Honeymoon Trip: Antara Padang dan Bukittinggi
Manusia merencanakan namun Tuhanlah yang menentukan. Seperti itulah kadang terjadi dalam perjalanan. Itinerary yang sudah disusun bisa mendadak berubah karena suatu hal di luar kewenangan kita. Saat kami ber-honeymoon-ria setahun lalu pun begitu. Usai Sawahlunto kami berencana langsung ke Bukittinggi. Padang bukan menjadi tujuan kami. Namun, di ibukota Sumatera Barat itulah malam itu kami terdampar. Malam sudah larut saat kami sampai Padang. Jalanan Padang basah setelah hujan menerpa. Usai turun dari minibus yang membawa kami dari Sawahlunto, kaki saya mengikuti ke mana saja istri saya pergi. Maklum, istri lebih mengenal kota ini. Berkelilinglah kami naik angkot mencari penginapan. Di mata saya Padang di malam hari terasa sunyi dan kurang nyaman. Entah kenapa saat itu kami banyak bertemu perempuan muda berpakaian seksi di pinggir jalan tanpa kegiatan apa-apa. Mau tak mau saya jadi berpikiran yang tidak-tidak. Setelah berangkot-ria, jalan kaki melewati pasar dan trotoar basah, keluar masuk hotel bertanya harga, akhirnya kami bisa meluruskan punggung di sebuah kamar di Hotel Benyamin yang terletak di Jalan Bagindo Aziz Chan. Tidak perlu hotel bagus untuk istirahat sejenak sampai esok pagi pikir kami.
Pagi menjelang dan kami pun langsung bersiap menuju Bukittinggi. Usai sarapan nasi goreng seadanya di hotel kami pun check out. Masih ngintilin istri, saya pasrah diajak naik bus kota menuju Basco Mall, di mana mobil-mobil pribadi yang berfungsi menjadi travel menuju Bukittinggi berada. Menaiki bus, saya merasa bahwa orang Padang ini ekspresif. Bus yang kami tumpangi rame interior lucu, ada boneka marsupilami terpajang di sana. Agak tidak matching, lagu yang diputar di dalam bus adalah lagu ajeb-ajeb bervolume sangat keras. Selain bus, angkot yang kami tumpangi malam sebelumnya pun tak kalah unik, ceper dan berlampu warna-warni.
Sesampai di Basco Mall, naiklah kami ke sebuah mobil avanza yang akan membawa kami ke Bukittinggi. Walaupun agak lama menunggu mobil penuh sebelum berangkat, tapi masih dalam kewajaran. Perjalanan pun cukup menyenangkan. Sepanjang perjalanan kami diiringi lagu-lagu minang (“talambeeekk.. iyo salangkah.. talambek.. denai malangkah” *bahkan lagunya Ratu Sikumbang ini masih terngiang sampai sekarang*). Namun tak lama perjalanan berubah menjadi penyiksaan. Pasalnya, jalan raya Padang – Bukittinggi, tepatnya di kawasan Koto Baru, pagi itu macet sekali. Usut punya usut, hari itu adalah pas hari Senin yang adalah hari pasar masyarakat di Koto Baru. Pada hari pasar ini, masyarakat berduyun-duyun ke pasar, ada penjual yang membawa bermacam barang kebutuhan sehari-hari seperti sayur mayur untuk diperjualbelikan, ada juga para pembeli. Mereka menyesaki pasar-pasar yang umumnya berada di pinggir jalan raya. Tentulah jadi seperti pasar kaget dan berakibat macet total. Perjalanan yang seharusnya hanya sekitar 2 jam terpaksa kami lalui selama hampir 5 jam. Rasa bosan, capek, dan terutama lapar membuat saya agak emosi. Untung istri saya orangnya sabar. Kami kira berlibur jauh dari ibukota bisa terhindar macet. Eh, ternyata di Sumatera Barat pun tetap ketemu macet!
Perasaan lega merambat saat mobil yang kami tumpangi sudah masuk kota Bukittinggi dan berhenti di sekitar Pasar Bawah dan menurunkan semua penumpangnya. Kami yang memang ingin menginap di sekitar Jam Gadang merayu sopir untuk mengantar kami ke Pasar Atas. Emosi kembali menyeruak tatkala sang sopir meminta tambahan uang 20 ribu untuk mengantarkan kami. Langsung saja kami bilang tidak. Dengan masih bersungut-sungut saya menurunkan tas yang masih di dalam mobil dan melenggang menjauh. Mungkin karena tahu kalau kami wisatawan si sopir itu jadi aji mumpung. Padahal saat kami naik angkot ongkosnya cuma 2.500 rupiah per orang. Sesampai di Pasar Atas, untuk meredam emosi dan tentu saja lapar, kami langsung kalap makan di Nasi Kapau Ni Lis di Los Lambuang. Sepiring penuh nasi ditemani gulai tambusu terasa sangat menggoda.. nyaaammm.
Masih agak menggeh-menggeh usai makan, istri saya berkomentar, “Lho mas, jaket kuningmu tadi di mana?”. Saya bengong. Jaket yang saya pakai dari pagi dan saya lepas saat kepanasan di dalam mobil saat macet (sebenarnya mobilnya AC tapi sopirnya irit bgt kalau macet mesinnya dimatiin) ternyata ketinggalan di mobil! Wooo.. wis keno macet, sopire moto duiten, jaketku keri sisan! Emosi yang sempat diredam oleh gulai tambusu jadi muncul kembali. Ya udahlah, terpaksa saya ikhlaskan. Padahal jaket kuning bertuliskan Aceh itu jaket kesukaan saya. Alhamdulillah sih gak lama dapat pengganti baru (iya lah, saya beli lagi di Piyoh!).
Perut sudah kenyang dan saatnya cari penginapan. Berbekal tanya-tanya kepada seorang kawan yang memang berdomisili di Bukittinggi via messenger, kami berkeliling mencari penginapan. Dari hotel yang bagus sampai yang kurang bagus kami masuki. Kali ini kami mencari hotel seperti mencari jodoh. Hotel suka, harga gak cocok. Harga murah, hotelnya gak cocok. Lelah mencari, kami akhirnya melabuhkan pantat di kasur Hotel Kartini di Jalan Teuku Umar. Penginapan yang sangat cocok dengan kami karena sangat homey.
Menjelang sore, kami lanjut menapaki jalanan Bukittinggi mencari persewaan sepeda motor. Beberapa tempat yang direkomendasikan oleh teman ternyata tidak menyewakan sepeda motor kepada turis lokal atau stok motor mereka habis. Terpaksalah sore itu kami berjalan kaki mengunjungi Jam Gadang, Benteng Fort de Kock, Jembatan Limpapeh, dan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan. Kami kira kejadian kurang menyenangkan berakhir di hilangnya jaket saya, tapi ternyata ketika sedang melihat-lihat Jam Gadang kami dipalak oleh serombongan badut. Jadi, di kawasan Jam Gadang ini ada orang-orang yang berkostum tokoh kartun gitu. Mereka menawari berfoto bareng. Istri pun senang berfoto dengan badut berkostum minion. Mendadak badut yang berkostum lain ikut masuk dalam frame kamera saya. Ternyata usai foto-foto mereka minta uang. Lha, kenapa gak dibilang di awal kalau harus bayar? Entah kami kasih atau malah kami melarikan diri saat itu saya lupa. Di catatan biaya yang kami keluarkan sih gak muncul tuh uang buat bayar badut 😛
Capek seharian, kami menghabiskan waktu malam di Haus of Tea sekalian mau ketemuan dengan teman yang sudah membantu kami guiding via messenger seharian ini. Salmon Steak dan Banana Milkshake yang saya pesan. Setelah kejadian seharian kurang menyenangkan, saya pikir makan steak menjadi penutup hari yang menyenangkan. Benar saja, steak-nya cukup enak. Walaupun karena saya makan steak istri jadi merasa harus mengirit. Dia hanya memesan cakue saja. Bukan saya pelit lho ya. Istri saya memang pengertian, tidak mau merepotkan suaminya. Huahahaha..
Malam belum terlalu larut saat kami memutuskan kembali ke hotel. Sebelum ke hotel, kami menyempatkan melihat suasana Jam Gadang kala malam. Sepi. Padahal baru pukul 20.00. Masih merasa belum terlalu malam, kami masuk ke Bukittinggi Plaza yang ada Ramayana di sana. Begitu kami masuk terdengar suara-suara rolling doors diturunkan. Lha, kok sudah mulai pada tutup. Mungkin karena hawanya dingin jadi orang lebih suka cepat beranjak ke peraduan. Begitupun kami, tak lama setelah sampai hotel, langsung terlelap dalam mimpi.
Padang dan Bukittinggi, 1 – 2 September 2013
Gono-gini Day 5:
bus kota @ 3K | 6K |
Travel Padang – Bukittinggi @25 K | 50 K |
Angkot pasar aur ke jam gadang @ 2,5 K | 5 K |
Nasi kapau ni lis | 34 K |
Hotel kartini | 200 K |
Benteng fort de kock @10 K | 20 K |
Ades + teh kotak sosro | 9 K |
haus of tea steak,banana milkshake,cakue,mineral water | 83 K |
Ayam goreng tepung | 6 K |
Total | 413 K |
Untunglah ga ada lagi “tragedi” kasur pisah di hotel yang ini hihihihihihi
Omong2 soal jaket, ternyata pelanggan setianya Piyoh! ya 😀
SukaSuka
Tunggu cerita pisah kasur di post berikutnya ya mbak. Hahahaha.. 😀
Banget mbak! Aku pelanggan setia Piyoh dong
SukaSuka
aku paling suka Bukittinggi suasana adem
SukaSuka
Iya Win. Enak di sana. Sejuk banget
SukaSuka
Kalian sampe hotel langsung lelap terbuai mimpi? Tidur maksudnya? Lah, ini honeymoon apa karya wisata anak SD? Hwahahahahaha..
*diguyur kuah gulai tambusu*
SukaSuka
Maklum mbak. Faktor U. Jadi honeymoon-nya diisi sama tidur aja di hotel. Hahaha
SukaSuka
Wiiiih, membayangkan perjalanannya seru Mas. Belom pernah ke sana dan gak yakin bakalan mampu menjalani perjalanan yang sama.. hehehe
SukaSuka
Iya mas Dan, seru banget. Makasih udah mampir 🙂
SukaSuka
Pekanbaru kapan ditulisnyaaaaa … Pasti kesannya gak bagus ya, makaya gak itulis … huufftt … kzl ….
SukaSuka
Nulisnya urut dong Om. Abis dari Bukittinggi kan kami baru ke Pekanbaru.
SukaSuka
Iyaaa nih menunggu kisah Pekanbaru yang katanya kayak sinetron kejar tayang >.<
SukaSuka
waktu ke sana nggak mampir ke benteng fort the cock 😦
SukaSuka
heh badut minionnya udah tak kasih uang dong seribu seribuan 8 lembar itupun kita masih dikejar kejar hahaha. Padahal aku makan cakue doang kan karena udah kenyang lihat kamu meratapi jaket yang ilang :p
SukaSuka
aduh , memang kota bukittinggi itu membuat hatiku begitu rindu untuk datang lagi kesana, karena belum semua dapat aku kunjungi. I Love bukittinggi, tunggu ya ,aku pasti datang lagi
SukaSuka
ga sampe 500rb berdua ya.. yang sabar ya kalu bulan madu.. nanti kalu kesana lagi jangan pake marahmarah.. *kibarkibar jaket kuning..
SukaSuka
Tiap lihat gambar-gambar kuliner khas Sumatera bawaannya pingin makan melulu *lap iler*
SukaSuka
kaaaakk.. tulisannya bikin kangen pulang kampung 😦
SukaSuka
Pulanglah Nak.. Bawakan aku gulai tambusu ke tanah Jawa ya. Hehehe..
SukaSuka
Ping balik: Honeymoon Trip: Bukittinggi Day 2 | The Science of Life
Ping balik: Honeymoon Trip: Pekanbaru Sepintas Lalu | The Science of Life
Ping balik: Honeymoon Trip: Sekelebatan Medan | The Science of Life
Salam,
Entry yang menarik!! Nak berkongsi dengan semua pembaca…
Saya ada menyediakan ground pakej ke Padang Bukittinggi Indonesia dengan harga yang menarik.Kepada anda yang baru pertama kali nak melancong,kami sarankan anda guna kan khidmat kami.Semua urusan dilakukan di Malaysia dan ianya lebih selamat,murah dan meyakinkan.
Pelbagai pakej ke Padang Bukittinggi untuk anda. Kami akan guide anda dari anda menjejakkan kaki ke bumi Padang sehinggalah anda meninggalkan bumi Minang.
Hubungi saya ditalian 0126665436 (call/sms/whatsapp) Atau email saya di: aziman68@gmail.com
Sebarang pertanyaan akan kami layan.
Atau boleh juga ke Blog kami untuk pelbagai info tentang Padang Bukittinggi:
http://freelancetour.blogspot.com/
SukaSuka
Badut pemalak, saya suka istilahnya. Hahaha.
SukaSuka
Yaa.. begitulah kenyataannya. Mereka (badut2 itu) tak selucu namanya, karena hobinya malak. Haha
SukaDisukai oleh 1 orang
Berdasarkan evaluasi pemko Bukittinggi, saat ini sudah tidak ada lagi badut-badut nakal tersebut yag diperbolehkan beroperasi di kawasan jam gadang bukittinggi. Sehingga jika suatu hari anda datang lagi ke Bukittinggi, dijamin tidak akan menemui lagi badut-badut pemalak lagi…:)
SukaSuka
Alhamdulillah.. Jadi pengen main ke Bukittinggi lagi deh kalau gini. Makasih udah mampir 😀
SukaSuka
Salam,
Info destinasi melancong di Padang, Bukittinggi, Sumatera Barat, sila tengok di blog ini:
http://www.pelanconganpadang.blogspot.com
disitu ada juga info Pakej Percutian dan Sewa Kereta.
SukaSuka