Weekend Escape: Camping, Somewhere in Jantho
Saya pernah menuliskan kutipan di atas di post ini. Dan kali ini, saya berkesempatan lebih jauh menjelajahi perbukitan itu.
* * *
Hujan turun perlahan ketika saya dan kedua rekan saya, Bang Fauzan dan Mas Tardi, mengecap nikmatnya ikan bakar dan goreng di sebuah rumah makan cukup kondang di Jantho bernama Riung Gunung. Cuaca di Aceh memang tidak bisa diprediksi. Pagi menjelang siang ketika kami berangkat dari Banda Aceh cuaca sangat cerah. Namun menjelang sore, gerimis menghadang. Apalagi ketika melihat ke arah perbukitan, awan hitam bergulung dan terlihat jelas hujan deras di sana. Tapi tak apa, kalaupun hujan-hujanan sepertinya semakin seru.
Ya, kali ini kami memang berencana berkemah di atas bukit somewhere in Jantho. Berkendara dengan mobil tua milik Mas Tardi, kami membawa bekal cukup lengkap. 3 buah sepeda, 2 buah galon air, 1 kotak berisi makanan untuk dimasak, 1 kg daging sapi mentah, kompor portable, tenda, 2 alas tidur, 2 sleeping bag, bahkan sampai 2 buah kursi lipat kecil tidak ketinggalan kami bawa.
Saya tak ingin menjelaskan di mana lokasi tepatnya kami berkemah. Biarlah hanya sedikit orang yang tahu, termasuk kami. Biar tetap bisa jadi private place to escape buat kami. Yang pasti, jalan menuju ke sana tidak mudah. Usai melewati desa terakhir dan meminta ijin berkemah kepada kepala desa, jalanan yang tadinya landai berubah menjadi turunan dan tanjakan. Jalan tanah diguyur hujan cukup deras tentunya membuat beberapa bagian jalan serupa bubur lumpur. Dan di jalan turun pertama, kemalangan terjadi.
Mobil tua milik Mas Tardi memang bukan tipe mobil off road yang berlabel 4WD. Awalnya kami yakin bisa membawa mobil sampai tempat tujuan, berbekal pengalaman Mas Tardi ke sana 2 tahun lalu. Tetapi jalan turun itu terlalu curam. Mobil terpaksa diberhentikan di tengah. Dilema, antara diteruskan atau kembali. Medan di depan pasti lebih berat. Rasanya kalau diteruskan akan muncul masalah baru, kalau sudah terjebak akan lebih susah untuk kembali. Kami memutuskan untuk kembali saja. Bukan, bukan kembali pulang dan tidak jadi berkemah. Tapi kembali ke tempat aman untuk parkir mobil. Ke tempat tujuan akan kami lanjutkan dengan naik sepeda.
Keputusan untuk kembali ternyata sulit untuk dieksekusi. Skenario awal, mobil akan dimundurkan saja. Toh juga belum jauh dari jalanan datar. Tetapi asa tinggalah asa. Mobil tidak bisa dimundurkan. Ban mobil kalah dengan jalanan berlumpur. Sudah dicoba dengan tambahan tenaga dorongan kami pun mobil tetap bergeming. Yang ada malah kami harus dengan sigap mengganjal ban dengan batu agar tidak makin terperosok. Akhirnya kami putuskan untuk menuruni jalan dulu kemudian putar balik dan akan menanjak lagi ke jalan semula. Belum semeter mobil berjalan, sudah oleng dan susah dikendalikan. Jalan terlalu licin. Rem mobil jadi tidak berfungsi. Mas Tardi yang berada di belakang kemudi panik. Saya dan Bang Fauzan yang berada di luar mobil tak kalah panik. Apalagi melihat sisi kiri adalah jurang. Dengan cekatan, Mas Tardi menarik rem tangan dan Bang Fauzan menyusupkan batu cukup besar di bawah ban. Dan saya? Terpaku diam saking paniknya.
Jarum jam menunjukkan pukul 5 sore. 2 jam lagi matahari akan kembali ke peraduan. Kami putuskan meninggalkan mobil di sana saja. Perjalanan kami lanjut naik sepeda. Dengan cekatan kami turunkan sepeda, kami pasang kedua bannya, dan memilih barang-barang yang kami anggap paling penting untuk dibawa selanjutnya. Yang paling kami sayangkan adalah kami tidak bisa membawa 2 galon air. Untungnya di Banda Aceh kami sempat membeli 3 botol besar air mineral. Semoga cukup sampai besok.
Begitu kami mengendarai sepeda, sepanjang jalan kami bersyukur tidak memaksakan mobil untuk tetap melaju. Bukan hanya jalan berlumpur menanjak dan turunan curam yang kami temui, tetapi juga melewati aliran sungai yang cukup dalam untuk mobil. Adakalanya kami bisa ngebut di jalan turunan, tapi sering kali hanya bisa menuntun sepeda sambil menggeh-menggeh. Walaupun ditemani rintik gerimis, tapi saya senang. Warna hijau di mana-mana. Hanya kami sendiri di sana.
Sekitar 1 jam kemudian kami sampai di bukit tujuan. Penandanya adalah sebuah tower 3 lantai yang sepertinya diperuntukkan sebagai tempat pemantauan hutan. Tenda kami dirikan usai istirahat sebentar di atas tower. Angin sore membelai lembut wajah kami, mendung kelabu masih tetap menggelayut manja di langit, dan, tepat ketika tenda sudah berdiri, senja menyambut.
Saya tak menduga bisa menyaksikan senja terindah di Aceh sore itu. Saya sangka dengan mendung yang masih cukup tebal, warna lembayung senja tidak akan menyala. Namun saya salah. Langit berwarna jingga cerah menghipnotis kami. Gerimis pun mendadak reda. Apalagi pelangi muncul di arah berlawanan dengan matahari tenggelam. Magis. Entah bodoh entah gila, melihat senja sore itu kami hanya bisa teriak-teriak dan berpelukan. Saya speechless menyaksikannya.
Usai makan malam berupa couscous plus irisan daging, paprika, dan tomat yang direbus, saya berbaring berselimutkan sleeping bag di dalam tenda. Saya langsung tertidur lelap. Saya memang kurang tidur beberapa hari sebelumnya. Pukul 10 malam saya terbangun dan melihat Bang Fauzan dan Mas Tardi sedang mempersiapkan api unggun. Karena daging yang kami bawa masih banyak, kami mengirisnya kecil-kecil, menusukkannya ke sebuah ranting panjang, melumurinya dengan saus BBQ, kemudian kami bakar di atas api unggun. Rasanya nikmat. Saya sampai nambah 2 tusuk.
Menjelang tengah malam, langit yang tadinya gulita berubah menjadi berkelipan cahaya bintang. Di arah timur, terlihat bulan naik perlahan dari balik bukit. Malam itu bukan full moon, tapi bulan malam itu berhasil memukau kami. Pas ketika api unggun kami padam, cahaya bulan yang terang menggantikannya sebagai sumber penerangan. Bertiga, kami berbaring berjejeran beratapkan langit cerah sambil mengobrolkan sesuatu yang absurd dan tidak penting. Gelak tawa riang kami menggema di sunyinya malam. Tak puas-puasnya kami mengagumi pesona malam itu.
Sabtu malam sudah berganti jadi minggu dini hari dan kami masih terbuai dengan sihir malam itu. Semilir angin malam yang dingin memaksa kami untuk kembali ke dalam tenda. Suara babi hutan di kejauhan mengiringi saya menutup mata.
Mobil kami yang terdampar di tanjakan akhirnya ditarik dengan mobil 4WD hasil pertolongan dari tim ranger hutan Jantho esok paginya. Rencana awal sepedaan di perbukitan sekitar urung kami lakukan karena faktor waktu (yang habis untuk menarik mobil yang terperosok). Kami kembali ke Banda Aceh dengan tekad akan kembali ber-weekend escape berkemah di tempat yang baru lagi. Ah, sepertinya kami sudah kecanduan camping.
Jantho, 2 – 3 Maret 2013
Foto senjanya keren bangeeeett *ngeces 🙂
SukaSuka
Aku aja sampe gak tau mau bilang apa kok mbak pas liat senja seperti itu. Langsung bengong terus jejingkrakan. Hahahaha..
SukaSuka
ntar kalau bisa ke aceh lagi anterin ke sanaaa ya hahahahha
SukaSuka
Ayooooo!! 😀
SukaSuka
Aaakk potonya keren2.. Jadi pengen kemah di jantho jg.. *mupeng berats
SukaSuka
bawa sepeda sendiri yak.. *ngerontokin karat sepeda* :p
SukaSuka
aaaakkk maap ariii… udah ilang belom karatnya?
iya deh nanti bawa sepeda kalo ke Aceh.. 😦
SukaSuka
Saya terharu sekaligus senang membaca tulisan ini, bukan karena isinya yg enak dibaca dan berarlur tapi mengenai kerahasiaan tempat. saya suka dengan statment itu. terimakasih banyak
SukaSuka
Ya aku gak rela dong kalau banyak yang tahu tempat ini. Ntar jadi rame lagi. Hehehehe..
SukaSuka
hahaa, pengalaman yg menyenangkan dan mendebarkan, sedikit melupakan apa yang terjadi diperkotaan dan akhirnya kita mengetahui batas kita. thanks a lot mas Ari dan bang Fauzan
SukaSuka
Kami yang makasih Mas. Udah diajak ke tempat ini 😀
SukaSuka
Makasih juga untuk mas tardi 🙂
SukaSuka
Bang Ozan, kapan kita berdua aja kemping terus manasin si Bee ? minggu depan mau ada tempat paling keren deh.
SukaSuka
Gilaaaa seruuuu…. Tapi coba kapan-kapan weekend escape-nya bersepeda dari Gugop ke Meulingge ya… 😀
SukaSuka
Kalau itu gak bisa buat sabtu minggu aja. Jam berlayar kapalnya gak cocok untuk weekend. Harus long weekend atau Senin telat masuk kantor
SukaSuka
Ajhhhhh seru sekali. Fotonyaaaaa keren
SukaSuka
Makasih Mbak Noni 😀
SukaSuka
wah, pegawai pajak yang unik ! hehe *peace! 😀
SukaSuka
He? Unik gimana maksudmu Mir?
SukaSuka
pegawai suka senja, suka camping, suka postcrossing. Bagi saya itu unik *peace 😀
SukaSuka
Yah.. namanya juga hobi Mir. Yang penting positif dalam menikmati hidup 😀
SukaSuka
hehe, betol bang ! 😀
SukaSuka
asik becamping aja abang ni lah.
buat envy kita aj
SukaSuka
ssstttt.. Ibu guru ngajar aja ya.. Biar murid-muridnya jadi pinter :p
SukaSuka
aaaa… kami mau ikut juga >.<
hahahaha
iyaa bang. kami ngajar dengan baik.
SukaSuka
huwooohhh .. foto2nya keren sekaleee ..
aaakkk, selain berhasil menemukan tempat2 istimewa di Aceh, kamu juga sangat berhasil memanfaatkan G12 muuu .. dapet banget ituuu foto2nyaaa ..
*mimisan*
SukaSuka
Aaaaaaaakkkk.. Makasih Mbak Zee 😀
Aku jadi pengen difoto juga pake G15 :p
SukaSuka
Asyik juga petualangannya, dan foto-fotonya juga keren abis nih . . .
SukaSuka
Makasih Mas 😀
SukaSuka
rasanya 2 paragraf terakhir di beberapa kalimat, berbeda dari nada tulisan biasanya.. bukan ciri khas @buzzerbeezz sekali.. tapi aku suka 🙂 *sok pengamat tulisan* :p
SukaSuka
Wahahahaa.. Emir segitunya deh mengamati tulisanku.. Aku emang lagi suka bereksperimen nulis sih. Kalau gitu2 terus bosen. hehehe.. Makasih ya Mir 😀
SukaSuka
Gak kebayang paniknya pas mobil oleng dan rem gak berfungsi 😦
Tapi ternyata disitu serunya ya? Pas awal2 baca sudah gatel pengen bertanya gimana carana bawa galon pas naik sepeda, eh ternyata si galon ndak kebawa *ya iyalah* hihihihhihi
Ayo, akan “menghilang” kemana lagi besok? *menunggu cerita yang lain*
SukaSuka
Stay tune di blog ini ya mbak.. Pasti bakalan cerita-cerita lain kok. Sebenernya banyak bgt sih cerita perjalanan yg lalu-lalu dan belum aku tulis. Hahaha.. Makasih udah mampir di sini 😀
SukaSuka
ya ampun keren sekali,,,,
jadi pengen camping,,,, 🙂
SukaSuka
Keren….keren….
Ayo kita camping lagi 😀
SukaSuka
Tanggal 16-17 mau? ketempat rahasia yang lain. gimana manasin Bee aja temanya
SukaSuka
Aku terakhir tidur camping kayak gitu waktu SMP, itupun ikutan pramuka hehe. Aceh indah oooiii
SukaSuka
Hepi banget. Very adventorous! Pengen ikut…. *geret2 mas Ari*
SukaSuka
pertualangan ke hutan yg paling menakjubkan sepertinya ini ya mas Ari 🙂
SukaSuka
Yah, itu kan kampung saya 😉
SukaSuka
Iya ya Bang? Wah.. bagus deh kampungnya. Seru buat camping 😀
SukaSuka
iyalah..dulu sebentar bentar camping, halaman sekolah juga pernah kami buat jadi arena kamping 😀
SukaSuka
waahhh.. seru sekali bang masa kecilnya
SukaSuka
Weeee… kerennnnnn…!!!! Paginya mandi sungai kah? *kalau iya, maka makin envy
SukaSuka
Gak sempat mandi di sungai Je. Cuma cuci muka dan gosok gigi aja sih
SukaSuka
fotonya kereeeennnn…. gak pake edit kan?
aku juga punya klien di jantho, SMKN 1 Jantho. Tapi aku gak pernah kesana… hehehe…
SukaSuka
Pake sikit kak. Crop aja sih yg byk. Hehe
SukaSuka
Tsah… bikin gw galau ni pemandangan. Sadis.. menyayat hati 🙂
SukaSuka
Hehe.. makasih udah mampir mas 🙂
SukaSuka
Keren banget pemandangan nya …. jadi pingin ngerasain camping juga kayak begitu 🙂
SukaSuka
Iya mas. Aku pun jadi kecanduan camping
SukaSuka
Wah, bisa moto bulan. Saya beberapa kali moto bulan gagal mulu 😥
Dan foto terakhir ituuu… EMEJING!
SukaSuka
waw, naik sepeda >__>
SukaSuka
Waw, sungguh pengalaman yg memacu adrenalin. Pemandangan di foto-fotonya juga keren.
SukaSuka
Makasih mas 🙂
SukaSuka
mengiri lalu menganan *tutup muka*
keren tapi aku blom kesampaian motret sunset & sunrise di Aceh 😦
SukaSuka
Next time pasti ke Aceh lagi kan mbak? Aku temenin berburu sunrise dan sunset kerennya pasti 😀
SukaSuka
wuih kaya di bukit telettubies, salam kenal bro
SukaSuka
Salam kenal juga Aulia 😀
SukaSuka
Petualangannya oke juga 🙂
SukaSuka
Makasih mbak Eka 😀
SukaSuka
apakah ini kawasan ulu masen?
SukaSuka
Iya Mas. Ini masuk kawasan Ulu Masen.
SukaSuka
Ping balik: Perjuangan Menuju Lange | The Science of Life
saya juga pernah ke situ kayaknya, cuman via krueng raya-Lamteuba-Jantho. 🙂
SukaSuka
Bagus kan pemandangannya di sana? 🙂
SukaSuka
Ping balik: Rangkuman Perjalanan 2013 | The Science of Life
Ping balik: Camping + Sunset = Peaceful | The Science of Life
gak Terasa kejadian Konyol yang spektakuler itu sudah hampir 2 tahun ya, kebetulan tgl 18 feb ini aku cuti pulang ke Aceh, semoga bisa mengulang. paling tidak bisa sekedar berkunjung ke lokasi-lokasi yg spektakuler.
SukaDisukai oleh 1 orang
iya mas. Kangen masa-masa itu deh.. Semoga bisa camping sama-sama lagi di lain kesempatan yaa
SukaSuka
Ping balik: Visit Jawa Tengah Trip: Baturraden, Negeri Dongeng yang Keren | The Science of Life