10 Things To Do in Banda Aceh


Banda Aceh adalah kota yang berada di paling ujung Pulau Sumatera. Apa yang ada dalam pikiran kawan-kawan ketika mendengar Banda Aceh? Tsunami? Syariat Islam? Atau Kopi? Ini lah sedikit yang saya bagi tentang 10 hal yang harus dilakukan ketika berkunjung ke Banda Aceh, menurut versi saya tentu saja. Kawan-kawan ada yang mau menambahkan?

Masjid Raya Baiturrahman usai maghrib

1. Berkunjung ke Masjid Raya Baiturrahman

Tidak sah pergi ke Banda Aceh kalau tidak menginjakkan kaki di Masjid terbesar di Aceh ini. Masjid yang berdiri pada tahun 1612 dan pernah terbakar habis karena agresi tentara Belanda pada April 1873 ini menampakkan aura kemahsyuran kerajaan Aceh yang pernah dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda ratusan tahun yang lalu. Dengan keunikan Aceh sebagai satu-satunya daerah di Indonesia yang melaksanakan hukum syariat islam, Masjid Raya Baiturrahman memiliki arti yang sangat penting bagi masyarakat Aceh. Berbagai macam kegiatan sosial dan acara peringatan hari besar agama islam di Banda Aceh sering kali dipusatkan di Masjid ini. Dan masihkah kawan ingat peristiwa tsunami tahun 2004 lalu? Masjid ini adalah bangunan yang berhasil selamat tanpa kerusakan yang berarti. Walaupun bangunan masjid ini sudah mengalami perubahan dari bentuk awalnya, kagumilah arsitektur bernuansa Maghul dan Timur Tengah. Naiklah ke menara masjid dan nikmati pemandangan kota Banda Aceh dari atas. Dan, bagi kawan-kawan muslim, jangan lupa menyempatkan diri untuk shalat jamaah di sana. Lebih-lebih apabila hari raya Idul Fitri atau Idul Adha, pengalaman shalat Ied di masjid ini benar-benar tak terlupakan.

2. Jejak Tsunami

Monumen Kapal di Atas Rumah, Gampong Lampulo

Setelah kejadian tsunami beberapa tahun lalu, di Banda Aceh muncul beberapa tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Beberapa di antaranya yang wajib dikunjungi adalah Monumen Kapal PLTD Apung dan Monumen Kapal di Atas Rumah di Gampong Lampulo. Monumen Kapal PLTD Apung terletak di Gampong Punge Blangcut, Kecamatan Jaya Baru. Kapal pembangkit listrik seberat 2600 ton ini ikut terseret gelombang tsunami dari Pelabuhan Ulee Lheue sejauh 4 km dan mendarat di perkampungan penduduk ketika gelombang sudah surut. Sedangkan monumen yang berada di Lampulo berupa kapal nelayan, terdampar di atas rumah di tengah perkampungan setelah terseret gelombang tsunami dan berhasil menyelamatkan 59 nyawa di atasnya. Kunjungi pula Museum Tsunami. Sarana pembelajaran tentang bencana tsunami ini sudah pernah saya tulis di sini .

3. Jejak Krueng Aceh

Krueng Aceh

Sungai yang membelah kota Banda Aceh ini adalah salah satu tempat bersejarah pada masa lalu. Aktivitas perdagangan ramai dilakukan pada jaman kerajaan dahulu kala. Di sepanjang sisi barat sungai bisa ditemui gedung Bank Indonesia yang berarsitektur tua. Situs-situs bersejarah lain bisa ditemui seperti Masjid Tgk. Dianjong dan beberapa jejak asal mula kota Banda Aceh di Gampong Pande, sebuah desa di hilir Krueng Aceh. Menyusuri sisi timur sungai, pejalan disuguhi kampung pecinan, Peunayong, yang memiliki suasana hingar bingar perdagangan. Ke arah hilir, pejalan bisa mampir ke pelabuhan kapal ikan Lampulo. Atau apabila lelah, sekedar duduk dan bersantai menikmati sore di taman tepi Krueng Aceh juga cukup untuk mengobati penat. Dan apabila jeli, para pejalan juga bisa melihat beberapa tugu tsunami yang dibangun dengan tinggi berbeda-beda sesuai dengan tinggi air pada waktu bencana tsunami. Nostalgia masa lalu dipadu dengan denyut kehidupan masa kini coba ditawarkan oleh Krueng Aceh dan sekitarnya.

4. Jejak Kerajaan Aceh

Makam Sultan Iskandar Muda

Perjalanan mengenal kebesaran Kerajaan Aceh bisa dilakukan di sekitar Museum Aceh yang berada di Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah. Di sana terdapat beberapa kompleks makam Raja-raja Aceh jaman dahulu, lonceng Cakradonya yang merupakan hadiah dari Laksamana Ceng Ho kepada Sultan Iskandar Muda pada masa lalu, serta makam Sang Sultan sendiri juga berada tak jauh dari kompleks Museum Aceh itu. Berjalan ke arah barat, tidak jauh dari Museum Aceh, ada sebuah taman bernama Gunongan. Dulunya taman ini dibangun oleh Sang Sultan sebagai tanda cinta kepada Putroe Phang, sang istri yang berasal dari Pahang, Malaysia. Bila masih ada waktu, berjalan lagi ke arah barat dan sila mengunjungi Makam Kherkoff, yaitu sebuah areal perkuburan Tentara Belanda yang tewas semasa Perang Aceh (1873-1904). Suasana yang cenderung sepi di tempat-tempat tersebut membuat pejalan bisa lebih khusyuk dalam melakukan napak tilas.

5. Menikmati Putroe Phang Art & Music Weekend Show

Putroe Phang Art & Music Weekend Show

Pada akhir tahun 2010, dalam rangka menyambut Visit Banda Aceh Year 2011, Pemerintah Kota Banda Aceh mengadakan pertunjukan acara kesenian yang diadakan di Taman Putroe Phang setiap hari sabtu dan minggu mulai pukul 16.00 WIB. Saya lihat acara ini cukup konsisten diadakan sampai sekarang. Usaha untuk mengenalkan budaya Aceh dari Pemerintah Kota yang patut diparesiasi. Berbagai macam pertunjukan dari berbagai lapisan generasi ada di sini. Seperti tarian adat Aceh, pertunjukan musik band dengan instrumen dan lagu-lagu khas Aceh, bahkan sampai debus pun dipertontonkan di sini. Tips dari saya, kalau berkunjung ke sini sebisa mungkin datang lebih awal. Karena tempat duduknya terbatas dan biasanya cukup ramai pengunjung.

6. Nongkrong di Canai Mamak

Roti Kari Ayam khas Canai Mamak KL

Sebuah cafe di bilangan Jalan Teuku Umar ini adalah salah satu tempat nongkrong kawula muda di Banda Aceh. Kalau diamati, hampir setiap sore, bahkan sampai malam pun, suasana di Canai Mamak ini selalu ramai. Ramai oleh para penikmat kuliner yang didominasi oleh para remaja. Cafe yang bernama lengkap Canai Mamak Kuala Lumpur ini memang istimewa. Pasalnya, makanan dan minuman yang dijual adalah makanan khas melayu semacam roti canai dengan bermacam rasa, roti kari, nasi briyani, dan teh tarik. Rasakan sendiri empuk dan lembutnya roti canainya serta ke-khas-an kuah karinya yang sangat berbumbu. Berbaurlah dengan para anak muda yang bercengkerama di sini. Nikmati pula suasana riuh yang hangat sambil menyeruput teh tarik.

7. Makan Mie Aceh di Mie Turis

Mie Udang Spesial dari Mie Turis

Apa kuliner yang paling terkenal dari Aceh selain Mie Aceh? Ada banyak tempat jual Mie Aceh yang enak di Banda Aceh. Kalau soal selera, mungkin tiap orang akan berbeda-beda. Namun, bagi saya yang sudah cukup lama tinggal di Banda Aceh dan sudah merasakan sebagian besar rasa Mie Aceh di sejumlah tempat, adalah Mie Turis yang paling enak. Berada di Jalan Tengku Nyak Arief, Peurada, lapak ruko ini sekilas tidak ada yang istimewa. Mungkin dari namanya juga masih kalah jauh apabila dibandingkan dengan nama besar Mie Razali atau Mie Midi. Tetapi untuk rasa, beberapa kawan yang saya ajak makan ke sana pun setuju dengan saya kalau Mie Turis paling enak. Enak karena memiliki bumbu yang lebih kental, lebih gurih, dan lebih spicy. Apabila kawan sempat berkunjung ke sini, harap bersabar dalam menunggu pesanan. Biasanya sih lumayan lama masaknya.

8. Kopi Solong

Berdiri sejak tahun 1974, tak berlebihan rasanya kalau saya sebut warung kopi Solong yang terletak di Ulee Kareng ini adalah tempat minum kopi yang legendaris di Banda Aceh. Walaupun banyak sekali warung kopi modern yang kini menjamur, kenikmatan minum kopi di Solong saya rasa belum terkalahkan. Bagi penikmat kopi sejati, Solong tetap menjadi pilihan utama. Sesap rasa khas kopi yang disajikan melalui saringan dari kain yang mirip kaus kaki yang kemudian dituang berpindah-pindah dari satu ceret ke ceret lain. Ditemani dengan penganan ringan seperti roti selai ataupun gorengan sambil membicarakan isu-isu sosial politik dengan kawan, kerabat, ataupun kenalan, menambah kenikmatan menyeruput kopi Aceh di penghujung hari.

9. Sunset Ulee Lheue

Senja di Ulee Lheue

Senja di Ulee Lheue

Satu kawasan di Banda Aceh yang paling nikmat untuk menunggu matahari terbenam adalah di Ulee Lheue. Kawasan yang selalu ramai setiap menjelang senja ini memang selalu menjadi pilihan utama warga sekitar untuk menghabiskan waktu di sore hari. Selain sunset, sepanjang jalan menuju Pelabuhan Ulee Lheue berderet lapak penjaja makanan ringan semacam jagung bakar, sate, dan pulut bakar. Dengan lanskap perbukitan yang terhampar di seberang lautan, menyaksikan indahnya sunset di Ulee Lheue akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan ketika berkunjung ke Banda Aceh.

10. Berburu buah tangan di Mr.Piyoh

Sebuah ruko kecil yang berada tepat di samping Warung Kopi Solong ini menawarkan hal yang cukup unik. Piyoh namanya. Toko souvenir yang dikomandani oleh Hijrah Saputra, seorang entrepreneur muda asli Sabang ini, menurut saya adalah toko souvenir paling unik di Banda Aceh. Menjual T-shirt yang mengambil tema sesuatu yang unik dan dekat dengan Aceh dengan kualitas yang bagus, cenderamata kecil semacam pin dan gantungan kunci yang dikemas dengan warna-warni ceria, dan bahkan kemeja batik dengan motif Aceh pun tersedia di sini.  Selain itu, bagi yang ingin bertanya informasi tentang wisata Aceh atau sekedar mau minta brosur peta kota Sabang, bisa juga langsung bertanya sama bang Hijrah yang notabene adalah mantan Duta Wisata Aceh. Sepertinya misi Mr. Piyoh, berbagi Aceh di mana saja, memang sangat cocok disandang.