Hari Kelahiranmu dan 3 Minggu Setelahnya


Kamis, 18 Desember 2014

Tengah malam sudah lewat, namun istri saya yang biasanya cukup nyenyak tidur selama hamil, terlihat gelisah. Katanya perutnya sakit. Dikira sakit karena ingin buang air besar, ternyata bukan. Berkali-kali ke toilet tak membuahkan hasil. Saya yang ikut terbangun beberapa kali tidak kepikiran apa-apa. Saya pikir sakit perut biasa karena bayi dalam perut bergerak aktif.

Paginya, istri bangun terlambat karena kurang tidur malam sebelumnya. Kami masih sempat pergi ke pasar, belanja bahan makanan, dan memasak seperti biasa. Pukul 10.30, saat saya tinggal kuliah, istri melanjutkan beristirahat.

Sepulang kuliah, rencana siang itu adalah menonton The Hobbit di bioskop. Tetapi kami urungkan karena ternyata perut istri masih sakit. Di sini saya langsung berpikir, jangan-jangan inilah hari kelahiran si jabang bayi.

Sebenarnya, jadwal kontrol kehamilan istri adalah hari sabtu depan dan istri kurang setuju saya ajak kontrol hari itu. Tapi setelah saya bujuk, akhirnya usai maghrib kami menuju ke klinik bidan dekat rumah tempat biasa kami kontrol. Seperti ada feeling, kami pun membawa tas berisi bekal lahiran yang sudah kami persiapkan sebelumnya.

“Ini sudah pembukaan 2 ibu. Tetapi kepala bayinya masih jauh di atas, belum turun ke panggul. Air ketubannya juga sudah merembes. Saya sarankan untuk dilakukan cesar. Saya rujuk ke Rumah Sakit ya. Nanti kami yang antar ke Rumah Sakit”, jelas ibu bidan. Merasa bahwa itu adalah keputusan tepat, saya langsung menyetujui.

Pukul 21.40, tim dokter membawa istri masuk ke ruang operasi. Saya menunggu di ruang tunggu sambil bertelpon dengan kakak. Baru sebentar bertelpon, terdengar suara tangisan bayi kencang sekali. “Bapak Ari, suaminya ibu Nenny..”, dokter memanggil. “Bayinya sudah lahir ya Pak”. Langsung saya bergegas ke ruang post operasi.

“Bayinya laki-laki ya Pak. Berat 3,1 kg dan panjang 49 cm”, dokter lanjut menjelaskan. Saya melihat bayi mungil telanjang dan meraung-raung kencang di dalam inkubator. Seketika rasa lega menjalari dada. Alhamdulillah kamu lahir sehat dan selamat Nak.

“Tadi air ketuban ibunya sudah keruh berwarna hijau. Ada indikasi adanya infeksi dalam pada bayi. Minta ijin diambil darah bayinya untuk dilakukan tes laborat ya pak. Kalau hasilnya negatif tidak perlu ada tindakan. Namun kalau hasilnya positif, bayinya perlu diberi antibiotik”, penjelasan dokter berikutnya agak membuat saya khawatir. Namun mengetahui tangis bayi kami kencang, proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD) cukup sukses, serta ASI dari ibunya juga sudah cukup lancar, kekhawatiran saya berangsur hilang. Hasil tes darah menunjukkan bahwa indeks CRP (C Reaktif Protein) positif dan memang ada indikasi keracunan air ketuban. Maka selama 3 x 24 jam bayi harus diberi injeksi antibiotik.

Kenapa sih kok bisa air ketuban keruh berwarna hijau? Dan apa dampaknya bagi bayi yang menelan dan menghirupnya? Awalnya pun saya tidak tahu. Begitu terjadi kasus seperti itu sama bayi kami, saya pun mencari informasi tentang ini. Berikut penjelasannya:

Air ketuban berwarna keruh karena bercampur dengan mekonium. Mekonium adalah kotoran pertama bayi yang biasanya berwarna hijau dan dikeluarkan bayi di hari-hari awal kelahirannya. Namun, ada kondisi mekonium juga bisa dikeluarkan menjelang persalinan. Hal ini disebabkan oleh bayi yang stres di dalam rahim ibunya. Stres ini bisa dipicu dari banyak hal. Diantaranya adalah kurangnya suplai oksigen, otot-otot yang melemah, atau sebab lain.

Dalam kasus bayi kami sepertinya dipicu dari susahnya kepala bayi turun ke jalan lahir karena kepalanya terlilit tali pusat. Selain itu kemungkinan sebab bayi kami stres adalah sugesti yang saya berikan sebelum lahir. Memasuki minggu ke-37 saya memang sering berbicara ke perut istri seperti ini, “cepat lahir ya nak. Bapak sudah kangen ingin ketemu kamu”. Menurut dokter, rupanya sugesti seperti itu bisa memberikan efek stres pada bayi.

***

Jumat, 19 Desember 2014

Saya menulis sebuah status Facebook seperti ini…

Menjadi seorang Bapak dari hari pertama si anak lanang lahir adalah momen yang sangat berharga bagi saya.

Mulai dari memilih tempat persalinan yang pro ASI, memastikan Inisiasi Menyusui Dini dilakukan dengan baik, mencuci popok bekas pipis dan eek, mengubur ari-ari, menggendong anak lanang, menyiapkan pakaiannya saat akan dimandikan..

Menemani istri dan memastikan segala kebutuhannya terpenuhi (mulai dari nyuapin makan, menyiapkan pakaian, dll)..

Ahh.. perasaan yang luar biasa..

Suatu keputusan yang sangat tepat bagi kami untuk selalu bersama dan tidak jauh-jauhan saat 9 bulan masa kehamilan sampai proses kelahiran.

Awalnya kami kira cukup berat mempersiapkan proses kelahiran si anak lanang dg anggota tim hanya saya dan istri. Tapi terbukti tidak berat sama sekali jika dilakukan dengan senang hati. Walaupun berjauhan dengan simbah2nya si anak lanang, ternyata kami sanggup sampai di 24 jam pertama usia si anak lanang dengan senyum merekah.

Bahkan di saat keadaan tidak seperti yang kami rencanakan -rencana persalinan normal karena satu dan lain hal terpaksa ditempuh melalui cesar-, di luar dugaan bisa kami lalui dengan tenang setenang-tenangnya.

Selamat datang anakku, Barakalla Keenan Al Insyira.

***

10917823_10204764742192760_6884465846898539763_n

Jumat, 9 Januari 2015

Hari ini usiamu sudah 3 minggu lebih 1 hari Nak. Pola tangismu yang heboh, kencang, dan terkadang membuat khawatir (yang khawatir bukan Bapak dan Ibu karena sudah tahu kebiasaanmu, tetapi Mbah Utimu) setiap ingin menyusu, setiap buang air kecil dan buang air besar mulai berkurang. Bapak dan Ibu juga semakin bisa responsif saat kamu menangis.

Hampir setiap malam Bapak ikut menemani Ibumu begadang. Karena hampir setiap hari di tengah malam dan dini hari, tangismu selalu pecah. Entah karena kamu kelaparan tengah malam, pipis, atau buang air besar. Terkadang kamu pun rewel tidak mau segera ditidurkan di kasur. Maunya tidur digendong di pelukan Ibu, Bapak, atau Simbahmu.

Jika masih ada kekurangan di sana-sini yang membuatmu kurang nyaman, maafkan Bapak dan Ibu ya Nak. Yakinlah, Bapak dan Ibu akan selalu belajar menjadi orang tua yang memberikan hal terbaik untukmu.

Memandang wajah tenangmu saat kamu terlelap seperti ini Bapak merasakan kedamaian yang luar biasa. Selamat tidur ya Nak. Bapak dan Ibu bersyukur sekali Allah menitipkan kamu kepada kami. Bapak berjanji akan selalu menjaga amanah ini dengan sebaik-baiknya.