Honeymoon Trip: Pekanbaru Sepintas Lalu


Ada perbedaan yang sangat kontras saat memasuki wilayah Provinsi Riau dari perbatasan Sumatera Barat. Hutan lebat di sepanjang jalan raya berubah menjadi lahan-lahan gersang. Bahkan pada beberapa bagian, terlihat bekas pembakaran. Kalaupun ada hehijauan, perkebunan sawitlah yang terlihat. Entah memang seperti ini atau saya terlewat menyaksikan sendiri hutan lebat milik Riau karena sepanjang perjalanan saya memang lebih sering tertidur. Ya, itulah kesan pertama saya memasuki wilayah Riau saat naik mobil travel usai mengunjungi Bukittinggi.

Adzan maghrib menggema saat saya dan istri memasuki kota Bangkinang. Saya kira sudah dekat dengan kota Pekanbaru, ternyata masih sekitar 1 jam perjalanan lagi. Pengetahuan geografi saya tentang Riau memang nihil. Penanda sudah masuk kota Pekanbaru adalah saat saya terbangun karena suara nyanyian dua orang anak kecil di depan bangku kami mengikuti lagu di radio. Dua orang balita itu menyanyi lagu berlirik seperti ini, “Aku yang dulu bukanlah yang sekarang, dulu ditendang sekarang ku disayang..”. Pasti pada tahu dong lagu siapa itu? Yak, itulah perkenalan saya pertama kali dengan lagunya Tegar yang berjudul Aku yang Dulu. Kalau lagu Talambek Salangkah by Ratu Sikumbang menjadi soundtrack perjalanan Padang – Bukittinggi, lagu Tegar inilah yang menjadi soundtrack perjalanan Bukittinggi – Pekanbaru. Hahaha..

Twin bed yang dipersatukan demi keberlangsungan honeymoon kami

Twin bed yang dipersatukan demi keberlangsungan honeymoon kami

Sampai di Pekanbaru, kami langsung menuju Hotel Anom, hotel rekomendasi sahabat kami, Ombolot. Hotel ini cukup bagus walaupun kesan tua sangat terlihat. Terbukti, dengan harga yang relatif murah kami mendapatkan kamar yang luas dan memiliki bath up. Namun saya lupa berapa harganya. Sekitar 250 ribu kalau tidak salah. Yah, sepadan lah dengan apa yang kami dapat. Walaupun kejadian tragedi twin bed di Sawahlunto terulang kembali. Kami, yang pada waktu check in sudah memperlihatkan buku nikah, dikasih kamar twin bed. Namun kali ini kami tidak bisa tukar ke kamar yang memiliki double bed karena faktor ketersediaan kamar. Terpaksalah kami satukan tempat tidur dan berharap honeymoon kami malam nanti baik-baik saja.

20130904-IMG_6872

Dank!

Makasih pinjeman motornya ya mas Sapar :D

Makasih pinjeman motornya ya mas Sapar 😀

Setelah bersih-bersih diri, akhirnya kami bertemu dengan Ombolot beserta teman baru, Datya, yang sudah menunggu di lobby. Malam ini kami edisi ngikut aja. Kemana si tuan rumah mengajak kami, kami ikut. Malam itu kami naik 2 motor. Ombolot dan Datya naik motor berdua, sedangkan saya dan istri naik motor pinjeman milik mas Sapar. Tentu saja agenda pertama adalah makan malam. Dan mendaratlah kami di Rumah Makan Pecel Lele dan Ayam Bakar Pendowo. Kami ditraktir dong sama Ombolot. Tuan rumah yang baik deh. Jadi, kalau main ke Pekanbaru, langsung saja minta traktir Ombolot. Tinggal milih tempat makan lho. Liat aja review tempat makan di Pekanbaru yang bejibun di blog Ombolot.

Usai makan, masih dalam edisi ngintil, kami diajak berkeliling kota Pekanbaru. Kotanya cukup besar dan nyaman. Asal gak pas kabut asap aja kali ya ke sananya, pasti nyaman. Perhentian malam itu adalah sebuah tempat ikonik Pekanbaru bernama Tugu Ikan Patin. Kata Ombolot, belum sah ke Pekanbaru jika belum berfoto berlatar Tugu Ikan Patin yang sering dijadikan tempat nongkrong pemuda pemudi Pekanbaru ini. Maka berfotolah kami. Setelah puas berfoto kami kembali ke hotel.

The (in)famous Tugu Ikan Patin

The (in)famous Tugu Ikan Patin

Esok paginya, tepat pukul 07.15 Ombolot dan Datya sudah menjemput kami di hotel. Hari ini kami hanya setengah hari di Pekanbaru karena pukul 12.15 WIB kami harus terbang ke Medan. Agenda pertama adalah sarapan di tempat paling hits se-Pekanbaru, yaitu Kedai Kopi Kimteng. Ramenya luar biasa. Kami terpaksa bergabung meja dengan pelanggan lain saking ramenya. Kata Omobolot sih memang biasa rame seperti ini. Kebetulan juga hari itu libur pilkada Gubernur Riau, jadi makin terasa ramailah di tempat itu. Menu sarapan di Kedai Kopi Kimteng sangat beragam. Mulai dari roti bakar, aneka macam mie, gado-gado, lontong Medan (mungkin Pekanbaru gak punya khas lontong Pekanbaru), dimsum, dan masih banyak menu lainnya. Minumannya juga beragam. Mulai dari aneka teh, susu, dan tentu saja kopi. Rasa makanan dan minumannya cukup enak. Walaupun bukan makanannya sih yang berkesan, tetapi kebersamaan bercengkerama dengan sahabat yang membuat kami terkesan.

20130904-IMG_6868

Menu sarapan kami

20130904-IMG_6870

Kami dan para sahabat

Tertarik dengan kaos yang dipakai Ombolot, kami minta diantarkan ke salah satu toko souvenir yang menjual kaos serupa. Dibawalah kami ke salah satu ruko di kompleks Ruko Graha Lobak Indah, Jalan Lobak, Pekanbaru. Di sanalah terletak sebuah toko bernama dank! Kalau di Aceh ada Piyoh, di Jambi ada Temphoyac, di Bukittinggi ada Kapuyuak, lhaa di Pekanbaru ada dank!, toko souvenir yang memiliki desain produk modern, muda, dan memuat nilai lokal. Ingin tahu lebih lengkap tentang dank!? Lanjut baca saja post blog Ombolot ini.

I (Garuda) Riau

I (Garuda) Riau

Agenda terakhir sebelum kami diantar ke bandara adalah berkunjung ke Masjid Agung An Nur. Masjid yang disebut sebagai Taj Mahal-nya Pekanbaru ini memang menjadi ikon kota Pekanbaru. Dibangun pada tahun 1963 dan selesai pada 1968, masjid ini memiliki arsitektur yang serupa dengan Taj Mahal. Karena waktu penerbangan semakin mepet, kami pun hanya berfoto di depan masjid yang memiliki kapasitas 4.500 orang jamaah ini. Padahal kami belum puas menjelajah tiap sudut masjid yang memiliki luas lahan 12 hektare ini.

Sekitar pukul 11.30 kami sampai di bandara terbesar di Provinsi Riau, yaitu Bandara Sultan Syarif Kasim II. Bandara ini ternyata cukup megah dan bersih. Senang deh kalau berkunjung ke bandara yang bagus seperti ini. Usai mengurus check in, kami keluar terminal lagi dan menyempatkan waktu berfoto sambil menunggu waktu boarding. Ombolot dan Datya masih setia menunggui kami sampai nanti saatnya boarding. Benar-benar tuan rumah yang baik deh mereka. Sayangnya kami cuma sehari di Pekanbaru. Kurang dari 24 jam malah. Padahal ingin melipir ke candi Muara Takus juga. Mungkin lain kali deh ya..

Saatnya boarding. Tanpa drama berderai air mata, kami berpisah dengan Ombolot dan Datya. Saatnya kami melanjutkan ke kota berikutnya, Medan. Perjalanan honeymoon trip sudah hampir menuju titik akhir, yaitu Banda Aceh. Memasuki terminal keberangkatan istri yang tadinya cukup mesra dengan saya menjadi terlihat tidak mesra. Pasalnya, saya ditinggal istri di belakang antrian penumpang saat akan menaiki bis menuju pesawat sambil berdesakan. Saat istri sudah naik bus, saya tertinggal dan naik bus berikutnya. Agek sebal, dalam hati saya berkata, “coba ya misalnya kejadian saya yang ninggalin dia kayak gini, pasti dia bakal marah. Masak pengantin baru ditinggal-tinggal. Tapi kalau saya yang ditinggal? Dia cuek aja tuh”. Masuk ke dalam pesawat, tentu saja istri saya sudah duduk di bangkunya. Saat saya akan duduk, dia berkata, “Maaf mas, siapa ya?”. Grrrrr…  Gak tahu apa dia abis ninggalin aku!!? *kemudian drama*

Pekanbaru, 3 – 4 September 2013

20130904-IMG_6886

Pose di depan Masjid Agung An Nur

20130904-IMG_6889

Bandara SSK II

20130904-IMG_6891

So long Pekanbaru

Gono-gini Day 7

Hotel Anom 250 K
Breakfast mie ayam,mie kuah,mie jamur,dimsum,kopi dll 127 K
Flight PKU – KNO 602 K
Indomaret : Hexos,tolak angin,tas  27K
Total 1,006 K