Ironis Miris Pantai Lange
Terhampar tepat di depan penglihatan saya padang rumput nan hijau, butiran pasir halus berwarna putih kekuningan, dan birunya air laut yang berombak garang. Elok berlapis. Itulah pantai Lange. Tersembunyi di balik perbukitan di Aceh Besar, tak disangsikan pantai ini jelas menyimpan pesona. Tapi, apabila dilihat lebih dekat, ada ironi yang membuat hati saya miris.
***
Suara dengungan serangga penghuni pepohonan mendadak sirna. Bahana monyet Thomas Leaf di kejauhan pun tetiba menghilang. Suara indah alam itu berganti menjadi raungan kencang. Saya yang berjalan perlahan di tengah hutan sedikit kaget. Saya sudah terlalu jauh dari jalanan beraspal pun berbatu tanah. Tidak mungkin itu suara motor trail digeber. Saya menerka-nerka. Mungkinkah?
Setapak demi setapak jejak kaki saya mulai tertinggal di belakang dan suara raungan itu semakin kecang terdengar. Terkadang suara raungan itu berhenti sejenak. Namun terdengar lagi memekakkan telinga. Tak terasa matahari semakin menyengat. Saya menengadahkan kepala. Rupanya dedaunan rindang yang melindungi saya dari sengatan matahari berubah menjadi jarang-jarang. Pepohonan pun berjarak. Sambil membetulkan letak pelindung kepala, saya tetap melangkahkan kaki. Mendadak saya terhenti. Terkesiap, saya kaget melihat pemandangan di depan saya. Tebakan saya benar.
Semacam pitak yang menodai lebatnya rambut di kepala, hutan lebat yang saya lewati menuju Lange gundul di tengah. Suara raungan yang terdengar di kejauhan ternyata gergaji mesin. Tak berdaya pepohonan setinggi puluhan meter itu melawannya. Jatuh berkeretak menuju bumi. Andai pepohonan itu bisa merasakan sakit, mereka pasti menjerit. Saya mendekat. Di tengah tanah lapang akibat penggundulan itu terdapat pondok di mana saya melepas lelah sejenak.
Entah ilegal entah legal, namun penggundulan hutan itu sangat mengganggu saya. “Ini mau dibuat kebun durian dan kopi”, sambil duduk santai mengawasi rekannya menebang pohon, seorang pria paruh baya berbadan liat berbincang kepada saya. Saya terlalu curiga untuk mempercayainya. Di sekitar pondok terlihat papan-papan dan balok-balok kayu berukuran simetris. Rupanya ini hasil kayu yang mereka tebang. Tak lama, saya melanjutkan perjalanan.
Jalur menuju pantai ternyata tidak susah. Sepanjang jalan setapak melintang ranting-ranting yang tersusun rapi. Tidak mungkin kayu-kayu itu diangkut menuju pintu masuk hutan. Lebih gampang dibawa menuju pantai kemudian diangkut kapal dari sana. Saya menerka, ranting melintang di jalan ini untuk memudahkan mereka mengangkut kayu.
Berpuluh menit kemudian, sampailah saya di Pantai Lange. Di sebelah kiri pantai terdapat aliran sungai kecil yang berair cukup jernih. Yang menarik perhatian saya di sana adalah setumpuk papan dan balok kayu teronggok di pinggir sungai. Menjelang malam sebuah perahu terlihat bolak-balik ingin merapat ke pantai namun urung. Saya yakin perahu itu datang untuk menjemput kayu. Tapi tak dilakukan. Entah karena ada saya dan teman-teman yang sedang berkemah entah karena alasan lain.
Selain penebangan hutan, satu hal lagi ironi di pantai Lange yang molek. Ketika saya menyusuri pantai sepanjang kurang lebih 2 km itu saya menemukan sampah berserak. Bukan hanya di titik tertentu, tapi sepanjang pantai. Memang tidak tampak apabila dilihat sekilas. Tapi, jika ditilik lebih lanjut, di pepasiran pantai berbatasan langsung dengan bukit rumput, berserakan sampah yang mayoritas terbuat dari plastik sisa botol minuman ringan. Bagaimana mungkin di pantai rahasia ini berhambur sampah? Pasti perbuatan para pengunjung tak bertanggung jawab. Ternyata bukan.
Melihat sampahnya, banyak yang bukan dari Indonesia. Botol bekas minuman dan lotion dari Malaysia, Thailand, Maldives, India, dan yang terjauh dari Jerman saya temukan. Sampah ini pasti bukan dibawa oleh para pengunjung pantai. Air laut Samudera Hindia yang membawanya sampai ke sini. Saya pernah melihat video tentang sebuah pulau di Pasifik yang ternyata adalah kumpulan sampah laut. Bayangkan sampah plastik dari seluruh dunia berkumpul di sana. Bukan hanya berdampak pada polusi air laut, sampah yang berada di laut ternyata membahayakan satwa laut dan burung. 100.000 hewan laut mati setiap tahun akibat sampah plastik di pulau sampah yang disebut sebagai The Great Pacific Garbage Patch.
Di Lange memang kebanyakan sampah impor dari luar negeri, tetapi banyak juga sampah hasil camping atau kunjungan para pejalan di sekitar pantai dan bukit rumput. Walaupun tak sebanyak yang terdapat di pinggir pantai, di sekitar pondok kayu di kaki bukit rumput saya masih melihat sampah bungkus makanan instan, botol bekas air mineral, serta puntung dan bungkus rokok. Alangkah tidak bertanggungjawabnya para pejalan itu. Saya masih bisa merasa biasa saja saat melihat sampah berserakan di tempat umum karena biasanya di tempat umum terdapat petugas kebersihan yang membersihkan. Tetapi kalau melihat sampah di tempat terpencil seperti Lange, rasanya sedih. Andai bisa, saya akan mengangkut sampah itu ke tempat seharusnya. Sayang, waktu dan tenaga saya terbatas. Hanya membawa sampah milik saya sendiri kembali peran minimal saya untuk tidak menambah sampah di sana.
***
Tatkala malam menjelang, saya termangu dalam diam bersila di depan tenda. Menyimpan tanya, apakah sebegitu egoisnya manusia hingga merusak alam. Jelas keberadaan hutan berfaedah untuk mereka, tetapi tetap saja dibabat. Pun laut, manfaat yang tak terhingga mereka dapatkan dari sana, namun seenaknya dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah. Laut dan hutan juga tempat hidup makhluk lain, satwa dan flora sebagai penyokong hidup mereka. Sebegitu tidak maunya kah mereka berbagi tempat hidup dengan makhluk lain? Sebegitu serakahnya kah mereka ingin menjajah? Ya, mereka, kita, kalian, adalah manusia yang seharusnya menjaga alam.
(Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya, Perjuangan Menuju Lange)
hm …… 😦
SukaSuka
Ada foto sungainya ngga ri? Masukin juga donk. Penasaran…
SukaSuka
Ada sih Je. Ntar deh aku edit, aku tambahin
SukaSuka
Semoga ada dinas terkait yang baca tulisan ini ya Ri. Sehingga ada tindakan yang bisa dilakukan, misalnya bikin acara bersih-bersih pantai atau apalah. Di sisi lain, takjub juga melihat perjalanan sampah-sampah itu yang datang dari negeri yang jauh.
SukaSuka
Kalo dinas terkait agak pesimis aku Yan. Yang masih mungkin melakukan bersih-bersih ya teman-teman komunitas pecinta alam. Tapi untuk logging, aku sangat berharap sama dinas terkait untuk menindak pelaku ilegal logging. Semoga pemerintah juga gak seenaknya memberikan ijin pembukaan lahan. Yah, memang gak banyak yang bisa aku lakukan buat berperan menjaga alam. Tapi sekecil apapun yg aku lakukan, seperti menulis ini, semoga bisa mengetuk hati banyak pembaca biar lebih peduli dengan alam. *panjang bgt yak nulis reply-nya*
SukaSuka
sampah botol2 luar sangat identik ternyata ini ya, mirip seperti di Pulo Aceh dan daerah sekitarnya. Bisa jadi yg dibuat ditengah laut oleh pelaut atau pengguna kapal kecil atau (pesiar)kah? Ini jg jadi ironi lagi. Double ironi di pantai yg begitu eksotis.
SukaSuka
Sayang sekali kan ya pantai indah tapi tercemar gini.. 😦
SukaSuka
sedih sama sampah plastik dan penggundulan hutan, mbuh kalu legal ato illegal..
SukaSuka
Yuk mbak kita biasakan selalu buang sampah pada tempatnya dan kalau bisa kurangi sampah plastik. Dimulai dari diri sendiri, semoga bisa menular 😀
SukaSuka
baca tulisanmu jd ingin penempatan di luar jawa..menambah kaya pengalaman hidup dan menikmati indahnya indonesia di antara ragam perilaku rakyatnya… 🙂
SukaSuka
Hehehe.. Ya, mungkin gak usah penempatan luar Jawa juga gak apa-apa Zak. Sinilah main-main ke Aceh 😀
SukaSuka
Kalau penebabgan kayu ilegal gerlangsung terus, mungkin ada oknum yang bereperan untuk melindungi dan si oknum mendapat uang tutup mulut. *justmyopinion.
SukaSuka
Iya mbak. Kalau googling soal ilegal logging di Aceh emang banyak mucul berita gitu sih.
SukaSuka
haduuuh penggudulan hutan,,,,ironi di setiap sudut hutan negeri ini. pemerintah abai, masyarakatpun banyk yg tidak peduli. alam dirusak untuk kepentingan segelintir orang.,,oalah indonesia-ku. aceh besar sering banjir gak sih ri?
SukaSuka
..demi kepentingan segelintir orang, tetapi yang menanggung, semua umat manusia di bumi. Aceh Besar gak sering banjir sih mbak. Tapi kalau diteruskan, bisa saja nanti jadi banjir.
SukaSuka
belum bisa ke Maldives at least nemu sampah nya dari sana dulu ya Bee… #eh #salahfokus
SukaSuka
Mau aku masukin karung itu sampah dari Maldives. Mau aku balikin ke sana langsung! 😀
SukaSuka
Tragis penebangan pohon dan bekas sampaah 😦
SukaSuka
Iya Mas.. Semoga gak makin parah
SukaSuka
Kok malah jadi hilang semangatku ke Lange ya abis baca ini. 😦
SukaSuka
Ya main ke Lange sekalian bersihin sampah aja lah.. hehe
SukaSuka
Pas lihat foto pertama lihat hijau rumputnya pengen guling-guling, tapi makin baca ke bawah ternyata banyak sampahnya, sayang sekali 😦
Chi pernah lihat di bener meriah semacam penebangan gini, tapi nggak selebar yang ini. Tapi tetap aja miris ngelihatnya 😦
SukaSuka
Sepertinya hutan Aceh benar-benar makin terancam ya Chi.. Btw, makasih udah mampir dan meninggalkan jejak
SukaSuka
wuesss mantap benar tulisannya ri. begitu juga kondisi hutan tangse. dulu sebelum banjir bandang, orang mengira tangse begitu rimbun dengan hutan tropisnya, tapi faktanya tidak. ibarat kepala yang mengalami alopesia, begitulah tangse. dan efeknya terlihat jelas saat banjir bandang setahun silam. dan sekarnag setelah hutannya di babat, hasil alamnya berupa emas pun dikeruk dengan cara yang sangat tidak mempedulikan keselamatan lingkungan
SukaSuka
*hiks* Aku sedih baca ceritamu tentang Tangse Za.. Mau dibawa kemana ini Aceh? Dari pemerintah juga kurang peduli dengan pelestarian hutan. Masyarakat juga masih banyak yang belum teredukasi tentang pentingnya hutan. Miris.
SukaSuka
sampah dari jerman bukan saya yang buang ya 😀
SukaSuka
Percaya kok Bang. Sampahnya dari Hamburg kok. Ada tulisannya di botol sampah yang aku temukan. Kecuali botolnya bertuliskan Berlin. Baru aku tuduh abang yang buang sampah. Hehehe..
SukaSuka
mungkin botol minumannya bakas bantuan tsunami, dulu kan banyak beredar botol air mineral dari berbagai negara di aceh.
SukaSuka
Mungkin sih. Bagaimana dengan botol shampo, lotion, dan botol kaca yang sepertinya botol minuman beralkohol? Apakah dari bekas bantuan tsunami juga? Hehe..
SukaSuka
wow, garbage from around the world.. ikut prihatin jadinya..
SukaSuka
whoa.. sampahnya dari mana2 yaa.. menarik jg kl ada recycling center di deket2 situ 😀
SukaSuka
Iya ya.. Biar gak susah-susah mengolah sampahnya
SukaSuka
Ping balik: Air Mancur di Pantai Ie Rah | The Science of Life
hiks…
penggundulan hutan, sampah di mana-mana.
masalah wisata Indonesia dan alam pada umumnya selalu tak jauh dari ini ya. sedih membacanya mas.
mau ngadu ke pemerintah, kok rasanya dah kalah duluan ya… gak akan digubris.
SukaSuka
Pemerintah kita emang kurang perhatian sama isu seperti ini 😦
SukaSuka
Ping balik: Rangkuman Perjalanan 2013 | The Science of Life
Ping balik: Fragmen Hutan Aceh dan Peran Kita Untuk Melestarikannya | The Science of Life
Ping balik: Aceh Punya 10 Pantai Unik Ini | Buzzerbeezz