Amboi, Romantisnya Hanoi


Kalau saya sekarang ditanya kota apa yang paling romantis bagi saya, mungkin saya akan menjawab Hanoi. Ya, perjalanan saya ke Hanoi beberapa waktu lalu membawa kesan romantis.

Love in Hoan Kiem Lake

Hari masih cukup pagi ketika pesawat AirAsia yang membawa saya dan teman seperjalanan saya, Kokoh, dari Kuala Lumpur mendarat di Noi Bai Airport, Hanoi. Januari di Hanoi adalah musim dingin, walaupun tidak sampai bersalju. Warna pucat kabut menyelimuti Hanoi pagi itu. Memasuki ruangan terminal bandara sepertinya kekhawatiran saya tentang dinginnya cuaca di Hanoi mulai terbukti. Entah berapa derajat suhu udara pagi itu. Sambil mengantri imigrasi banyak orang yang berganti kostum jaket tebal. Mendadak saya sadar, saya blunder. Saya agak meremehkan cuaca dingin Hanoi sehingga di dalam ransel saya hanya ada sebuah hoodie lengan panjang yang tidak terlalu tebal, serta sebuah sweater yang juga tidak terlalu tebal. Kemeja lengan panjang yang saya pakai pun tidak menjadikan tubuh saya menjadi hangat. 

Cukup lama kami berada di Noi Bai karena harus menunggu seorang pacar kawan perjalanan, Nenny,  yang datang melalui Singapore. Hal romantis pertama yang saya temui di Hanoi adalah banyaknya orang yang menjemput orang-orang tersayang di pintu kedatangan. Mayoritas dari mereka membawa seikat bunga. Ah, saya memang tidak romantis. Seharusnya di tangan saya juga ada seikat bunga waktu menunggu Nenny.  

Sekitar pukul 11.00, Nenny mendarat dan kami langsung menuju ke kota Hanoi menggunakan minibus bertarif $3 per orang. Sebelum naik ke minibus, kami sempat melakukan tawar menawar. Awalnya memang $3 per orang, tapi begitu tahu kami bertiga, kami ditagih $10. Mungkin di Hanoi menganut pembulatan ke atas. Walaupun begitu, tetap saja kami kasih $9 untuk bertiga.

20130125-IMG_2256

The Huc Bridge

Sesampai kota Hanoi, kami turun di perhentian terakhir di Quang Trung Street, French Quarter. Cukup jauh memang menuju ke penginapan kami di Hanoi Guesthouse yang terletak di MA MAY Street, Old Quarter. Tapi kami dengan senang hati berjalan kaki. Menyusuri Hoan Kiem Lake, di sanalah saya melihat betapa romantisnya Hanoi. Di sekitar Hoan Kiem Lake tertata rapi bangunan-bangunan tua, pepohonan yang memiliki dedaunan berwarna merah kekuningan, dan bangku-bangku menghadap ke tengah danau berderet di sepanjang pinggiran danau. Terlihat warga lokal dan turis berbaur, di antara mereka yang berlalu lalang banyak yang berpakaian modis sambil bergandengan tangan. Yah, maklum memang, cuaca sedang dingin. *Kemudian nggandeng tangan yang lagi jalan di sebelah*.

Di ujung Hoan Kiem Lake, saatnya kami harus menyeberang jalan. Dan terbukti cerita orang tentang semrawut dan ngawurnya lalu lintas di Vietnam. Sepeda motor, mobil, cyclo, taksi, dan kendaraan lainnya, mirip lomba cerdas cermat, semuanya berlomba-lomba membunyikan klakson. Tapi bagi saya, riuhnya lalu lintas itu tidak merusak suasana romantis di Hanoi. 

Kawasan Old Quarter

Kawasan Old Quarter

Hanoi Guesthouse, tempat kami menginap, benar-benar terasa seperti rumah sendiri. Keramahan Ms Khanh & Ms Huyen menyambut kami. Sembari menunggu proses check in, kami disuguhi secangkir teh panas. Memang sih tidak seenak teh prendjak made in Bintan yang diminum di pagi hari *uhuk*, tapi cukuplah untuk melawan  hawa dingin. Kami juga mendapatkan kejutan berupa upgrade kamar dengan harga lebih murah. Dan, begitu masuk kamarnya, di luar ekspektasi saya. Luas dan nyaman. Sentuhan romantis juga saya temukan di kamar ini. Di atas kasur dihiasi beberapa bunga berwarna merah. 

Usai makan siang, kami berjalan kembali di sekitaran Hoan Kiem Lake. Kali ini kami berkunjung ke Ngoc Son Temple yang berada di tengah danau. Menyusuri The Huc Bridge, kembali romantisme Hanoi menyapa. Mungkin karena The Huc Bridge ini adalah salah satu ikon unik yang ada di sekitaran Hoan Kiem Lake, tak heran kalau jembatan berwarna merah menyala ini juga menjadi objek foto-foto mesra turis dan orang lokal dengan orang terkasih mereka. Tak ketinggalan, saya juga dong foto-foto bersama pacar. Untung ada fotografer handal bersama kami.

Saya memang tidak hafal nama-nama jalan di sekitaran Old Quarter ini. Tapi yang pasti, saya sungguh menikmati berjalan menyusuri lorong-lorong di kawasan ini, walaupun kadang terasa susah juga untuk merasa nyaman berjalan kaki karena banyak kendaraan yang kurang tertib. Sesuai namanya, kesan tua sangat terasa memang di sini. Ya, bangunan bernuansa kolonial berderet sepanjang jalan. 

Para dalang Water Puppet

Para dalang Water Puppet

Sambil menunggu jam pertunjukan Water Puppet, kami lanjut melangkahkan kaki menuju bagian lain dari kota Hanoi yang bernuansa Prancis yaitu French Quarter. Kalau daerah Old Quarter lebih tampak membumi, di French Quarter terlihat lebih high class. Bagaimana tidak, mulai dari hotel berbintang lima, butik brand international semacam  Louis Vuitton, Hermes, dan Mont Blanc berderet di sini. Kami sih cukup berjalan-jalan saja dan ssssttt.. saya juga menemukan spot romantis untuk berfoto. 

Menjelang gelap, kami kembali menuju  Thang Long Water Puppet Theatre untuk menyaksikan pertunjukan khas Vietnam, Water Puppet. Pertunjukan mirip wayang ini menggunakan media air untuk menggerakkan boneka. Dalang yang bertugas memainkan boneka berada di balik layar. Yang terlihat oleh penonton hanya boneka yang bergerak lincah di kolam air yang berada di panggung. Di sisi kiri penonton terdapat sinden sebagai narator dan penabuh musik yang mengiringi gerakan boneka. Secara garis besar cerita yang dimainkan di sini adalah tentang sejarah Bangsa Vietnam.

Malam semakin larut, suhu udara makin membuat menggigil *makin erat gandeng yang ada di sebelah*, saatnya makan Pho Bo, mie daging sapi khas Vietnam. Cukup enak bagi saya, walaupun ada dedaunan yang baunya menusuk hidung yang tidak saya suka. Disajikan dengan mangkok yang cukup besar, hangatnya kuah Pho terasa menghangatkan tubuh. Mungkin lebih asyik makan semangkok berdua kali ya.. Tapi gak mungkin juga kan.. *lirik bangku sebelah*. Dan, usai makan Pho, niat kembali ke hotel urung ketika kami melewati Dong Xuan Night Market. Pasar malam punya Hanoi ini unik sekali. Mulai dari pakaian, bermacam jajanan, sampai pernak-pernik lucu dijual dengan harga murah di sini *asal pintar nawar*. Jalanan yang sempit di kawasan ini penuh dengan manusia. Kebanyakan sih pada berduaan bersama pasangan. Saya pun tidak mau kalah. Hari pertama di Hanoi, dalam hati saya berujar, “Amboi, romantisnya Hanoi”.

IMAG0773-1-1

Salah satu sudut Frenc Quarter

IMAG0792-1-1-1

Semangkuk Pho Bo penghangat tubuh

IMAG0779-2-1-1

Spot foto romantis di French Quarter 😀 *Makasih lho Koh*

Kesan romantis di Hanoi tidak berhenti di hari pertama ini. Masih ada cerita berikutnya..

..to be continued..