Terkenang Lontong Tuyuhan Khas Rembang
Namanya Anton Ego. Ia seorang kritikus makanan yang terkenal ‘pedas’. Jarang sekali ia terpuaskan oleh hasil masakan para koki terkenal. Sampai suatu ketika ia dibuat ‘melayang’ kembali ke masa lalu saat Remy, seekor tikus yang berprofesi sebagai koki, menghidangkan ratatouille, masakan tradisional asal Prancis. Ya, saking enaknya sajian tersebut, membuat sang kritikus terkenang dengan perasaan bahagia saat ia menyantap lezatnya ratatouille buatan ibunya waktu kecil. Itulah sepenggal adegan dalam film animasi produksi Pixar, Ratatouille. Satu pesan yang dapat diambil dari penggalan adegan tersebut yaitu pengalaman makan suatu masakan bisa memunculkan kembali perasaan bahagia di masa lalu. Itulah yang saya rasakan saat menyantap Lontong Tuyuhan.
Lontong Tuyuhan adalah kuliner khas Kabupaten Rembang yang mirip dengan lontong opor. Perbedaannya dengan lontong opor adalah kekentalan kuah dan rasanya. Lontong tuyuhan memiliki kuah santan yang lebih encer dibandingkan lontong opor. Rasanya pun terasa sedikit lebih pedas dengan rempah yang terasa lebih ringan dibandingkan lontong opor.
Beberapa waktu lalu, saya berkunjung ke Sentra Kuliner Lontong Tuyuhan, Desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang. Teriknya matahari siang itu menambah rasa lapar dalam perut. Melihat warung-warung kecil yang berderet dan menjajakan masakan yang sama, yaitu lontong tuyuhan, saya jadi bingung. Bingung memilih warung yang mana. Kalah dengan kemauan perut yang sudah keroncongan, tanpa banyak berpikir, saya singgah di salah satu warung yang cukup ramai. Langsung saya memesan 1 porsi lontong tuyuhan berlauk brutu ayam, bagian tubuh ayam yang paling saya sukai. Di sini memang bisa memesan lauk berbagai macam bagian tubuh ayam yang tidak umum seperti leher, kepala, ceker, ataupun brutu (ekor).
Selain rasanya yang nikmat, lontong tuyuhan memiliki keunikan tersendiri dibanding sajian lontong lain. Lontong, biasanya dibungkus daun pisang berbentuk lonjong atau dibungkus plastik berbentuk persegi. Namun, lontong yang digunakan untuk menyajikan lontong tuyuhan, walaupun dibungkus juga dengan daun pisang, namun memiliki bentuk segitiga. Keunikan lainnya, mayoritas penjual lontong tuyuhan adalah seorang pria. Hal ini disebabkan oleh adanya mitos bahwa lontong tuyuhan akan memiliki cita rasa yang lebih lezat jika disajikan oleh seorang pria. Keunikan berikutnya, konon yang membuat rasa lontong tuyuhan begitu khas adalah air yang digunakan untuk memasak berasal dari tanah Desa Tuyuhan. Tanpa air yang bersumber dari bumi Tuyuhan, sajian lontong tersebut akan terasa kurang sedap. Oleh karena itu, jika lontong tuyuhan dijual di luar daerah Rembang biasanya memiliki cita rasa yang berbeda dibanding aslinya.
Ide memusatkan penjual lontong tuyuhan dalam sebuah sentra kuliner adalah suatu terobosan yang bagus dari pemerintah setempat. Selain berfungsi untuk lebih menarik kunjungan wisatawan, didirikannya sentra kuliner pada tahun 2003 ini pun menjadikan persaingan yang lebib sehat antar penjual lontong tuyuhan. Walaupun berjejer-jejer, tidak terlihat para pemilik warung berebut pelanggan. Mereka seperti membebaskan pengunjung memilih warung yang mana. Mungkin para penjual lontong tuyuhan tersebut sudah sangat mengerti tentang konsep rejeki. Jika memang rejeki, tak akan lari ke mana. Tak perlu teriak-teriak atau gontok-gontokan memperebutkan pelanggan, mereka yakin akan mendapat rejeki masing-masing hari itu.
Memasukkan suapan demi suapan lontong dan lauknya ke dalam mulut, sekilas terbayang kenangan makan lontong tuyuhan bersama Bapak. Walaupun dulu warungnya tidak berjejer dalam satu kawasan pusat kuliner seperti sekarang, namun suasana berada di pinggir sawah tetaplah sama. Perasaan bahagia yang sama mendadak muncul di benak saya. Rasa lezat yang sama juga menyapa indera pengecap saya. Mengakhiri acara makan siang itu, tak lupa saya membawa pulang beberapa porsi lontong tuyuhan untuk Bapak dan Ibu di rumah.
Sentra Kuliner Lontong Tuyuhan
Jalan raya Lasem – Sulang
Desa Tuyuhan, Kec. Pancur
Rembang – Jawa Tengah
Tulisan ini saya ikutkan dalam Lomba Blog Visit Jawa Tengah 2015 Periode 3: 18 Mei – 13 Juni 2015 yang bertema “Wisata Kuliner Jawa Tengah”
lihat lontongnya bikin ngiler nih… kelihatannya sedap sekali
SukaSuka
Sedap banget emang mas. Boleh tuh dicobain kalau pas ke Rembang 😀
SukaSuka
Pernah makan ini di resto khas rembang di dkt monas, tapi rasanya pasti gak se-otentik yg aslinya. Duh jd pengen ke Rembang
SukaDisukai oleh 1 orang
Oww.. ada ya resto khas rembang di deket monas.. Pastinya gak ada yang ngalahin keotentikan suatu kuliner di tempat aslinya dong Dit 😀
SukaSuka
Bujugh, pagi2 disodorin foto lontong. Mana belum sarapan pulak 😀 btw, sukses buat lombanya mas! Semoga menang 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Hahaha.. Ini postingnya tengah malam sih. Makasih doanya 😀
SukaSuka
Lhadalah pagi-pagi wes disuguhi kulineran lontong tuyuhan. Hmmmm slrrppp…. 😦
SukaDisukai oleh 1 orang
Udah pernah makan kan Qy?
SukaSuka
Dereng Mas :3
SukaSuka
Itu serius ada prasasti batu besar dengan tulisan lontong tuyuhan? wiiih..
Jadi Desa Tuyuhan itu berapa jauh? Gak ngebayangin klo harus gotong air buat masak 😀
Oke saya mulai lapar T___T
SukaSuka
Iya Lid, di depan sentra kulinernya ada tulisan itu. Desa Tuyuhan sekitar 5 km lah dari Kota Lasem. Gak jauh-jauh banget lah
SukaSuka
Emang makanan ini bikin kangen. Pake banget, alhmdlh tiap taun pasti nyoba makanan ini kalo mudik
SukaSuka
Saya belum pernah makan ini, tapi sepertinya saya akan menyukainya, soalnya elemen masakan ini tuh winning points dalam setiap kuliner yang saya suka: santan, rempah, pedas, dan daging :haha! Ayo Mas, kapan-kapan kita jalan-jalan ke Rembang terus saya ditraktir ini, pasti saya mau banget :hihi.
Btw, ada mitos kalau makan ekor ayam katanya bisa jadi pelupa, sebagai penyuka ekor ayam, apa mitos itu berlaku untukmu, Mas? Soalnya saya selalu menyisihkan ekor ayam kalau kebetulan ketemu… karena tidak mau jadi pikun :haha.
SukaSuka
Hmmm.. Pelupa? Dikit sih. Hehehe..
SukaDisukai oleh 1 orang
Hmm… :hehe :peace.
SukaSuka
sampean loh ganteng ganteng kok senengane brutu hahahahha
Aku dong senengane sayap hahahaha
Btw soko tampilanne koyoke enak tenan kuiiii… Opomaneh aku senengane pedessss
SukaSuka
Seneng brutu ora opo-opo. Sing penting ganteng 😀
SukaSuka
Kyaaa! Lontong Tuyuhan! Jadi inget pas kita makan rame-rame di Lasem dulu, Bee. Sejak saat itu, fix, Lontong Tuyuhan jadi salah satu makanan favorit saya. Sayangnya, belum kesampean makan di Tuyuhannya langsung. Hahaha .. 😀
SukaSuka
Kalau yg di Lasem itu yg jualan lontong tuyuhan namanya mas Dul bukan mbak? Hahaha
SukaSuka
Salah bener deh jam segini nemu postingan satu ini, jadi lapaaaar … Boleh juga nih dicoba, seandainya sempat main ke Rembang. Btw, dulu waktu kecil di Kudus sering denger ungkapan “anak kecil gak boleh makan brutu” ,,, ternyataaaa itu karena, brutu rasanya enaaaak, jadi jatah orang dewasa 😀
SukaSuka
Hahaha.. Maaf yak, jadi ngiler malam2 baca postingan ini.
Yup, bener banget tuh ungkapan itu. Aku juga sering denger. Bagian brutunya jatuh ke kakek/nenek atau orang yang dituakan. Ya karena enak banget 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Ping balik: Cintailah (Wisata) Jawa Tengah, Nak | Buzzerbeezz