Honeymoon Trip: Jambi Day 2


Malam semakin larut dan saya, di dalam sebuah ruang kamar di Hotel Wisata Jambi, masih belum bisa memejamkan mata. Alih-alih mencoba untuk terlelap, saya malah asyik googling persewaan motor dan mobil di kota Jambi. Setelah seharian hanya berjalan kaki berkeliling di dalam kota Jambi, esok hari saya dan istri berencana berkunjung ke Candi Muaro Jambi yang terletak cukup jauh dari pusat kota Jambi. Sayangnya, hasil bertanya kepada pihak hotel dan googling kesana kemari, kami menemukan fakta bahwa tidak ada angkutan umum yang menuju ke Kompleks Candi Muaro Jambi. Maka, alternatif terbaik kami untuk berkunjung ke kompleks candi yang kabarnya terbesar se-Asia Tenggara ini adalah menggunakan ojek atau sewa kendaraan.

Salah satu kompleks Candi Muaro Jambi

Harapan menyewa motor pupus setelah bertanya dan googling hasilnya nihil. Rupanya di Jambi belum ada persewaan motor. Beberapa persewaan mobil pun ketika saya hubungi ternyata harganya tidak cocok dengan budget kami. Kalau beramai-ramai sih worth it ya naik mobil. Ya kalau cuma berdua kan harganya juga dibagi dua. Kurang efisien bagi kami. Alternatif terbaik adalah (masih) menggunakan ojek.
Saat kantuk mulai menyerang, saya ingat dengan sebuah jejaring sosial bernama Couchsurfing. Saya memang tidak terlalu aktif di jejaring sosial yang disingkat CS ini. Tapi sempat beberapa kali dulu ikut gathering anak-anak CS di Banda Aceh. Tidak banyak berharap ada teman CS Jambi yang mau menemani kami berkeliling Candi Muaro Jambi, saya post permintaan tolong di grup CS Jambi.
Sepeda yang bisa disewa di Candi Muaro Jambi

Sepeda yang bisa disewa di Candi Muaro Jambi

Benar memang kalau ada yang bilang bahwa ‘God save the traveler’. Saat bangun pagi, saya memperoleh kabar dari teman-teman CS Jambi kalau dua di antara mereka bisa dan bersedia menemani kami berkeliling Candi Muaro Jambi. Adalah mas Reza dan mas Yusril yang berbaik hati. Sekitar pukul 10.00 kami bertemu di lobby Hotel Wisata. Usai check out, kami langsung bermotor ria menuju Candi Muaro Jambi yang terletak di daerah Muaro Sebo. Ya, pertolongan Tuhan pada kami hari itu adalah dalam bentuk mas Reza dan mas Yusril 😀

Sekitar setengah jam perjalanan sampailah kami di Kompleks Candi Muaro Jambi. Pantas saja tidak terdapat angkutan umum menuju kompleks candi. Suasana sepanjang perjalanan saja relatif sepi. Tak banyak melewati perkampungan. Pun dengan kompleks candinya. Mungkin karena hari itu hari jumat makanya sepi.
Sebenarnya tujuan utama saya ke Jambi adalah kompleks candi ini. Mengunjungi candi ini adalah salah satu wishlist saya sejak lama. Dan hari itu, Jumat, 30 Agustus 2013, mission accomplished. Pertama memasuki kompleks candi, kami berkunjung ke sebuah gedung yang berfungsi sebagai museum dan tempat penyimpanan benda bersejarah yang berada dekat dengan Candi Gumpung, salah satu candi di kompleks percandian Muaro Jambi ini. Selain Candi Gumpung, terdapat juga Candi Tinggi, Candi Kembar Batu, Candi Astano, Candi Gedong I, Candi Gedong II, dan Candi Kedaton. Berdasarkan literatur yang saya baca, terdapat sekitar 82 candi yang mayoritas belum diidentifikasi. Namun hanya 7 di antara 82 itulah yang kami kunjungi. Selain itu, ada juga jaringan kanal kuno yang bermuara di Sungai Batanghari.
Kiri ke kanan: Mas Yusril, Mas Reza, istri saya

Kiri ke kanan: Mas Yusril, Mas Reza, istri saya

Penjaga candi

Penjaga candi

Jarak antar candi dalam kompleks percandian ini relatif jauh. Beruntung kami berkeliling menggunakan sepeda motor. Jarak yang jauh bisa kami tempuh dalam waktu singkat. Alternatif lain, jika tidak menggunakan motor bisa menyewa sepeda di dekat Candi Gumpung. Beruntungnya lagi, karena bareng temen CS, akhirnya saya dan istri bisa foto berdua dong 😀
Tak lama memang kami berkeliling. Karena hari itu Jumat, kami mencari masjid di dekat kompleks candi untuk shalat Jumat. Walaupun akhirnya tidak jadi shalat Jumat karena lama mencari masjid dan ketika ketemu shalatnya sudah selesai. Hehe..
Dendeng batokok dan hidangan lainnya

Dendeng batokok dan hidangan lainnya

Mejeng di Temphoyac

Mejeng di Temphoyac

Usai berkunjung ke candi yang dulunya adalah tempat menuntut ilmu para pendeta Budha ini kami kembali ke kota. Tujuan berikutnya adalah makan siang. Saya minta kepada mas Reza dan mas Yusril untuk menunjukkan tempat makanan khas kota Jambi. Tadinya sih mau cari rumah makan yang jual tempoyak –olahan durian yang difermentasi–, tapi setelah muter-muter gak ketemu akhirnya terpilihlah Rumah Makan Dendeng Batokok Pusako Duo yang terletak di Jalan MY Singadekane. Sajian utamanya tentu dendeng batokok. Dendeng yg berbentuk bulat dan ditaburi bawang merah goreng di atasnya ini rasanya enak. Dagingnya empuk dan beraroma asap. Makan saya lahap dong. Dendeng yang dihidangkan langsung tandas.

Tidak ketemu tempoyak yang makanan, ada tempoyak lain yang kami temukan. Yaitu temphoyac. Ya, usai bersantap siang kami berkunjung ke sebuah toko souvenir kreatif bernama Temphoyac. Miriplah sama Piyoh kalau di Sabang dan Banda Aceh. Selain menjual kaos bertema Jambi, temphoyac juga menjual souvenir unik dan makanan khas Jambi. Di antaranya ada sirup kayu manis dan rambutan goreng. Pengennya sih beli beberapa kaos, tapi mengingat perjalanan masih jauh dan lama, saya memutuskan beli 1 kaos saja. Takut kalau beli banyak-banyak makin memberatkan ransel saja (padahal alasan utamanya memberatkan dompet).
Koleksi Temphoyac

Koleksi Temphoyac

Menjelang sore, saatnya mencari bus. Tujuan kami selanjutnya adalah ke kota Sawahlunto. Kembali mas Reza dan mas Yusril berbaik hati menemani kami ke pool bus Family Raya di dekat mall Jambi Town Square (Jamtos). Untuk mencapai Sawahlunto, kami harus naik bus jurusan Jambi – Padang dan turun di Muaro Kalaban untuk selanjutnya naik ojek ke Sawahlunto. Bus yang menuju Padang hari itu sedang penuh-penuhnya. Hanya tersisa 2 seat paling belakang di ‘area’. Kami mengiyakan membeli seat itu tanpa tahu dengan jelas seperti apa seat ‘area’ itu. Karena sepanjang saya naik bus di Jawa, belum pernah ada bus yang memiliki seat ‘area’.
Bus Family Raya

Bus Family Raya

Masih ada waktu beberapa jam sebelum waktu berangkat. Usai berpisah dengan orang paling berjasa bagi kami hari itu, mas Reza dan mas Yusril, kami pun mengisi waktu window shopping di Jamtos. Setelah shalat maghrib, saatnya berangkat. Melihat penampakan busnya, saya senang. Bagus juga ya ternyata busnya. Dan begitu masuk bus, memang sih beneran bagus. Tapi, barulah kami tahu bahwa yang dimaksud seat ‘area’ adalah ruangan terpisah dari ruangan utama yang berada di bagian paling belakang bus yang isinya toilet dan 3 tempat duduk yang difungsikan sebagai smoking area. Oww maaakk.. Semoga perjalanan sekitar 8 jam ke depan bisa kami lalui dengan lancar. Namun, kenyataan biasanya tak selalu seindah harapan.
Jambi, 30 Agustus 2013
Banyak foto berdua mumpung ada yang motoin

Banyak foto berdua mumpung ada yang motoin

Foto berdua lagi dong

Foto berdua lagi dong

Gono-gini Day 2:

Tiket masuk Candi 2 motor 4 person 10 K
Lunch dendeng batokok 4 person  (RM Pusako Duo) 74 K
Oleh-oleh (kaos dewasa 1, kaos anak 1, rambutan goreng, kopi, sirup, gantungan kunci) 125 K
Tiket bus Muaro kalaban (Jambi – Padang PO Family raya ceria @ 140 K 280 K
Total 489 K