Perjuangan Menuju Lange
Kadang kita jadi tahu batas kemampuan yang bisa kita lewati dari sebuah kenekatan. Seperti pengalaman saya akhir pekan lalu. Sebelumnya saya belum pernah bersepeda dan mendaki bukit selama kurang lebih 5 jam. Saya pernah bercerita bahwa saya bukanlah pesepeda jarak jauh (baca di sini). Pengalaman saya bersepeda cukup jauh adalah Banda Aceh – Lampuuk dan Banda Aceh – Mata Ie pergi pulang. Jauh mungkin iya, tetapi medan jalanan dua rute tersebut sangat nyaman. Beraspal mulus. Hanya rute ke Mata Ie yang harus menguras tenaga di tanjakan curam. Mungkin pengalaman terakhir saya bersepeda di Jantho bisa dibilang berat. Tapi tidak bisa menandingi beratnya rute Banda Aceh – Lampuuk – Lange. The hardest track for me.. so far.
Haram bagi saya menyiakan waktu akhir pekan yang panjang. Atas alasan itulah saya dan empat kawan lain mengeksekusi rencana yang sudah kami canangkan dari awal bulan lalu, nekat bersepeda menuju sebuah pantai tersembunyi di balik perbukitan kecamatan Lhok Nga, Aceh Besar. Jalur yang kami tempuh dibagi menjadi tiga. Pertama, jalur Banda Aceh – Lampuuk, tak ada kesulitan berarti. Matahari yang biasanya menyengat, pagi itu tampak malas di balik awan. Jalur kedua, memasuki hutan dengan naik sepeda. Sebenarnya saya tidak asing dengan jalur ini. Sekitar 2 tahun lalu saya dan teman saya, Citra, pernah melewati jalur ini menggunakan sepeda motor. Namun waktu itu kami tidak tahu kalau jalan setapak itu berujung di sebuah pantai cantik. Alhasil di tengah jalan kami balik arah. Jalur ini campuran antara jalan setapak bersemen dan jalan tanah yang cukup lebar. Masih nyaman digunakan untuk bersepeda walaupun di beberapa titik terpaksa menuntun sepeda di jalanan menanjak.
Lanjut ke jalur ketiga, yaitu jalur yang paling berat. Jalur di mana sepeda sudah tidak bisa dinaiki. Di sini sepeda harus disimpan di semak-semak, tentunya tak lupa dikunci biar aman. Baru kemudian perjalanan harus dilanjutkan dengan hiking masuk hutan. Beban berat perbekalan yang tadinya terbantu oleh sepeda terpaksa kami panggul. Setiap dari kami membawa 3 botol air minum berukuran 1,5 liter di dalam ransel sebagai bekal camping di sana. Selain itu kami juga membawa 2 buah tenda, perbekalan makanan, dan peralatan makan. Jalan setapak tanah yang landai seiring dengan langkah kaki kami berubah menjadi jalan menanjak berbatu. Faktor berat badan dan umur mulai mendominasi di sini. Yang kurus bisa lancar jaya menyusuri jalan menanjak, sedangkan sosok dengan perut tambun mulai tertinggal di belakang. Perjalanan ini bukanlah kompetisi. Dan, kalaupun saya tertinggal, saya tetap menikmati setiap jejak kaki di tanah subur hutan itu. Setiap lutut bergetar tanda kelelahan, saya mengambil jeda. Entah duduk di bebatuan, di batang pohon yang melintang di jalan, atau gelesotan di tanah.
Lelah sudah pasti. Capek, jangan ditanya. Namun, saya sangat senang menyusuri jalur ini. Pasalnya, hutan ini masih sangat lebat. Walaupun tidak selebat Leuser, saya kagum dengan hutan ini. Pepohonannya besar-besar. Menjulang tinggi dengan lingkar kayu rata-rata seukuran pelukan tangan dua manusia. Mungkin pepohonan ini berumur ratusan tahun. Di beberapa bagian jalur yang kami lewati malah sinar matahari tampak malu-malu mengintip dari rimbunnya dedaunan. Hutan ini memang bukan Taman Nasional ataupun Cagar Alam. Pun saya ragu apakah hutan ini merupakan Hutan Lindung. Tapi bagi saya, hutan ini sudah sangat lebat. Hutan lebat yang semakin terancam.
Kurang lebih 5 jam perjuangan mengendarai sepeda, mendaki bukit, dan menyusuri hutan, akhirnya kami sampai di Pantai Lange. Kabar keindahan pantainya terbukti. Pantai berpasir putih kekuningan sepanjang sekitar 2 km itu bersandingan dengan gundukan padang rumput, aliran sungai kecil, dan tentu saja hutan lebat. Kami mengistirahatkan diri di sebuah pondok tak jauh dari pantai. Sambil meluruskan kaki dan berlindung dari teriknya matahari, kami mengamati burung-burung yang menyanyi dan menari lincah. Terbang ke sana ke mari, terkadang kalah dengan hembusan angin. Ombak berdebur kencang menandakan arus pantai itu berbahaya. Membuat saya urung mandi air laut.
Kami mendirikan tenda di atas padang rumput di pinggir pantai saat sore menjelang. Sayang, pemandangan sunset sore itu biasa saja. Matahari terlalu malu memamerkan pesonanya di balik awan mendung. Cuaca berganti cerah menjelang malam. Langit bertaburan bintang dan bulan pun memantulkan cahaya matahari dengan lantang. Di kejauhan, tampak sekumpulan kunang-kunang berkejaran. Malam yang molek. Kemolekan yang membuat saya merenung dan sadar. Ternyata saya kuat berjam-jam menempuh perjalanan menuju tempat ini. Ternyata saya bisa melampaui batas kemampuan saya sebelumnya. Kenekatan yang manis. Saya tersenyum. Namun tak sepenuhnya saya gembira. Ada sesuatu yang mengganjal di hati saya. Sesuatu mengusik perasaan saya. Sesuatu yang akan saya ceritakan nanti.
Banda Aceh, 30 Maret 2013
Wow, pengalaman luar biasa, jadi pengen sepedaan #eh
SukaSuka
Capek lho Bang sepedaan ke sana.. Hahaha.. :-p
SukaSuka
Pemandangannya surgaaa 😀 Pantainya, pegunungan rumputnya, bahkan foto bagian dasar hutannya pun cantik
SukaSuka
Yakin surga? Tunggu tulisanku berikutnya.. Hehehehe..
SukaSuka
ngelihat dari foto2nya siiihhh iya seperti surga hihihihihihihi
SukaSuka
Itu kaaan…. bukit teletubbies 😀
Keren banget Ri! *kasih 4 jempol*
SukaSuka
Emm.. Gak mirip bukit teletubbies sih Yan. Soalnya kalo bukit Teletubbies kan byk gundukannya. Ini cuma satu gundukannya. Hehehe..
SukaSuka
Cantik bgt yaaa
SukaSuka
Cantik banget pemandangannya, jadi pengen cepet-cepet liburan lagi nih 😛
SukaSuka
indahnyaaaaa ….bulan depan mau ke sana aaah *tapi naik kendaraan bermotor aja*
SukaSuka
Kalaupun pake kendaraan bermotor harus ada jalan kakinya juga sih mbak. Hiking gitu. Sekitar 2-3 jam.
SukaSuka
suka pemandangannya……
SukaSuka
keren pantainya…
mira suka sepedahan, tapi ga suka kalau jauh-jauh… pegel2nya tahan berapa hari mas? Hehe..
SukaSuka
1 hari juga udah ilang sih pegelnya. Hehehe..
SukaSuka
wah cepet juga ya… mantap…
SukaSuka
Aduch pantai nya gus bagus bangeeet… =)
SukaSuka
Iya mbak. Memang bagus banget 😀
SukaSuka
Waduuuuh….keren maksimal ri, tapi mbayangin nyepeda ke sana udah pengen pingsan duluan 🙂
SukaSuka
Bisa sih mbak naik mobil atau motor trus lanjut hiking.
SukaSuka
naaah itu kayaknya lebih masuk akal…bener2 harus ke aceh lagi nih 🙂
SukaSuka
tempat bermalamnya keren banget.. padang rumput..
SukaSuka
Masya Allah .. Aceh memang indah ..
Rejekimu, Bee, bisa menikmatinya .. 🙂
SukaSuka
Tak ada habisnya mbak bersyukur tinggal di Aceh 😀
SukaSuka
Ping balik: Ironis Miris Pantai Lange | The Science of Life
Jadi ingat waktu bersepeda di Pulo Breueh. Kapok! :p
SukaSuka
Haha.. Sepertinya aku juga harus mencoba bersepeda di Pulo Breueh 😀
SukaSuka
Amin
SukaSuka
yuk ke pulau breuh 3 harian…
SukaSuka
ish… keren sekali pantainya…
SukaSuka
Keren tapi miris Za..
SukaSuka
Sumpah ini keren banget… Dududu pasti seneng banget kalo bisa dapet kesempatan sepedaan kesana… Pantainya ambooiii….
SukaSuka
Amin. Semoga bisa main ke sini 😀
SukaSuka
pemandangannya bikin ngiler ke sana. aaaaah. hehe 🙂
SukaSuka
Yuk yuk.. 😀
SukaSuka
pasangin mesin ketinting mas di sepeda y biar gak capek..:-)
SukaSuka
Oh meeeeeeeeeeeeeeennnnn asli pengen banting monitor karena saking inginnya kesana T____T
SukaSuka
Mari-mari ke Aceh 😀
SukaSuka
nunggu tiket gratis dari Citra haha
SukaSuka
Nih aku kasih tiket *lempar tiket komedi putar pasar malam*
SukaSuka
waw, jadi pengen ikutan bermalam disana 😀
SukaSuka
Ping balik: Air Mancur di Pantai Ie Rah | The Science of Life
bukitnya jadi pengen main prosotan
SukaSuka
banget! Next time kalo kesana lagi mau main prosotan ahhh
SukaSuka
Ping balik: Rangkuman Perjalanan 2013 | The Science of Life
Saya baru saja ke Lange, Minggu kedua Maret lalu. Ia tersembunyi dan cantik. Pantai Ie Rah tak jauh darinya, juga memiliki pesona air mancur yang indah, ombak besar yang menakutkan, namun pantai yang bersih cukup menggiurkan untuk kembali ke sana. 😀
SukaSuka
Waaahhh.. Jadi pengen ke sana lagi.. 😀
SukaSuka
Ingin secepatnya menikmati suasana indah pantai langee…
Asli indah ciptaan allah…
SukaSuka
Iya bang. Melihat keindahan ciptaan Allah membuat tambah rasa syukur 😀
SukaSuka
“Kadang kita jadi tahu batas
kemampuan yang bisa kita lewati dari
sebuah kenekatan.” setuju banget (y)
klo pake motor, sebelum mendaki ada tmpat parkir ga? sperti rumah warga gt 😀
SukaSuka
Ada semacam tempat parkir yg deket gubuk gitu sih terakhir kali ke sana. Kalau rumah warga gak ada di sekitar sana. Semoga membantu..
SukaSuka
dari lampuuk…menuju kemana nya ya….???
SukaSuka
Ke arah masjid Rahmatullah, lurus masuk ke perumahan Turki, lurus terus, nanti ada belokan ke kiri, ikuti aja jalannya
SukaSuka
Ping balik: Aceh Punya 10 Pantai Unik Ini | Buzzerbeezz
Ping balik: Visit Jawa Tengah Trip: Baturraden, Negeri Dongeng yang Keren | The Science of Life
Indah bangat pemandangannya
kapan ya bisakesana
SukaSuka