Wisata Alam: Air terjun Santi


Cerita kali ini adalah lanjutan dari cerita tentang Waduk Gunung Rowo. Sehari setelah saya bekunjung ke Waduk Gunung Rowo, saya berhasil mengajak seorang kawan untuk berkunjung atau lebih tepatnya mencari lokasi objek wisata lain di Pati, yaitu Air Terjun Santi atau sering juga disebut Air Terjun Tretes. Berawal dari cerita sebuah kawan tentang air terjun yang indah di sekitar Pegunungan Muria yang letaknya cukup tersembunyi, terbitlah rasa penasaran saya. Alhasil saya culiklah seorang kawan yang memang masih available untuk diajak kemana-mana.

Oke, yang kami tahu tentang lokasi air terjun itu adalah hanya nama desa dan jalan masuk awal untuk menuju kesana. Desa Gunungsari, Kecamatan Tlogowungu, Kabupaten Pati serta jalan masuk depan Puskesmas Trangkil lah yang jadi pedoman kami. Kalau memang nanti nyasar atau gak tau jalan ya udah lah nanya orang aja. Dan benar saja, beberapa kali kami harus bertanya dengan penduduk sekitar, terutama kalau ada persimpangan jalan.

Jalan raya sepanjang perjalanan

Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan hijau lembah Gunung Muria. Di kanan kiri terlihat lahan pertanian padi milik warga. Ada juga beberapa lahan perkebunan singkong dan kopi serta tanaman jati yang masih muda. Memang tanah di lembah Gunung Muria masih cukup subur untuk ditanami bermacam tanaman. Walaupun saya amati juga tampak bekas hutan yang gundul. Perjalanan semakin menjauhi permukaan laut ditandai dengan semakin sejuknya udara. Menyadari hal itu saya menghirup kuat-kuat udara segar sampai memenuhi paru-paru. Sekitar 50 menit berkendara motor, sampailah kami di desa Gunungsari.

Untuk menuju ke air terjun tersebut tidak bisa menggunakan motor. Jalan yang tersedia hanyalah jalan setapak kecil yang hanya bisa dilalui dengan jalan kaki. Maka kami titipkan motor di penitipan motor milik warga. Ada beberapa tempat bertuliskan “Titipan Motor”, namun tidak ada motor satupun disana. Mungkin karena hari itu bukan akhir pekan, jadi suasananya sepi.

Jalan setapak menuju ke air terjun

Berjalanlah kami menelusuri jalan setapak yang agak becek menuju lembah di pinggir sungai berbatu. Jalan setapak berupa tanah liat yang diguyur hujan malam sebelumnya membuat kami harus hati-hati agar tidak terpeleset. Saya sangat suka pemandangan yang ada disana. Dari atas terlihat undak-undakan sawah milik petani dengan dihiasi orang-orangan sawah dan plastik-plastik yang dibentangkan di pepohonan dan gubuk sederhana untuk menghalau burung pemakan padi. Di kejauhan terdengar gemericik air sungai yang mengalir jernih. Sepertinya hanya kami berdua yang berkunjung kesana. Yang kami temui di perjalanan hanya seorang bapak paruh baya yang sedang memperbaiki jalan setapak dengan cara mencangkuli dan menimbun dengan tanah. Mungkin biar jalannya jadi rata. “Ati-ati lho mas, dalane penthong”, beliau mengingatkan saya untuk berhati-hati. Sepertinya saya salah menggunakan sandal jepit. Sepanjang perjalanan menuju sungai sukses membuat sandal jepit saya menjadi tebal ditempeli oleh tanah liat.

Air Terjun Tretes

Perjalanan semakin mengasyikkan ketika kami harus menyusuri sungai berbatu. Walaupun medannya tergolong ringan, namun kami harus tetap hati-hati memilih pijakan batu dalam menyusuri sungai itu. Semakin dekat air terjun nampaknya. Suara gemuruh air jatuh mulai terdengar samar. Semakin lama semakin jelas terdengar. Dan sampailah kami di air terjun itu. Walaupun ternyata aliran air terjunnya tidak terlalu deras, tapi cukup membuat saya terpesona dengan keunikannya. Berbeda dengan air terjun lain yang saya kunjungi. Kebanyakan air terjun yang pernah saya kunjungi adalah berada di ujung sungai, namun air terjun ini berada di sisi sungai. Jadi di bawahnya ada sungai yang mengalir dari kanan kirinya. Airnya pun segar sekali. Seketika saya menyesal tidak membawa pakaian ganti. Yah, cukup dipuaskan saja lah bermain air tanpa mandi. Suara yang terdengar hanya gemuruh air terjun, gemericik air sungai, dan sesekali nyanyian burung membuat kami enggan beranjak. Beruntung kami datang pada saat hari biasa. Soalnya kalau akhir pekan, kata ibu pemilik rumah yang kami titipi motor, ramai sekali.

Berdasarkan hasil googling, ternyata Air Terjun Santi ini dinamai sesuai dengan nama dusun tempat air terjun itu berada. Air Terjun Santi ternyata juga terdiri dari 2 buah air terjun. Air Terjun Tretes yang kami kunjungi dan Air Terjun Jenar yang entah dimana letaknya. Coba pada waktu kami berkunjung dulu sudah mengetahui tentang Air Terjun Jenar, pastilah akan kami cari dan jelajahi juga. Mungkin lain kali saya akan mengunjungi Air Terjun Jenar.

Dan perjalanan kali ini kami akhiri dengan gembira. Gembira karena lembah Gunung Muria masih menyimpan keindahan alam yang memukau. Semoga alam Gunung Muria tetap terjaga selamanya.

Aliran air terjun

Petunjuk jalan menuju air terjun

Sungai berbatu

Sungai berdampingan dengan sawah hijau

Pemandangan persawahan dari atas tebing

Sungai nampak mengular di kejauhan

Saya di bawah air terjun