah dan interaksi dengan masyarakat lokal yang diramu dengan data-data sejarah masa lalu ini benar-benar tulisan jujur yang menggambarkan Indonesia. Tulisan yang dibuat dengan hati dan rasa cinta tanah air yang membuncah. Membacanya membuat saya merenung, senang, sedih, bangga, dan seringkali marah -walaupun tidak tahu mau marah sama siapa-. Mengutip kalimat milik Soe Hok Gie “Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat…”, itu lah yang benar-benar dilakukan Ahmad Yunus.

Ada banyak sekali pernyataan Ahmad Yunus dalam buku ini yang menginspirasi saya. Salah satunya saya kutip dari halaman 305 berikut ini: “Jauh dari Jawa -pusat pembangunan Indonesia- memang membuat mudah merenung. Saya beruntung bisa mengenal tempat-tempat sejarah penting seperti dari jantung kolonialisme di Banda Neira, perlawanan di Aceh, hingga potret Indonesia hari ini. Betul memang, belajar pada kenyataan adalah guru terbaik.” Ya, saya pun merasa demikian. Walaupun saya tidak keliling Indonesia seperti Ahmad Yunus dan Farid Gaban di buku ini, saya juga merasa beruntung karena jauh dari Jawa dan bisa mengenal serta dekat dengan Aceh, bagian kecil dari Indonesia.

Dan setelah dipikir-pikir, nasionalisme saya, yang lahir dan tumbuh di Jawa, masih kalah jauh sekali dibanding dengan mereka yang hidup di pulau-pulau terluar Indonesia. Benar kata mbak Azizah,  “jangan ngomong nasionalisme deh, sebelom tau kondisi memprihatinkan di tapal batas .. Disana nasionalisme teruji.” Akhirnya, apa pun dan bagaimana pun, Indonesia adalah tanah air kita. Cintai apa adanya.

Judul             :  Meraba Indonesia
Pengarang   :  Ahmad Yunus
Terbit             :  Juli, 2011
Penerbit        :  Serambi Ilmu Semesta
Halaman       :  370 halaman