She May Find a Prince..
Roda sepeda motor yang kami kendarai menggelinding menjauhi pemukiman. Jalanan beraspal sudah berubah menjadi jalanan tanah selebar dua meter. Di kanan kami tampak kapal-kapal nelayan sedang bersauh di pinggiran sungai Silugonggo. Petak-petak tambak ikan pun berderet rapi di sebelah kiri kami. Sedangkan sang surya sudah mulai kembali ke peraduan di balik sosok gagah gunung Muria.
“Benar ini jalannya dek?”, aku bertanya kepadanya saat motor kami semakin jauh menuju utara. Sudah melewati Pulau Seprapat —sebuah pulau yang berada di tengah sungai Silugonggo namun sekarang sudah menyatu dengan daratan— namun tempat yang kami tuju belum ketemu juga. “Iya, masih ke utara lagi. Setelah jembatan kecil nanti kita belok kiri”, ia menjawab mantap.
Sore itu kami memang sengaja menghabiskan waktu menyusuri galengan tambak di pesisir utara Juwana. Selain bertujuan menikmati matahari tenggelam di balik Muria, ia juga mau menunjukkan tambak milik keluarganya kepadaku. Tambak yang penuh kenangan baginya.
“Dulu, waktu aku masih kecil, pagi-pagi buta aku dibonceng bapak pakai sepeda menuju tambak”, ia bercerita. Sekarang aja aku pakai sepeda motor jauh begini, bagaimana dulu pakai sepeda onthel ya. Pasti bapak lelah, apalagi di bangku boncengan ada seorang anak walaupun masih kecil tapi pasti bertubuh gemuk lucu. “Kalau hari libur, aku bisa seharian di tambak. Dulu pondokan kami di tambak nyaman. Ada tempat tidur, ada pula kompor untuk masak. Bapak menjaga dan merawat udang dan bandeng yang ada di tambak, sedangkan aku baca-baca buku di dalam pondok sampai tertidur”, ia kembali bercerita memori masa kecilnya. Sederhana dan bahagia sekali.
Galengan tambak yang tadinya cukup lebar untuk dilalui mobil, kini menyempit —hanya bisa dilalui sebuah motor—. Aku yang tidak biasa naik motor di antara tambak-tambak ini tentu harus ekstra hati-hati. Untung saja, tak lama kami sudah sampai di tempat yang kami tuju, tepat saat bulatan sempurna sang surya menghilang dibalik sang Muria. Ia berdiri menatap refleksi langit jingga di air tambak. Aku berdiri di belakangnya. Hening. Yang terdengar hanya desau angin yang membelai indra pendengaran.
Tubuhnya yang mungil terlihat bergetar. Isak lirih tertangkap telingaku. Kudekati ia dan kuusap air mata yang menetes tak terbendung. Tanpa berkata-kata, kulingkarkan tanganku ke tubuhnya, aku memeluknya dari belakang. Aku tahu yang ia rasakan.
“Dear Daddy, I may find a Prince someday but you’ll always be my KING”. Teringat aku sebuah status messenger yang pernah ditulisnya sebelum kami menikah. Kini, aku memang sudah menjadi suaminya, mungkin juga menjadi pangerannya. Tapi aku tahu, tempat Bapak —yang sudah tutup usia hampir satu dekade lalu— akan selalu sama di hatinya. Well, honey.. Here I am, your prince. Maybe I can’t be your king, but you can count on me for all of your life.
Dan sayup-sayup adzan maghrib berkumandang memanggil kami pulang..
Juwana, 19 Agustus 2013
betapa indahnya…………….
SukaSuka
Romantisnyaaaa
SukaSuka
Hehehehe.. Makasih 😀
SukaSuka
U had me at “tubuhnya yg mungil terlihat bergetar”
U lost me at “sekarang aja pakai sepeda motor jauh begini, gimana dulu pake sepeda motor ya”
SukaSuka
Hahaha.. Salah ketik Om :p
SukaSuka
ci cuiiittt
SukaSuka
uhuy…..postingan penganten baru hahaha 🙂 langsung jadi inget Neni 🙂
SukaSuka
Hahaha..
Eh, kalau mau baca-baca tulisan nenny bisa buka blog dia lho di http://nennywulandari.wordpress.com/
SukaSuka
Langsung meluncur
SukaSuka
Terharu …~_~…
Jadi inget Nenny pas ketemu laut langsung “menyepi”, saat yg lain sibuk foto2, dia sibuk merenung 😀
SukaSuka
Eh? Merenung kenapa mbak? Kok aku gak tau? Pas di Lasem kah?
SukaSuka
iyaaaa pas di Lasem hahahaha
Aku punya fotonya
SukaSuka
Maca tulisan iki bareng azizah…komentare : saiki ari romantissss 🙂
SukaSuka
Hahahaha.. Tadi pagi lagi galau mbak. Terus iseng pengen nulis blog malah dadi nulis iki. Salam buat mbak Zizah yaaa..
SukaSuka
So sweet…. *pelukkkk* #eh 🙂
SukaSuka
My fave quote: “Well, honey.. Here I am, your prince. Maybe I can’t be your king, but you can count on me all your life.”
Terharuuuuu bacanya. :”)
Semoga Allah swt memberkahi pernikahan kalian dengan kebahagiaan dunia dan akhirat.
SukaSuka
eaa
SukaSuka
ups! Juwana? Beneran? aku kecil sampai lulus SMA di sana..
wahhhhh.. sejauh ini…
SukaSuka
Eh?! Orang Juwana juga kah? SMP aku di SMP 1 Juwana. Mbak Ie tinggal di mana dulu di Juwana?
SukaSuka
iya. aku juga di SMP 1 Juana, cuma SMA nya di Rembang.. setelah itu aku di semarang sampai sekarang..
Aku tinggal dekat punden desa bakaran wetan? Tahu ga?
#please jangan sampe ini satu angkatan atau malah sekelas… :p
SukaSuka
Masuk atau keluar SMP tahun berapa? Istriku Bakaran Wetan juga lho mbak. Kami lulus SMP tahun 2001. Kalau aku rumah di Batangan sih..
SukaSuka
Oya?
wahhhh.. lulusnya beda 10 tahun ha ha ha..
istri dirimu bisa jadi tetanggaku tuh.. he he he…
Batangan? rumah kakakku juga di batangan…
aduhhhhh… udah kujejahi dunia… kenapa ketemu juga di dunia maya dengan orang sekampung..
#benar kata orang tua… dunia ini memang tak lebih besar dari daun kelor.. 😀
SukaSuka
Hah mbak Ie bakaran wetan juga to? apanya punden mbak rumahnya? sama SDN 1 bakaran wetan?
SukaSuka
kanan punden 2 rumah…
rumah tusuk sate yang ada gapuranya
😀
SukaSuka
depannya Budhe Suji Pakdhe Giri mbak? masuk gapura apa yang pinggir jalan caket daleme Budhe Suyar Pakdhe Damar? kalau masuk Gapura napane daleme Bu Tutik Pak Rusmidi? tetanggaan beneran berarti kita mbak Ie *salim* hehehe
SukaSuka
aku di cecarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr tolong… ha ha ha ha….
depannya budhe suji persis!
rumahmu mana hayoooooo???
SukaSuka
Ehhhhh??!! Ketemu tetangga di dunia mayaaa.. Hehehe
SukaSuka
hahahaha cecaran tetangga sekampung mbak judulnya 😀 , ke barat nya rumah mbak Ie daerah RT 8,tapal batas bakaran wetan-dukutalit , rumah kuno ada pohon mangganya 2 di depan mbak , mbak Ie kayaknya seumuran mbak nya Nenny deh , namanya mbak Ndaru atau jangan-jangan sekelas malah hahaha
SukaSuka
Wha?!! Sejujurnya ku akuiiii… dem dem dem dem (nyanyi…)
inilah yang aku kuatirkan…
ditanya soal teman sekelas….!
aduh adikku sayang… maafkan aku…
karena satu dan lain hal file memori ku banyak yang terhapus, jadi tidak banyak bisa mengingat …
he he he… maafkan aku…
wes pokokmen dewe tetanggaan kampung… gitu wae rak wes ya… he he he he he
SukaSuka
Hehehe.. Kalau sempat main ke Juwana mampir-mampir ya mbakkk.. 😀
SukaSuka
ketika suatu saat nanti, anak² kalian membaca postingan ini…. mereka akan tahu sepenggal sejarah kehidupannya :’)
SukaSuka
🙂 Iya.. Makasih ya Mi..
SukaSuka
mbak Ie bakaran wetannya sebelah mana? saya di tapal batas dukutalit mbak, rumah pertama dari tapal batas jalan raya yang selatan, semoga tetanggaan 🙂
SukaSuka
wuih romantis.. dan indah pemandangannya.. semoga sudah menjadi pangeran ya.. walupun belum bisa menggantinya peran KING-nya..
SukaSuka
Hehehe.. Makasih mbak 😀
SukaSuka
riiiiii, itu foto dijadiin kartupos aja.. keren loh..
SukaSuka
Wahh.. Ide bagus mbak. Nunggu lega dulu deh ini kesibukan-kesibukannya. Baru nyetak2 kartu pos lagi. Udah lama juga gak cetak kartu pos sendiri. 😀
SukaSuka
seeepp.. ku iri dikau bisa nemu pemandangan kerenkeren.. jarang ketemu senja dan matahari pagi dimari sih ya.. huhuhu.. kangen ijoijo dan sawah nih..
SukaSuka
Kalau di Aceh pemandangan senja dan sawah ijoijo mah banyak mbak. Ini kebetulan sih pas di kampung halaman nemu pemandangan kayak gini 😀
SukaSuka
itulah ku ngiri, tiap pagi dan pulang melulu knalpot dan berisiknya lalu lintas.. padahal bisa difoto yang bikin stres ini.. cuma udah keburu badmood.. *iihh sapa suruh datang ke jkt gitu loh..
SukaSuka
prikitiuuuwwwww
same with me, bagiku alm bapakku adalah super hero
SukaSuka
Iya mbak. Semoga kelak aku juga bisa menjadi super hero untuk anak-anakku 😀
SukaSuka
amiiiiiiin
SukaSuka
*elap airmata * 🙂
SukaSuka
*sodorin tissue*
SukaSuka
Ping balik: Honeymoon Trip: Jambi Day 1 | The Science of Life
Ping balik: Cintailah (Wisata) Jawa Tengah, Nak | Buzzerbeezz