Piyoh, Sebuah Destinasi Wisata di Sabang


Apa yang penting bagi sebagian pejalan jika berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata? Oleh-oleh atau buah tangan salah satunya. Saya bukan termasuk pejalan yang hobi membeli banyak oleh-oleh apabila melakukan perjalanan. Bagi saya, oleh-oleh seringnya,  hanya untuk diri sendiri saja sebagai kenang-kenangan. Kalau ditanya oleh kawan-kawan atau orang-orang terdekat soal oleh-oleh, saya lebih suka memberikan oleh-oleh foto yang saya ambil dari tempat wisata atau lebih suka menceritakan pengalaman saya berkunjung ke tempat wisata tersebut. Dan, kenang-kenangan bagi diri sendiri yang sering saya beli dari suatu daerah adalah kaos.

Kunjungan pertama saya ke Sabang, Pulau Weh terjadi ketika tahun 2009. Saat itu saya tidak membeli kaos apa pun sebagai kenang-kenangan. Melihat beberapa penjual kaos dan cendera mata di sepanjang Jalan Perdagangan, Sabang, tidak ada yang menarik hati saya. Banyak sih kaos bertuliskan Sabang, Pulau Weh, atau apa pun yang bisa dijadikan untuk oleh-oleh, tapi menurut saya semua kaos-kaos yang dijual itu tidak ada yang menyentuh hati saya. Tidak dibuat dengan hati. Dengan kata lain, dibuat dengan asal-asalan. Dengan kualitas seadanya walaupun memang harganya juga relatif murah. Tapi bagi saya, bukan harga yang penting, tapi kualitas. Di akhir perjalanan, saya hanya membeli gantungan kunci dan pin saja sebagai oleh-oleh.

Baru sekitar akhir tahun 2010 saya tahu tentang sebuah tempat jual souvenir khas Sabang bernama Piyoh. Sebenarnya perkenalan saya dengan Piyoh bukan terjadi ketika saya berkunjung ke Sabang. Tapi dari sebuah kuis yang diadakan oleh sebuah akun komunitas di twitter bernama iloveaceh dengan hadiah sebuah kaos dari Piyoh. Tidak disangka saya menjadi pemenang dan berhak mendapatkan hadiah yang harus diambil sendiri di Toko Mr.Piyoh di Banda Aceh di samping kedai kopi terkenal, Solong. Ketika mengambil hadiah tersebut lah saya baru mengenal Piyoh dan pemiliknya, Bang Hijrah, secara lebih personal.

Ya, selain di Sabang, memang Mr.Piyoh juga hadir di Banda Aceh. Malah lewat Mr.Piyoh di Banda Aceh ini, yang bisa dibilang adalah cabang dari Piyoh yang ada di Sabang, saya baru berkenalan dengan Piyoh. Beberapa kali ke Sabang tidak membuat saya tahu tentang Piyoh. Padahal Piyoh sendiri sudah terbilang cukup lama berada di Sabang, sejak tahun 2008 lalu.

Dari pengalaman pribadi memperoleh kaos gratisan itu, saya kagum dengan desain kaos Piyoh. Ada keseriusan di dalamnya. Ada hati yang ikut bermain di sana. Kualitas kaos yang digunakan jauh di atas kaos-kaos yang saya temui di Sabang tahun 2009 lalu. Desainnya pun tidak sekedar gambar bentuk huruf W dari Pulau Weh sederhana dengan tulisan “Sabang, Pulau Weh” di bawahnya. Namun lebih dari itu. Kaos yang saya dapatkan waktu itu seperti berbicara banyak kepada saya. Bergambar animasi seorang Agam (sebutan laki-laki dari Aceh) yang memakai pakaian adat Aceh lengkap dengan Kupiah Meukeutop sebagai penutup kepala sedang tersenyum ceria. Di samping Agam tersebut terdapat tulisan “Welcome to Sabang, Vacation Island”. Hmm.. apabila saya seorang turis yang datang ke Sabang, saya akan merasa disambut dengan hangat sekali oleh kaos ini.

Kaos pertama saya dari Piyoh

Kaos pertama saya dari Piyoh

Sejak saat itulah setiap saya ke Sabang, saya selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung ke Jl. Cut Meutia No.11, tempat Piyoh berdiri. Walaupun tidak selalu membeli jika berkunjung ke sana, tapi memperkenalkan Piyoh ke kawan-kawan seperjalanan menjadi suatu kegembiraan bagi saya. Kegembiraan yang ujung-ujungnya sering membuat mupeng juga karena sering kali saya tidak memperoleh kaos yang saya inginkan karena alasan ukuran yang tidak tersedia atau model kaos yang saya inginkan habis. Entah karena memang laris atau saya yang kurang beruntung. Bagi saya sih mungkin gampang ya, bisa sering berkunjung ke Piyoh. Lha kalau bagi pejalan yang hanya sesekali pergi ke Sabang, apabila hal tersebut terjadi dengan mereka, pasti membuat kecewa. Mungkin sepertinya Piyoh harus membuat kaos yang lebih beragam dalam hal ukuran dan model agar para pejalan tidak kecewa.

Suatu hal yang sangat membanggakan memang bagi Sabang memiliki seorang Hijrah Saputra. Seorang yang sangat peduli dan cinta dengan tanah kelahirannya hingga membuat sesuatu hal yang nyata untuk ikut memajukan pariwisata di Sabang khususnya dan Aceh pada umumnya. Saya setuju dengan pernyataan pria yang pernah menyandang Juara I Agam Duta Wisata Aceh tahun 2008 ini, bahwa kaos adalah sebuah bahasa standar yang universal untuk menunjukan identitas dari mana kita berasal. Bagi sebagian pejalan, memakai sebuah kaos beraroma khas dari sebuah daerah tujuan wisata, selain berfoto narsis di objek wisata tentu saja, adalah bentuk dari pembuktian bahwa mereka pernah berkunjung ke daerah tersebut. Dan dengan desain yang unik dan menarik, saya rasa Bang Hijrah cukup berhasil menyebarkan semangat pariwisata Sabang ke penjuru Indonesia atau bahkan dunia. Karena dengan satu-satunya kaos oleh-oleh khas Sabang yang menurut saya berkualitas, setiap pejalan dari belahan dunia manapun yang datang ke Sabang, pasti lebih banyak yang mengunjungi Piyoh untuk membeli oleh-oleh daripada ke toko lain. Dan ketika kaos produksi Piyoh dipakai para pejalan tersebut ke kampung halaman mereka misalnya, itu adalah promosi gratis Pariwisata Sabang dan juga Piyoh tentu saja.

Gantungan Kunci I ♥ Sabang (photo taken from Hijrah Saputra Yunus' Facebook page)

Gantungan Kunci I ♥ Sabang (photo taken from Hijrah Saputra Yunus’ Facebook page)

Bukan hanya kaos saja yang dijual Piyoh. Pernak-pernik kecil semacam pin dan gantungan kunci juga ada. Walaupun kecil, saya melihat semangat berbagi tentang Sabang tidak ikut menjadi kecil. Dalam sebuah gantungan kunci yang bergambar I ♥ Sabang misalnya. Gambar hati dalam desain tersebut adalah kolase dari nama-nama tempat wisata di Sabang. Melihat gambar hati tersebut membuat saya menyadari bahwa ternyata banyak tempat yang potensial untuk dijadikan destinasi wisata berkelas dunia, pesan yang jelas sekali disampaikan bahwa Sabang memang penuh pesona dan patut dijadikan tujuan utama wisata.

Bagi saya, Piyoh bukan hanya sekedar tempat yang menjual kaos atau souvenir. Piyoh menjelma sebagai salah satu destinasi wisata di kota Sabang. Bukan hanya pemandangan alam berpulas warna biru langit yang menjadi daya tarik Sabang. Bukan hanya sebagai daerah tapal batas paling barat milik Indonesia yang membuat Sabang istimewa. Tidak cukup pula hanya warna-warni dunia bawah laut yang bisa ditawarkan oleh Sabang. Tetapi Piyoh membuat Sabang lebih dari itu. Piyoh menyebarkan semangat berbagi tentang Sabang dengan cara unik dan dapat menyentuh hati. Piyoh memang berarti ajakan mampir dalam Bahasa Aceh. Namun Piyoh Design mengajak untuk lebih dari sekedar mampir bagi penikmat wisata Sabang.