Tentang Sebuah Foto Bareng Pandji


Saya bukan orang yang suka meminta foto bareng artis. Alasannya bukan karena saya tidak pernah bertemu artis. Banyak kesempatan bertemu artis atau orang terkenal saat jalan-jalan di mall atau saat ada event tertentu selalu saya lewatkan untuk berfoto bersama. Untuk apa sih berfoto sama artis? Untuk pamer? Bukan saya banget ini mah. Saya lebih suka berfoto bareng orang-orang yang memberi kesan dalam hidup saya, seperti sahabat misalnya. Dan, jika akhirnya saya berfoto dengan seorang artis, itu artinya ia memberi kesan berarti dalam hidup saya. Artis yang beruntung saya ajak berfoto dan memberikan kesan bagi saya adalah Pandji Pragiwaksono. Bagaimana tidak berkesan wong saya diajakin makan, jalan, dan nonton Mesakke Bangsaku di Beijing gratis?

Beijing, 23 November 2014..

tempat dan tanggal foto ini diambil. Tepatnya di suatu pagi yang sangat dingin dan di tempat paling fenomenal di Tiongkok, yaitu Tembok Besar Tiongkok. Ya, dalam rangkaian MBWT Beijing-lah saya berfoto bersama Pandji. Secara keseluruhan, perjalanan MBWT Beijing dan kebersamaan yang sangat bersahabat dari Pandji dan tim sangat berkesan bagi saya. Bisa dibilang saya sudah cukup lama mengenal Pandji lewat media televisi, buku, stand-up show, konser rap, dan media lainnya. Dari jamannya Pandji jadi pembawa acara Kena Deh juga saya sudah tahu. Tapi mengenal secara personal dan berinteraksi dua arah dengannya, walaupun hanya beberapa hari, baru saya rasakan saat ikut menjadi salah satu tim MBWT Beijing.

Sepanjang perjalanan MBWT Beijing saya terkesan dengan Pandji dalam banyak hal. Setidaknya ada tiga hal yang paling membuat saya terkesan. Pertama, Pandji sangat menghormati orang lain. Kedua, Pandji adalah seorang ayah yang baik bagi anak-anaknya. Dan yang ketiga, Pandji adalah seorang yang sederhana dan sangat humble.

20141122-IMG_0100-2

Berfoto bertiga bersama Pandji dan Krisna Harefa usai show MBWT Beijing

Kesan pertama, Pandji sangat menghormati orang lain, saya tangkap saat melihat interaksi Pandji dengan timnya. Mulai dari Zaindra, Vira, Ben, Pio, Krisna, dan tim Cabe Rawit, semua diperlakukan dengan penuh respect. Mungkin karena respect itulah tim yang dimiliki Pandji terlihat sangat solid dan kompak. Bukan hanya hubungan kerja saja, tapi Pandji dan anggota timnya terlihat sudah seperti keluarga. Saat bekerja, mereka bisa sangat cekatan dan serius. Tapi saat bercanda, juga bisa heboh semua. Suasana kekeluargaan seperti itulah yang membuat saya merasa langsung nyaman menjadi salah satu anggota tim MBWT Beijing. “Si Mister itu baik banget. Tidak ribet ngurusinnya. Gak gampang marah. Heran aja orang kayak gitu masih aja ada haters-nya”, Vira, sekretaris Pandji, berkata pada saya dalam sebuah obrolan. Tanpa saling respect, Pandji dan timnya tak mungkin bisa mencapai kesuksesan MBWT.

Sebenarnya tidak perlu kenal secara langsung dengan Pandji untuk tahu bahwa ia adalah seorang ayah yang baik. Cukup amati twitter-nya, lihat video-nya di vine, atau karya-karyanya, banyak yang menyiratkan hal tersebut. Tapi, melihat secara langsung bagaimana interaksi Pandji dengan keluarganya saat berjauhan, terasa banget bahwa Pandji adalah family man. “Si Dipo gak masuk sekolah nih hari ini. Dia sakit cacar”, kata Pandji pada kami semua suatu ketika di Beijing. Terlihat sekilas kekhawatiran di wajahnya. Setiap ada waktu senggang, Pandji terlihat selalu berinteraksi dengan keluarganya melalui smartphone-nya. Lebih sering daripada saya berinteraksi sama istri malah. Padahal saat saya tinggal ke Beijing, istri saya sedang hamil 8 bulan dan di rumah sendirian. Dan saat saya sudah menjadi Bapak seperti sekarang, saya jadi banyak belajar dari Pandji.

Melihat kesederhanaan dan betapa humble-nya Pandji secara langsung adalah kesan saya yang paling membekas. Tidak banyak saya rasa ada artis, apalagi yang sudah terkenal seperti Pandji, mau melakukan perjalanan dengan fasilitas yang sederhana selama di Beijing. Saat berada di hostel, saya mengira Pandji akan mendapat kamar menginap sendiri. Nyatanya, kami bertujuh tidur di bunk bed di sebuah kamar yang sempit. Kalau saya sih sudah biasa tidur di hostel, tapi artis sebesar Pandji pasti sangat jarang, atau malah belum pernah menginap di hostel seperti itu. Keterbatasan lainnya, mengenai toilet, juga bukan menjadi kendala yang besar bagi Pandji. Malah, di mata Pandji, keterbatasan itu menjadi sumber inspirasinya membuat bit. Saat berinteraksi dengan saya pun sangat humble. Satu hal yang saya ingat menjelang keberangkatan kembali kami ke Jakarta, Pandji menepuk pundak saya dan menjabat erat tangan saya. Ia berkata, “Makasih banyak ya Ri, sudah mau ikut nemenin ke Beijing”. Lha, harusnya yang berterima kasih kan saya ya sudah diajakin ke Beijing gratis?

Sepanjang beberapa hari perjalanan MBWT Beijing hanya saat di Great Wall itulah saya berfoto berdua saja dengan Pandji. Bagi saya, tidak perlu banyak memang berfoto bersama Pandji. Yang terpenting adalah kesan yang tertanam di dalam hati selama saya menjadi bagian keluarga Pandji dalam MBWT Beijing. Sebuah pengalaman yang bisa dibilang once in a lifetime bagi saya yang bisa saya ceritakan kembali ke anak saya nanti.

Twit istri menitipkan saya ke Pandji selama di Beijing

Twit istri menitipkan saya ke Pandji selama di Beijing

Dan dari program #BalasDi18, saya kembali belajar tentang respect dan rasa terima kasih dari Pandji. Saya kembali teringat percakapan saya dengan Pandji menjelang keberangkatan ke Beijing. Saat itu istri saya nge-twit menitipkan saya pada Pandji. “Cewek yang nge-twit itu siapa Ri?”, tanya Pandji. “Itu istri saya mas, lagi hamil 8 bulan saya tinggal ke Beijing”, jawab saya. “Wah, suami durhaka nih si Ari! Istrinya hamil tua malah ditinggal”, timpal Pandji diselingi gelak tawa kami semua. Dan, karena kebetulan anak saya juga lahir di tanggal 18, tepatnya 18 Desember 2014, saya cukup bangga ia memiliki tanggal lahir sama dengan Pandji. Siapa tahu kelak ia menjadi orang sukses seperti Pandji dan mengadakan #BalasDi18 versinya sendiri.

Selamat ulang tahun Pandji. Semoga selalu menginspirasi..

Tulisan ini diikutsertakan dalam program #BalasDi18 yang diadakan oleh Pandji Pragiwaksono