Peduli dan Berbagi di Yayasan Sayap Ibu Bintaro
Usai meniup lilin, acara dilanjutkan dengan membaca dongeng. Marcell tampak serius membaca buku dongeng yang kami bawa. Sementara itu, di sudut ruangan, Nurul asyik mendengarkan Gilang yang bercerita tentang Bintang Kedelapan yang sinarnya redup dan bertubuh kecil. Suasana pagi yang cerah itu menjadi sangat ceria.
***
Beberapa waktu lalu, saya bersama Wishnu, Gilang, Hendra, dan Aga, berkunjung ke Yayasan Sayap Ibu Bintaro. Kunjungan kami tersebut dalam rangka melaksanakan community based project mata kuliah Kepemimpinan. Kami memilih berkunjung ke Yayasan Sayap Ibu Bintaro karena ingin mengenal lebih dekat dengan anak-anak penyandang disabilitas dan mengajak teman-teman lain untuk peduli dan ikut berbagi dengan anak-anak tersebut.
Yayasan Sayap Ibu telah berdiri sejak tahun 1955 dan telah memiliki 3 cabang. Salah satunya adalah cabang Provinsi Banten yang berada di kawasan Graha Raya, Bintaro. Yayasan Sayap Ibu Bintaro (YSIB) memiliki fokus menampung dan merawat anak cacat ganda terlantar, merehabilitasi dalam rangka meningkatkan kemandirian dan kemampuan anak dengan bantuan ahli di bidang kesehatan dan pendidikan, serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat dalam menyikapi anak yang berkebutuhan khusus. Tak kurang dari 30 anak diasuh di Panti Penyantunan dan Rehabilitasi Anak Cacat Terlantar yang dikelola oleh YSIB.
Sehari-hari anak-anak tersebut memiliki berbagai macam kegiatan. Saat kami datang pertama kali, beberapa hari sebelum acara community based kami lakukan, terlihat beberapa anak menjalani terapi. Ada yang melakukan hydrotherapy di kolam yang beberapa waktu lalu sempat diliburkan karena sedang direnovasi. Ada pula yang menjalani terapi audio dan visual di ruangan khusus. Saat itu terlihat tak banyak anak yang sedang menjalani terapi karena ada pula yang menjalani perawatan check up rutin di rumah sakit. Beberapa yang lain malah sedang melaksanakan kegiatan di luar seperti belanja di pasar.
Saya baru kali ini melihat secara langsung kegiatan yang dilakukan anak-anak penyandang disabilitas. Ada sesuatu yang menyadarkan saya. Dulu saya tak pernah berpikir bagaimana kehidupan anak-anak penyandang disabilitas ini. Setelah kunjungan ke sana, saya jadi tahu bahwa mungkin mereka memang mengalami keterbatasan, tapi ternyata mereka juga memiliki kehidupan layaknya orang normal seperti sekolah dan belajar, bermain, bersosialisasi, beraktivitas di luar seperti berbelanja, dan sebagainya. Bahkan mungkin di sisi lain, hidup mereka lebih berarti dibandingkan orang lain karena mereka memiliki semangat hidup yang menyala terang dan menginspirasi banyak orang.
Setelah selama 5 hari dalam seminggu mereka melakukan kegiatan terapi dan sekolah, pada hari sabtu dan minggu mereka mendapatkan jatah libur. Pada saat hari libur inilah kami mengambil kesempatan untuk mengenal lebih dekat anak-anak penghuni panti YSIB. Selain acara ulang tahun dan membaca dongeng, kami juga menyampaikan donasi yang berhasil kami kumpulkan kepada YSIB.
Bagi saya, kepemimpinan bukanlah melulu tentang memimpin, mendisiplinkan, dan menakhlukkan orang lain. Tapi, pemimpin yang baik adalah yang mampu memimpin diri sendiri terlebih dahulu untuk lebih peka terhadap orang yang membutuhkan, termasuk anak-anak penyandang disabilitas ganda di YSIB. Syukur-syukur apa yang kami lakukan ini dapat juga mempengaruhi orang lain untuk lebih peduli terhadap mereka.
Sampai jumpa lagi Jelita, Faiz, Nurul, Marcell, dan teman-teman lainnya.
Rekening Donasi:
Community based project ini memang lebih membekas di hati. Sayang dulu waktu kuliah saya belum sempat mengalami kegiatan seperti ini–baru kejadian waktu prajab dan saya terharu sekali melihat teman-teman difabel. Mereka begitu kuat menghadapi hidup, bahkan terbiasa seolah di diri mereka tak ada sesuatu yang berbeda. Well, to be honest, sebenarnya yang menganggap mereka “berbeda” adalah orang-orang yang “normal” ini…
Tulisan yang menggugah!
SukaDisukai oleh 2 orang
Bener banget Gara. Kadang jadi merasa malu kalau liat temen2 difabel ini. Malu karena masih suka ngeluh. Padahal mereka aja dengan segala keterbatasan gak ngeluh. Kita harus banyak belajar dari mereka.. Belajar untuk bersyukur.
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya Mas, saya juga merasakan hal yang sama banget pas jumpa mereka di SLB ketika prajab :hehe. Betul, berasa mesti bersyukur banget ketika keluar dari sana dan masih bisa menggunakan panca indera dan anggota tubuh dengan baik.
SukaSuka
Wahh.. seru juga prajabmu kunjungan kr SLB segala
SukaDisukai oleh 1 orang
Prajabnya memang di lingkungan SLB sih Mas :hehe.
SukaSuka
Oh iya Gara.. kalau mau, kalau pas main2 ke Bintaro.. yuk tak ajak ke sini.
SukaDisukai oleh 1 orang
Yuk yuk :hehe. Duh belum pernah main ke Bintaro nih… jadi malu :hehe.
SukaSuka
Peduli sesama, mereka juga teman kita…
SukaDisukai oleh 1 orang
Bertahun – tahun tinggal di Bintaro, saya baru tahu kalau ada yayasan ini. Salute for you guys, biasanya donasi dan berbagi hanya ke panti asuhan. Kalian mencoba hal yang baru dan membuka mata warga bintaro jika ada sodara – sodara kita disana. Maybe next time saya dan teman – teman akan berkunjung kesana.
SukaSuka
Terima kasih banyak Yuli.. Semoga ada waktu untuk berkunjung ke sana ya.
SukaSuka
Daaan sayapun sukses menangis Mas bacanya.. Kalo lagi ajakin Gara ajakin saya juga ya Mas 🙂
SukaSuka
Ayo mas, nanti kita kondisikan kapan ke sana
SukaSuka
Suka banget sama bagian ini ==>>>
” Setelah kunjungan ke sana, saya jadi tahu bahwa mungkin mereka memang mengalami keterbatasan, tapi ternyata mereka juga memiliki kehidupan layaknya orang normal seperti sekolah dan belajar, bermain, bersosialisasi, beraktivitas di luar seperti berbelanja, dan sebagainya. Bahkan mungkin di sisi lain, hidup mereka lebih berarti dibandingkan orang lain karena mereka memiliki semangat hidup yang menyala terang dan menginspirasi banyak orang”
Berinteraksi dengan anak2 berkebutuhan khusus ini memang membukakan mata dan membuat kita belajar hal2 baru yang selama ini luput diperhatikan ya.
Jadi inget pertemuan dengan anak2 berkebutuhan khusus dari Semarang yang berhasil bikin terharu sampai mbrebes mili melihat aksi panggung mereka
SukaDisukai oleh 1 orang
Ayo mbak Dian main ke tempatku di Bintaro, nanti tak ajak ke sini..
SukaSuka
Sedikit berbagi cerita serupa, Ri ..
Di Semarang ada panti asuhan cacat ganda, yang merawat anak-anak tuna daksa dan/atau keterbelakangan mental, yang tidak diinginkan orang tuanya. Ada salah satu dari mereka yang ditemukan di got depan Terminal Terboyo, padahal dia menderita hydrocephalus. Ada yang ditaruh begitu saja di depan pintu panti, sementara dia lumpuh layu. Ngga bisa ngga mbrebes mili kalo ke sana. Sama seperti di Yayasan Sayap Ibu yang kamu kunjungi ini. Hiks .. 😦
SukaDisukai oleh 1 orang