Ranger Hitam dan Situs Purbakala Patiayam


Bagi teman-teman yang mengalami masa kecil pada dekade 90-an pasti tahu sebuah tontonan produksi Amerika bernama Mighty Morphin Power Rangers. Siapa coba pada waktu itu yang tidak mengidolakan Jason si Ranger Merah dengan tunggangan Dinozord Tyrannosaurus? Alih-alih mengikuti tren masa itu, saya lebih mengidolakan Zack Taylor, si Ranger Hitam dengan tunggangan Dinozord Mastodon. Ya, waktu itu saya suka sekali dengan Mastodon. Berperawakan besar, berwarna hitam, bergading panjang dan tajam, dan berbelalai mungil, sosok gajah purba itu menemani masa kecil saya. Dan beberapa waktu lalu, saat berkunjung ke Rumah Fosil Situs Purbakala Patiayam, saya seperti dibawa mengenang idola saya saat kecil, Mastodon.

20120824-IMG_3483-2

Rumah Fosil Situs Patiayam

Berada di pinggir jalan raya Pati – Kudus, tepatnya di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, museum kecil bernama Rumah Fosil Situs Purbakala Patiayam ini menyimpan bermacam fosil yang diambil dari Bukit Patiayam. Salah satu koleksi berharga yang dipamerkan di museum ini adalah fosil gajah purba. Bukan Mastodon tetapi Stegodon. Walaupun sama-sama berada pada ordo Proboscidea, Stegodon memiliki badan yang lebih besar daripada Mastodon. Pantas saja, spesies yang bernama lengkap Stegodon trigonocephalus yang ditemukan di situs Patiayam ini adalah gajah paling besar dari ordo Proboscidea. Selain itu tempat persebaran mereka juga berbeda. Mastodon di Amerika Tengah dan Utara, Stegodon berada di Asia, terutama Indonesia. Perbedaan lainnya adalah kapan punahnya. Mastodon punah sekitar 12000 tahun yang lalu, sedangkan Stegodon punah sekitar 4100 tahun yang lalu.  

20120824-IMG_3507-2

Jejak Stegodon di Patiayam

Bagian tubuh Stegodon yang paling mencolok di ruang pameran museum adalah fosil gading sepanjang 4 meter. Selain itu juga dipamerkan tulang-tulang panggul, gigi, rahang, dan beberapa tulang lain milik Stegodon. Bukan hanya fosil gajah purba yang ditemukan di situs purbakala yang memiliki luas mencapai 2.902,2 hektar ini. Fosil makhluk purba nenek moyang dari kerbau, badak, harimau, banteng, rusa, babi, banteng, kerang, hiu, bahkan sampai manusia purba pun ditemukan di sana.  

Berdasarkan informasi dari Ibu Siti Asmah, sang penjaga museum, sudah sejak tahun 1980-an para penduduk di sekitar sering menemukan tulang purba. Balung buto, begitu mereka menyebutnya. Dalam Bahasa Jawa, balung berarti tulang, dan buto berarti raksasa. Dengan ukuran tulang yang besar, pantas saja mereka menyebutnya balung buto. Tulang yang ditemukan itu mereka simpan di rumah mereka sendiri. Baru pada November 2005, Tim Balai Arkeologi Yogyakarta melakukan penelitian resmi di situs Patiayam. Setelah itu, hampir sebagian besar koleksi disimpan di Rumah Fosil Situs Patiayam yang berada di kompleks kantor Kepala Desa Terban. Beberapa koleksi lain juga sudah ada yang dipamerkan di Museum Ronggowarsito, Semarang. 

Dengan koleksi yang luar biasa, saya merasa kondisi Rumah Fosil Situs Purbakala jauh dari layak. Terdiri dari 2 ruang, yaitu 1 ruang untuk display dan ruang 1 lagi sebagai workshop, Rumah Fosil ini hanya berukuran sekitar 36 meter persegi, tanpa dilengkapi dengan pendingin ruangan. Koleksi yang dipamerkan disimpan dalam meja kaca yang terlihat berdebu dan kusam, sepertinya tidak rutin dibersihkan. Tapi yang patut saya acungi jempol, selain memamerkan fosil, informasi mengenai situs Patiayam dan harta berharganya terlihat cukup lengkap. Di dinding ruangan terdapat peta dan informasi mengenai hewan purba seperti poster evolusi gajah purba yang tertempel di dinding dekat pintu masuk. Penjaga museum ini juga terlihat cukup menguasai ilmu tentang fosil. Terbukti dari kisah Ibu Siti Asmah yang mengalir menceritakan tentang situs purbakala ini kepada saya.

20120824-IMG_3486-2

Fosil gading Stegodon

20120824-IMG_3493-2

Penjelasan singkat tentang Stegodon Trigonocephalus

Tentang sosok Ibu Siti Asmah, beliau adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Terban. Kegiatan menjaga museum ini dilakukannya tidak tiap hari. Selama seminggu beliau absen menjaga museum pada hari senin dan sabtu. Sedangkan museumnya sendiri buka setiap hari pukul 08.00 – 15.00. Walaupun hanya sebagai pegawai honorer dari Dinas Pariwisata, beliau terlihat sangat mencintai pekerjaannya. Beliau punya mimpi untuk membuat Patiayam setara dengan Sangiran. Karena beliau yakin harta purbakala yang ada di Patiayam lebih dahsyat daripada di Sangiran. “Di Sangiran sudah banyak penduduk lokal yang bisa membuat souvenir berupa replika fosil. Saya berharap di sini juga bisa seperti itu, biar keadaan ekonomi masyarakat di sini bisa terbantu dari pariwisata”, beliau menerawang.

Kecintaannya pada pekerjaannya sudah terlihat ketika saya datang. Waktu itu saya datang pukul 14.00, namun museum dalam keadaan tertutup. Saya memperhatikan selembar kertas yang ditempel di pintu yang isinya daftar contact person yang bisa dihubungi. Saya kemudian menghubungi Ibu Siti Asmah. Tak lama, dengan mengendarai motor tuanya, beliau datang ke museum dan membukakan ruangan museum kepada saya. “Karena tempat ini sering sepi pengunjung, kadang saya tinggal mengurus anak di rumah. Kami sengaja memajang nomor telepon di pintu biar kalau ada orang datang kapan pun bisa menghubungi kami. Beberapa waktu lalu juga saya menemani tamu pas malam hari sampai di sini. Walaupun malam hari, saya tetap mau menemani. Kasihan melihat tamu jauh-jauh dari Surabaya yang menyempatkan berkunjung ke sini”, dengan akrab beliau langsung berkisah kepada saya. 

20120824-IMG_3510-2

Fosil badak purba

20120824-IMG_3504

Fosil kerang purba

Tak terasa sudah 1 jam lebih saya berbincang dengan Ibu Siti Asmah. Saatnya undur diri. Belum puas sebenarnya mencari jawaban rasa ingin tahu saya tentang situs Patiayam dan tentang fosil-fosil yang diperkirakan berumur 1 juta hingga 500.000 tahun lalu itu. Saya pun belum sempat mengunjungi perbukitan Patiayam tempat semua fosil yang ada di Rumah Fosil ditemukan. Tidak rugi deh saya meluangkan waktu sebentar berkunjung ke sana. Banyak ilmu dan hal baru yang saya dapat. Kenangan masa kecil berpura-pura menjadi Ranger Hitam menunggang Mastodon menyeruak kembali di pikiran saya. Andai bisa kembali ke masa lalu, saya ingin bersahabat dan menunggangi Stegodon.

20120824-IMG_3505-2

Fosil gigi ikan hiu

Fosil lain koleksi Rumah Fosil Patiayam

Fosil lain koleksi Rumah Fosil Patiayam

(Sebuah catatan perjalanan hasil kunjungan ke Rumah Fosil Patiayam pada 24 Agustus 2012)