Oleh-oleh #LasemTrip


Jarum jam pendek belum berubah angka sejak kami, para pejalan, menandaskan piring berisi makanan khas mirip opor ayam bernama lontong tuyuhan. Mengunyah empuk daging ayam kampung, menyeruput kuah gurih berwarna kuning keruh, dan tak lupa menyesap tulang belulang ayam sampai sumsum di dalamnya masuk ke mulut adalah penutup yang manis dari perjalanan selama 2 hari terakhir di Lasem. Kami bersepuluh sudah bersiap dengan ransel masing-masing. Saatnya kembali ke kota masing-masing. Duduk di teras kamar hotel, ditemani oleh beberapa rekan FOKMAS (Forum Komunikasi Masyarakat Sejarah Lasem) dan Rembang Heritage Society, kami masih berdiskusi seru. Rasanya masih enggan meninggalkan Lasem.

***
20130316-IMG_4032

Pelaku #LasemTrip di depan rumah candu

Sebenarnya sudah cukup lama saya dan beberapa kawan pejalan lain ingin menjejakkan kaki di Lasem, sebuah kota kecil bersejarah di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Karena saya berdomisili paling jauh, di Banda Aceh, kawan-kawan lain sepertinya bermurah hati menyesuaikan dengan jadwal saya. Suatu akhir pekan di bulan Maret 2013, saya yang kebetulan sedang mudik, menyempatkan diri untuk berkunjung ke Lasem dengan kawan-kawan. Lawatan ke Lasem ini kami juluki #LasemTrip karena banyaknya hashtag #LasemTrip yang kami bagi via twitter sebelum, selama, dan sesudah trip.

Ya, memang #LasemTrip ini berawal dari twitter. Terkumpulah 12 orang pejalan dari berbagai daerah mengikuti #LasemTrip. Beberapa sudah saling kenal di jejaring sosial, beberapa yang lain belum kenal sebelumnya, dan beberapa yang lain malah sudah bersahabat dan sering melakukan perjalanan bareng. Farchan dari Garut, Fahmi dari Magelang, Mbak Dian dari Tuban, dan Mbak Yusmei dari Solo, adalah sosok yang sudah cukup akrab dengan saya di jejaring sosial tapi baru kopdar di #LasemTrip ini. Mbak Azizah dari Semarang, terhitung sudah 3 kali saya bertemu dan malah pernah traveling bareng juga sebelumnya. Indra dan Nenny, mereka berdua adalah teman saya sejak lama, teman SMP. Kiki dan Budhi, mereka berdua adalah sosok baru bagi saya. Kiki adalah adik Farchan. Sedangkan Budhi adalah teman Farchan yang adalah ketua dari komunitas Backpacker Bandung. Ada lagi Popo dan Dito, rekan sealmamater di sebuah perguruan tinggi kedinasan yang juga merupakan rekan seangkatan Farchan. Saya tidak terlalu akrab dengan Popo dan Dito karena mereka hanya di hari pertama ikut #LasemTrip. Itulah sebelas kawan saya di #LasemTrip ini. 

Ditemani oleh rekan-rekan dari Rembang Heritage Society dan FOKMAS (Forum Komunikasi Masyarakat Sejarah Lasem), kami dibawa menapak tilas jejak sejarah di Lasem. Seolah kami melintasi garis-garis waktu saat menyisir pecinan di tepi sungai Lasem, bangunan tua berderet tampak menyimpan cerita. Kami dibawa juga melawat ke rumah produksi batik untuk mengenal lebih dekat warisan budaya leluhur milik Lasem yang masih eksis hingga kini. Sejarah perjuangan melawan penjajah, sejarah gemerlap sekaligus kelam penyelundupan candu, penyebaran islam oleh para wali, akulturasi budaya pribumi dengan bangsa Tiong Hoa, sampai dibawa mundur ke jaman prasejarah, adalah suguhan lengkap yang ada di Lasem.

Tidak hanya menjelajah, kami juga diseret dalam bermacam diskusi sarat kisah oleh Pak Danang, Pak Toro, Pak Yono, Mas Azis, dan Mas Pop dari Rembang Heritage Society dan FOKMAS. Ulasan lengkap didasari oleh pelbagai literatur disuguhkan kepada kami. Berbagai macam teori sejarah yang masih belum jelas kebenarannya namun masuk akal dicekokkan kepada kami. Bahkan beberapa dari kami diajak Mas Pop siaran di Radio Maloka FM untuk berbagi cerita #LasemTrip dengan pendengar. Benar-benar di luar ekspektasi saya.

***

Sebulan telah berlalu. Kisah #LasemTrip bulan lalu masih sering terlintas di kepala. Rasanya memang belum tuntas, hanya sekecap yang kami rasa. Bahasan tentang #LasemTrip masih sering berseliweran di lini masa twitter kami, di status Blackberry Messenger kami, pun sampai dibuat grup #LasemTrip. Posting-an di beberapa blog kami juga masih terus membahas Lasem. Mungkin kami memang belum bisa move on dari #LasemTrip. Sadar dengan potensi besar Lasem yang masih belum banyak dikenal, untuk mendokumentasikan cerita #LasemTrip kami, dan bentuk kecintaan kami kepada Lasem, kami memutuskan untuk membuat sebuah e-book. E-book ini kami dedikasikan untuk sesama pejalan yang ingin tahu lebih banyak tentang Lasem, untuk FOKMAS dan Rembang Haritage Society yang begitu peduli dan berjasa dalam menyebarkan kisah sejarah Lasem kepada khalayak, dan tentunya untuk Lasem, Kota Sejarah yang Terpinggirkan Zaman. Dan bertepatan dengan World Heritage Days 2013, e-book ini terbit.

BH3oXfDCAAAi1cj.jpg-large

Klik gambar ini untuk membaca e-book

Narasumber : @LasemHeritage , FOKMAS (Forum Komunikasi Masyarakat Sejarah) Lasem.
Inisiator : @efenerr
Redaksi : @Budhi_Setyawan of @BackpackerBDG
Desain + Layout : @desahGumardika
Kontributor : @noerazhka , @buzzerbeezz , @awardeean , @usemay , @fahmianhar ,@nenny_45as
Link Download Mediafire : e-book #LasemTrip


Baca Juga : 
Wisata Sejarah Ke Lasem #LasemTrip, chirpstory by @BackpackerBDG
Lasem, Kota Sejarah yang Terpinggirkan Zaman, chirpstory by @BackpackerBDG