Tentang Menghargai Karya Orang Lain


Saya pernah menulis sebuah twit kurang lebih begini, “hal yang paling menyenangkan adalah ketika karya kita diapresiasi oleh orang lain”. Ya, tentu saja saya sangat senang kalau ada yang mengapresiasi tulisan-tulisan saya di blog ini. Sekedar baca, like, apalagi meninggalkan jejak di kolom komentar, sudah membuat saya merasa diapresiasi. Tapi ternyata masih banyak pihak yang belum tahu atau mungkin tidak mau tahu tentang bagaimana menghargai hasil karya orang lain. Seingat saya, sudah berkali-kali tulisan dan atau foto di blog saya ini diambil oleh pihak lain tanpa seizin saya. Dan saya menganggap, itu sama saja dengan mencuri. Iya, pencuri. Mengambil sesuatu tanpa seizin dari pemilik namanya apa dong kalau bukan pencuri?

Pernah baca tulisan 10 Things To Do in Banda Aceh punya saya? Beberapa waktu lalu saya menemukan beberapa bagian tulisan dan foto di sana disalin tempel di sebuah thread di kaskus tanpa menyebutkan sumbernya. Saya sebal sih waktu itu. Tapi saya masih bisa biasa saja karena dunia forum kaskus memang sering menyomot tulisan entah dari mana-mana. Toh di beberapa foto juga masih terlihat jelas watermark alamat blog saya. Paling tidak pembaca pun tahu kalau foto itu diambil dari blog saya. Satu lagi, di thread itu kutipan tulisan dan foto saya tidak untuk sesuatu yang komersial. Hanya untuk dibagi ke sesama traveler saja. Sebal, tapi saya masih bisa memaafkan. Maklum pengalaman pertama dijiplak, masih pemaaf.

Pernah juga saya menemukan foto Masjid Raya Baiturrahman di atas ini diedit dan dipajang di sebuah blog milik seorang blogger peserta kontes blogging dan traveling My Selangor Story. Untungnya setelah saya tegur, yang punya blog meminta maaf dan menampilkan blog saya sebagai sumber fotonya. Saya cukup mengapresiasi sang pemilik blog itu. Tidak semua orang mau berlapang dada meminta maaf dan memperbaiki kesalahan ketika salah.

IMG

Foto Museum Tsunami yang dimuat oleh Kawanku adalah dari post saya https://buzzerbeezz.wordpress.com/2011/11/29/wisata-edukasi-museum-tsunami/

Yang paling membuat saya sebal dan sangat kecewa adalah ketika sebuah majalah remaja ternama bernama Kawanku memuat sebuah foto saya di salah satu edisinya. Memang sih watermark saya tidak dihapus dan dimuat sumbernya, tapi karena majalah Kawanku ini adalah majalah yang tujuannya komersial, saya merasa tidak dihargai. Saya sempat diskusi dengan seorang kawan yang bekerja di media masa tentang hal ini. Saya juga googling dan baca tentang Undang-undang Hak Cipta dan Undang-undang Pers. Sampai kemudian saya pun mengirimkan email ke pihak Kawanku menanyakan tentang hal ini. Dan inilah email saya dan jawaban dari Kawanku

Screen shot 2013-06-12 at 9.29.12 PM

Screen shot 2013-06-12 at 9.30.14 PM

Dan karena saya sangat awam di bidang hak cipta dan pers, saya tidak memperpanjang masalah dengan Kawanku ini. Walaupun saya tetap merasa tidak dihargai dengan dimuatnya sebuah foto karya saya tanpa izin di sebuah majalah remaja beroplah besar itu. Majalah sebesar Kawanku, mengambil foto gratisan dari sebuah blog? Tidak etis rasanya.

Beberapa hari lalu saya juga menemukan hasil foto saya muncul di sebuah brosur pariwisata milik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh. Selain karena saya sudah pernah diapresiasi oleh Disbudpar Aceh sebagai Juara Harapan III Lomba Blog Visit Aceh 2013, saya malah merasa senang ketika salah satu foto saya muncul di brosur pariwisata milik mereka. Toh watermark-nya masih ada dan juga tidak untuk tujuan komersial.

Yang terakhir, baru saja kejadian kemarin sore. Saya diberitahu seorang kawan bahwa ada tulisan saya yang dijiplak oleh sebuah situs pariwisata komersial bernama travelesia.com. Tulisan saya Panduan Singkat Wisata ke Pulau Breueh dijiplak habis-habisan di salah satu post mereka di Pulau Beras: Pulau Sepi Wisata Layaknya Pulau Pribadi, tanpa mencantumkan tautan ataupun sumber dari blog saya, bahkan beberapa foto milik saya diubah watermark-nya menjadi milik mereka. Saya sempat menulis di twitter tentang kejadian ini. Beberapa orang sempat menulis komentar di laman travelesia tersebut, tetapi tidak berapa lama komentar itu dihapus. Saya pun menulis email ke pihak travelesia, sampai saya menuliskan ini, email saya belum dibalas. Lucunya, artikel-artikel yang dimuat di laman mereka memakai copy protecting. Lebih lanjut lagi, ketika saya membaca syarat dan ketentuan milik mereka, di angka 10 mereka mencantumkan sesuatu tentang “kekayaan intelektual termasuk hak cipta”. Tapi yang mereka lakukan terhadap saya, mencuri hasil karya saya, benar-benar tidak beretika.

Saya memang bukan seorang penulis profesional. Bukan pula penulis buku. Tapi, apa hasil karya saya pantas untuk diperlakukan seperti itu? Saya rasa semua teman-teman blogger yang membaca ini pasti tidak suka ketika ada pihak yang mencuri karyanya. Pasti teman-teman blogger tahu bagaimana jerih payah menulis blog. Menulis itu memerlukan ide, hasil dari sebuah pemikiran yang dituangkan dalam tulisan. Kalau ada yang bilang, “ambil positifnya aja. Berarti tulisan kamu bagus”, maaf saya tidak setuju. Saya tidak bisa melihat di mana positifnya tindakan mencuri itu. Tindakan pencurian itu tidak bisa dikatakan sebagai apresiasi terhadap sebuah karya. Hasil karya apa pun. Misalnya lukisan, musik, foto, dan tentu saja tulisan, semua adalah hasil karya seseorang yang seharusnya dihargai. Pada dasarnya, manusia itu makhluk yang suka diapresiasi. Saya sendiri merasakan bahwa ketika ada orang yang mengapresiasi hasil karya saya, itu membuat saya makin semangat menghasilkan karya yang lebih baik. Saya terpacu untuk maju.

Terus ada juga yang berkomentar, “kalau tak mau di-copy paste jangan di-post. Karena tidak ada artikel yg tidak bisa di-copy. so intinya klo tak mau kena ya jangan di-posting“. Jadi salah saya yang posting nih? Hadeeehhh..

Dan belajar dari kasus saya dengan majalah Kawanku, saya mencantumkan disclaimer di laman blog saya ini. Coba lihat di bagian kanan halaman ini atau di sudut kanan bawah di halaman home, tercantum Unless otherwise stated, the copyright and any other rights in all material on this site are owned by buzzerbeezz. Please respect by not using them without permission”. Paling tidak, kalau ada yang mau mengambil tulisan atau foto dari blog saya ini dan punya niat baik, akan meminta izin kepada saya. Untuk kasus dengan travelesia, saya tak akan tinggal diam *demii tuhaaaaaaaannn*.

Yuk lah kita sama-sama saling menghargai hasil karya orang lain. Kalau kita respect dengan pihak lain, pasti kita pun akan mendapatkan respect serupa. Pengalaman saya di atas tentu saja menjadi pelajaran buat saya. Dan semoga juga menjadi pelajaran teman-teman semua. Semoga mereka dapat balasan yang setimpal.  Hahaha.. Apakah teman-teman ada yang pernah memiliki pengalaman seperti saya?Bagaimana ya caranya bikin mereka jera? *langsung hire a lawyer* 

Updated: