Honeymoon Trip: Jambi Day 1
“Kok honeymoon trip kita keliling Sumatera belum ditulis juga di blog?”, sebuah pertanyaan menohok datang dari istri saya suatu sore. Masih ingat dong cerita saya di postingan Sebuah Catatan Usai Berbulan Madu kalau usai menikah Agustus tahun lalu, kami (saya dan istri) berencana ber-honeymoon keliling Sumatera? Walaupun sudah berbulan-bulan lalu, dan sudah melewati banyak kejadian suka (Yayy!! akhirnya kami sudah tidak LDR-an lagi) dan duka (mulai dari istri yang keguguran di saat LDM sampai proses resign istri yg berbelit), kisah honeymoon trip ini sepertinya perlu saya tulis deh, paling tidak untuk dokumentasi. Kalau-kalau suatu saat anak-anak kami nanti pengen diceritain tentang honeymoon kedua orang tuanya bisa disuruh baca aja postingan ini.
Jambi.. Kota pertama yang akhirnya kami putuskan untuk trip estafet sampai Aceh kami pijak pada hari Kamis, 29 Agustus tahun lalu. Ada apa di Jambi? Kami pun tak tahu banyak. Bahkan mau nginap di mana pun kami belum tahu saat pesawat maskapai low-cost berwarna hijau yang kami tumpangi masih berada di atas sungai Batanghari yang meliuk menjelang landing.
Mendarat di Bandara Sultan Thaha Syaifuddin, saya cukup heran. Ternyata runway bandaranya pendek. Pesawat yang sudah mendarat harus berputar kembali untuk menuju ke tempat parkir. Tapi memang ternyata terminal bandaranya juga relatif kecil. Mungkin karena kota Jambi juga tidak terlalu ramai kali ya. Sempat mau naik taksi namun urung. Karena alasan ekonomis kami memilih naik DAMRI (walaupun sebenarnya kalau berdua ternyata lebih irit naik Taksi). DAMRI di Bandara Sultan Thaha ini wujudnya mobil, tidak seperti DAMRI di Jakarta atau di Banda Aceh yang berwujud bus. Hanya ada kami berdua yang jadi penumpang.
Saatnya memilih penginapan. Kami berdua sih bukan tipe pasangan newlywed yang harus menginap di hotel mewah selama berbulan madu. Tidak harus mewah, yang penting nyaman (padahal kan pengantin baru mah nyaman semua asalkan berdua *halah*). Dengan budget maksimal Rp. 200.000,-, akhirnya terpilihlah Hotel Novita Wisata. Alasannya? Deket sama Hotel Novita dong.. Biar tetep bisa foto-foto di hotel mewah untuk dipamerkan via social media *ya kali*.
Setelah tenang karena sudah mendapatkan penginapan, saatnya mengisi perut. Entah berkah entah hambatan, cuaca Jambi siang itu mendadak hujan cukup deras. Bingung dong kami mau makan di mana. Sederetan hotel sih ada Rumah Makan Padang, tapi masa iya di Jambi makan masakan Padang? Mengamati sekitar, ternyata di seberang jalan ada warung Pempek. Namanya Pempek 99. Jangan protes ya kenapa di Jambi malah makan makanan khas Palembang! Ya karena Jambi kan punya pempek khas sendiri. Pempek emang udah jadi rebutan sih antara Jambi dan Palembang (baca di sini). Kalau saya, masa bodoh deh. Yang penting pempeknya enak banget! Maklum, udah laper soalnya. Saat saya menandaskan piring berisi pempek panggang, istri saya menghabiskan rujak mie.
Tanpa agenda jelas, kami lanjut berjalan kaki berkeliling kota usai hujan reda. Tujuan kami cuma satu, berjalan ke arah sungai Batanghari. Saya cukup penasaran dengan sungai terpanjang di pulau Sumatera yang membelah kota Jambi ini. Untung saja feeling saya dalam menentukan arah cukup kuat. Tak lama berjalan kaki, kami tiba di sebuah taman di samping mall WTC Batanghari, Taman Tanggo Rajo namanya. Taman ini dikenal sebagai Ancol-nya kota Jambi. Mungkin karena letaknya di samping sungai Batanghari kali ya, makanya dimirip-miripkan sama Ancol di Jakarta yg berada di pinggir pantai. Saat itu belum cukup sore untuk duduk-duduk manis menikmati jajanan yang disajikan oleh para penjaja. Kami memilih untuk menyusuri sungai Batanghari menggunakan ketek (bacanya bukan ketek seperti monyet dalam Bahasa Jawa, tetapi memakai huruf e seperti logat orang Medan).
Ketek adalah perahu kecil bermotor yang dipakai sebagai alat transportasi antar sisi sungai Batanghari. Selain untuk alat transportasi, ketek juga sebagai sarana turis untuk melakukan Batanghari river cruise. Setelah tawar-menawar dengan bapak pemilik ketek (tentu saja tawar-menawarnya dilakukan oleh istri saya yang kalau nawar kadang-kadang suka Afgan), akhirnya saya dan istri berhasil men-charter ketek itu hanya untuk kami berdua. Bertiga ding sama bapak pemilik ketek sebagai sopir. Tujuannya pergi pulang menuju jembatan Batanghari II. Ketek berbunyi etek-etek (ya kalau bunyinya otok-otok pasti namanya kotok) mulai menyusuri air sungai yang berwarna coklat sanger (sanger adalah kopi susu khas Aceh). Sungai ini terlihat sepi. Tak banyak lalu lintas di sana. Hanya ada beberapa ketek yang kadang melintas. Selebihnya, sepi. Kalaupun ada keramaian, itu pun karena suara mesin ketek dan anak-anak yang mandi sore di sungai. Entah selalu sepi seperti itu atau kebetulan saja kami pas ke sana sepi.
Tak banyak pemandangan yang bisa kami lihat sepanjang pantai. Di beberapa bagian pinggir sungai, terdapat kios minyak yang mengapung di sungai. Dari kios minyak inilah ketek yang kami naiki mengisi bahan bakar. Aktivitas perkampungan melayu di sisi-sisi sungai juga menjadi pemandangan tersendiri, mulai dari mencuci sampai mandi (mungkinkah juga buang air?) mereka lakukan di pinggiran sungai. Yang paling menggangu saat cruising adalah ketika melewati sebuah pabrik karet di pinggir sungai. Bau asapnya menyengat. Benar-benar polusi udara deh. Tapi siksaan bau asap itu sirna saat melihat kemegahan jembatan Batanghari II melintasi sungai. Apalagi ditemani istri. Sungai Batanghari serasa milik berdua dong *halah*
Usai ber-cruising ria, kami menghabiskan sore menunggu sunset di Taman Tanggo Rajo sambil menyesap air tebu yang kami pesan di salah satu penjaja di sana. Sunset di sungai Batanghari ini adalah sunset kedua yang kami nikmati setelah sunset di balik gunung Muria yang penuh haru.
Tak banyak yang kami lakukan usai menikmati sunset. Usai shalat maghrib, kami berkeliling mall sebentar. Hari itu kami tutup dengan sepiring nasi goreng hati dan segelas teh telur di sebuah penjaja kaki lima (lagi-lagi) di depan Hotel Wisata. Sayang sekali seharian itu tidak ada orang yang bisa dimintai tolong memfoto kami berdua, jadinya gak ada foto-foto mesra bareng deh. Note to self: Makanya, lain kali bawa tripod!
Jambi, 29 Agustus 2013
Gono-gini Day 1:
Damri Sultan Thaha – Hotel Wisata (1 person 40 K) | 80 K |
Hotel Wisata 1 night + breakfast | 140 K |
Pempek bakar 10 K+ rujak mie 12 K | 22 K |
Es campur @ 10 K | 20 K |
Batang Hari river cruise | 50 K |
es Tebu taman Tanggo Rajo | 5 K |
Dinner Nasgor hati 10 K , teh telur 6 K , teh manis 3 K | 29 K |
Total | 326 K |
Honeymoon_nya kerennn 🙂
SukaSuka
Makasih Mas 😀
SukaSuka
Smoga dapat ganti yg lebih baik ya ari dan istri..ikut seneng udah gak ldr-an lg 😀
udh baca buku backpaking keliljng sumatra blm? Judulnya mirip2 gt deh.. menarik juga tuh 😀
SukaSuka
Makasih Mira 😀
Buku siapa tuh? Aku belum baca. Ntar deh dicari buku backpacking Sumatra-nya..
SukaSuka
Habis ini pokoknya Pekabaru … NDAKMOTAUK …
SukaSuka
Sabar Om.. Masih ada Sawahlunto, Padang, dan Bukittinggi sebelum Pekanbaru :p
SukaSuka
Wah ada agenda ke pekanbaru rupanya ya..
SukaSuka
Iya mas. Masnya di Pekanbaru ya?
SukaSuka
Iya..
SukaSuka
Hari pertama di Jambi hujan deras itu berkah Ri… biar bisa lama-lama ama Nenny di kamar hotel terus uhuk-uhuk… *minum komidin* hahaha
SukaSuka
Heh!! Itu off the record ya Lim.. :p
SukaSuka
Dek Haliiiimmmm, jangan bahas yang macam2 disini yaaa 😆
SukaSuka
waaa mbak Dian mo bikin rusuh nih *seret ke lapak sebelah* 😀
SukaSuka
Iyo ik.. Mbak Dian ngerusuh iki.. Yuk Lim kita kerjain mbak Dian di lapak sebelah 😀 *semangat*
SukaSuka
Ditunggu kelanjutan cerita2 hanimunnya yaaaa 😆
Btw yg dimaksud penginapan nyaman untuk penganten baru itu yang bisa tidurnya berdua ya? bukan berame2 #EH *Memangnya dormitory?*
SukaSuka
Yang tempat tidurnya double mbak! Bukan yg twin bed! 😀 Hahahaa
SukaSuka
jembatan Batanghari keren ya. mana dapet lagi tuh moment senja nya..
menanti cerita lanjutannya 🙂
SukaSuka
Emang keren lho ibuseno jembatannya 😀
SukaSuka
apa beda antara batang hari sama menghitung hari??
SukaSuka
Bedanya yg nyanyi. Kalau menghitung hari itu Krisdayanti. Kalau batanghari siapa aja bisa nyanyi 😀
SukaSuka
ah ngak seru cepet x ketahuan
SukaSuka
Seru banget honeymoonnya. Anti mainstream ya mas hehehe. Tapi aku juga penasaran nih pengen ngedatangin kota-kota di Sumatera gini. Banyak hal baru yang bisa diexplore kan yah..
SukaSuka
Seru dong pastinya Lia.. Segera diwujudkan gih keliling kota2 di Sumatera. Pengalaman tidak terlupakan tuh 😀
SukaSuka
Jiaaaaah…foto kalian berdua mana jugak. kan judulnya honeymon :p
SukaSuka
Tulah kak.. gak nemu orang yg bisa diminta tolong buat fotoin. Tunggu postingan hari2 selanjutnya aja. Ada kok foto2 kami. Hahaha
SukaSuka
Romantis bener deh Mas Ari. Belom pernah hanimun sampe sekarang. Ihik. Kayaknya seru ya spontan travelling gini.
SukaSuka
Sekarang sekeluarga dong mas traveling spontannya, sekalian honeymoon 😀
SukaSuka
emang ya kalau lagi hanimun, apa-apa milik berdua deh. yang lain ngontrak hahaha 😀 keren2 fotonya Mas. Apalagi yang jembatan Batanghari dan sunset di sungai itu 🙂
SukaSuka
Usai honeymoon dunia rasanya tetap milik berdua dong.. 😀
SukaSuka
romantisnyaaaaaaa 🙂
SukaSuka
Makasih mas Jo.. 😀
SukaSuka
Seneng deh kalo ada sungai bersih yg membelah kota kayak gitu :3
SukaSuka
Iya.. Andai semua sungai kayak gitu ya
SukaSuka
honeymoon part II ntar di Sulawesi *trus aku ikut menyusup ke dalam koper :))
SukaSuka
Part III itu mbak ke Sulawesi. Part II udah ke Takengon, Sabang, n Meulaboh nih 😀
SukaSuka
Anak : Pak, cerita tentang honeymoon sama ibu dong
Bapak : Nih dicek aja di blog *bapaknya ngasih link*
Anak : Deuhhh, males ah buka link… ada fotonya aja nggak?
Bapak : Kowe iki anak opo selbtwit toh, nduuukk
SukaSuka
Heh!! Tak pecat dadi anak kowe.. Hahahaha..
SukaSuka
Aku belom pernah ke Jambi >.<
Btw salam untuk istrinya yaaa. Untung ditanyain jadi ditulis deh kisah bulan madunya. Hehehe
SukaSuka
Jambi cantik lho mbak 😀
Salamnya nanti saya sampaikan deh mbak.. Atau, bisa juga langsung salam-salaman di blog istri di http://nennywulandari.wordpress.com/ 😀
SukaSuka
bau karet itu paling enak dinikmati sambil makan sate dan minum es tebu! nikmatnyaaaa ahaha…
SukaSuka
Ke Jambi? Patut dipertimbangkan, mngkin suatu saat stlah saya bsa ke Riau krn ksna paling ingin krn satu dan lain hal.
SukaSuka
Makasih udah mampir 🙂
Abis dari Jambi kami juga ke Riau lho. Tapi belum sempat ditulis kisahnya. Hehe..
SukaSuka
Ping balik: Honeymoon Trip: Jambi Day 2 | The Science of Life
Ngakak baca bagian gono-gini-nya. Jambi, sungai, candi, duduk-duduk malam hari di tepiannya, memang okeh sekali. Setahun yang lalu ke sini dan bernostalgia lewat catatan ini. Sip, mas! 🙂
SukaSuka
Makasih udah mampir Fatah 😀
SukaSuka
Kalau tak khilaf, Jembatan Batanghari II ini kan yang kita lewati kalau mau ke candi?
SukaSuka
Yup. Benar sekali Fatah. Kalau mau ke Candi Muaro Jambi lewat jembatan ini 😀
SukaSuka
Honeymoon nya anti-mainstream… KEREN!!!
Salam kenal ya… Yuk ikutan lomba blog ‘WHY MACAU’ hadiahnya jalan2 GRATIS ke MACAU selama 3 hari 2 malam lho. Seru kan!Info lomba >> http://bitly.com/WhyMacau
Cheers, Citra
SukaSuka
Ping balik: Honeymoon Trip: Sekelebatan Medan | The Science of Life