Visit Banda Aceh Year 2011 Flashback: Aceh Coffee Festival


Festival Kopi 2011

Bangunan-bangunan semi permanen berdinding anyaman bambu dan beratap daun kelapa kering tampak berderet rapi di Taman Sari, salah satu ruang publik terbuka di Banda Aceh, siang itu. Di depannya terpampang nama-nama warung kopi terkenal di Banda Aceh. Saya melangkahkan kaki dengan lambat mengamati warung-warung kopi berukuran mini yang seolah berlomba menarik perhatian para pengunjung. “Kopi arabica harganya lebih mahal daripada kopi robusta, tumbuhnya di dataran tinggi. Kalau robusta bisa tumbuh di dataran rendah. Dari rasa, banyak yang bilang kopi arabica lebih enak daripada robusta”, kata seorang kakak penjaga stand penjualan kopi menjelaskan kepada saya. Wangi khas biji kopi yang dipamerkan menggoda saya. Saya ambil sebuah, kemudian saya kunyah. Pahit memang. Tapi indera pengecap saya sempat merasakan asam dan sedikit manis seperti cokelat. Ini pasti kopi arabica. Kopi yang dikenal dengan rasa yang kaya dan aroma yang menggoda.

Itulah momen pertama yang saya ingat ketika berkunjung ke Aceh Coffee Festival 2011 tahun lalu. Festival Kopi pertama yang dilaksanakan di Banda Aceh ini berlangsung pada 25-27 November 2011 dalam rangka program Visit Banda Aceh Year 2011. Berbagai kalangan mulai dari petani kopi, produsen kopi, pengusaha warung kopi, dan para pecinta kopi ikut meramaikan festival ini. Bahkan, saya yang hanya sesekali minum kopi pun tak mau ketinggalan meramaikannya.

One shot espresso

Lelah berkeliling, langkah saya berbelok ke sebuah warung kopi yang cukup unik, La Regno namanya. Tidak seperti warung kopi lain yang sajian utamanya adalah kopi hitam dan sanger, kopi susu khas Aceh, La Regno menawarkan sajian yang lebih modern. Cappuccino, caramel macchiato, americano, dan espresso adalah beberapa diantaranya. Saya memesan 1 gelas caramel macchiato, minuman kopi hasil dari campuran espresso, foam, dan sirup vanilla. Hmm.. cukup aman dengan perut saya yang memang sensitif dengan kopi. Sambil menikmati minuman, saya memperhatikan sang barista meracik minuman untuk pengunjung lain. Berbeda dengan cara dalam menyaring kopi yang ada di warung kopi lain, sang barista menggunakan coffee-maker machine untuk meracik minuman. Wah, baru kali ini saya melihat penggunaan mesin modern di warung kopi di Banda Aceh. “Ini kopi dari Lamno”, kata sang barista. Ya, selain Gayo, Lamno adalah daerah penghasil kopi kualitas terbaik di Aceh. Di akhir kunjungan, saya mendapatkan bonus segelas espresso, minuman kopi yang sangat pekat dan kental yang biasanya disajikan dalam gelas yang kecil. Sekali tenggak habis. Untung hari itu perut saya tidak bermasalah.

Stand warung kopi

Pulut bakar

Selain menikmati kopi, di festival ini pengunjung juga bisa melihat secara langsung atraksi menyaring kopi, mengetahui berbagai macam kopi khas Aceh, serta merasakan berbagai macam jajanan khas Aceh seperti pulut bakar. Sajian khas Aceh yang terbuat dari ketan ini disajikan dengan dibakar dan enak sekali dinikmati dengan saus atau kuah yang terbuat dari buah durian. Bagi saya yang tidak terlalu suka berada di warung kopi karena sering kali penuh dengan asap rokok, saya sangat menikmati duduk bercengkerama dengan kawan-kawan sambil ngemil pulut dan minum kopi di ruangan terbuka seperti di festival ini.

Penampilan nasyid

Atraksi saring kopi

Suasana malam yang semarak

Suasana festival dengan tagline “Kopi Aceh untuk Dunia” ini semakin meriah di malam hari. Beberapa kelompok nasyid tampil di panggung utama yang terletak di tengah lapangan. Di mana lagi bisa duduk sambil menyesap kopi sambil dihibur kelompok nasyid selain di Aceh? Selain kelompok nasyid, musisi-musisi lokal lain juga ikut unjuk kebolehan di atas panggung utama. Seperti di hari terakhir, musisi hip hop lokal ganti menghentak panggung. Cuaca yang sempat hujan cukup deras tidak menyurutkan semangat para pengunjung dan pengisi acara festival ini. Dan puncaknya, di sore itu, seorang Pandji Pragiwaksono ikut tampil nge-rap di atas panggung yang dilanjutkan dengan acara dialog ringan khas Pandji yang bertemakan tentang kegiatan positif anak muda. Suasana semakin ramai ketika berbagai komunitas seperti @iloveaceh, Kaskus Aceh, Komunitas Android, dan masih banyak lagi berbaur duduk di bangku-bangku kayu yang tersebar di areal festival sambil menyimak obrolan dengan Pandji yang ditemani si cantik Khairun Nisa, Putri Kopi Aceh 2011.

Seru bukan Aceh Coffee Festival 2011? Tidak perlu iri dan kecewa apabila tahun lalu tidak berkesempatan berkunjung ke sana. Tahun ini, festival kopi Aceh akan datang kembali. Acara yang bertajuk Banda Aceh Coffee & Food Festival 2012 ini akan hadir kembali di Taman Sari pada 31 Okt – 4 Nov 2012. Apakah acaranya akan seseru tahun lalu? We’ll see. Satu yang cukup saya sayangkan. Kenapa acara yang dilaksanakan outdoor seperti ini diadakan ketika musim penghujan? Ah, lupakan soal hujan. Toh tahun lalu juga seru walaupun sempat diguyur hujan beberapa kali. Saya yakin, festival tahun ini pun akan seru. Yuk kawan kita ramaikan Banda Aceh Coffee & Food Festival 2012!

Penampilan anak hip hop

Ngobrol bareng Pandji

Iklan Banda Aceh Coffee & Food Festival 2012 di Garuda Inflight Magazine Oktober 2012