(Menjadi) Ayah ASI
Sepertinya saya harus banyak berterima kasih kepada Irfan, seorang sahabat sekaligus rekan kerja saya saat masih berkantor di Banda Aceh. Karena dari dialah saya mendapat pengetahuan yang cukup tentang ASI jauh sebelum saya memiliki anak, bahkan sebelum saya menikah.
Akhir 2012, Balqis, bayi Irfan lahir. Karena kami cukup akrab, segala macam topik sering kami obrolkan. Salah satunya tentang tekad Irfan memberi ASI eksklusif kepada Balqis. Pada suatu ketika, Irfan membawa buku berjudul Catatan Ayah ASI ke kantor. Dari obrolan dan membaca Catatan Ayah ASI itulah saya mulai tertarik mengetahui lebih lanjut tentang ASI. Saya jadi tahu, betapa sangat bermanfaatnya ASI bagi bayi. Sejak saat itu saya bertekad, jika punya anak nanti, pemberian ASI eksklusif adalah keharusan.
Pengetahuan saya tentang ASI yang masih sangat minim pun saya tularkan kepada (saat itu masih calon) istri saya. Dari obrolan, bahkan sampai saya pinjamkan buku Catatan Ayah ASI milik Irfan adalah beberapa cara saya mempengaruhi istri. Ya, walaupun istri berlatar belakang pendidikan kesehatan, namun ternyata pengetahuannya tentang ASI pun belum banyak.
Datanglah masa kehamilan istri. Membaca banyak artikel yang menyatakan bahwa keberhasilan pemberian ASI eksklusif juga ditentukan oleh dukungan orang-orang terdekat, kami juga sudah ancang-ancang untuk minta dukungan orang tua kami dan keluarga dekat.
Selama masa kehamilan istri, saya berusaha untuk selalu ikut aktif menyiapkan ASI eksklusif. Beberapa hal yang saya lakukan adalah:
1. Mencari sebanyak-banyaknya informasi tentang ASI.
Informasi tentang ASI saya dapatkan dari banyak sumber. Di antaranya adalah dari berbagai macam situs seperti ayahasi.org, bidanku.com dan aimi-asi.org, follow akun twitter yang consent dengan ASI seperti @aimi_asi dan @ID_AyahASI, berbagai macam buku seperti Catatan Ayah ASI dan Smart Parents for Healthy Children, serta sering bertanya kepada para sahabat yang sudah lebih dulu berpengalaman dengan ASI. Dari berbagai macam sumber itulah saya mendapatkan informasi dan fakta-fakta ilmiah bahwa memang ASI adalah yang terbaik untuk bayi. Setiap mendapatkan informasi, saya dan istri selalu mendiskusikannya.
2. Membujuk istri agar mau melahirkan di kota domisili kami saat ini
Pada awal kehamilan, istri ingin melahirkan di Pati, kampung halaman kami. Karena dari awal memang tidak ingin berjauhan dengan istri dan anak kami saat lahir, saya sering membujuk istri untuk melahirkan di Tangsel saja, kota domisili kami sekarang. Saya beralasan ingin menjadi bapak ‘seutuhnya’ sejak anak kami lahir. Maksud saya ‘seutuhnya’ adalah dari sejak lahir anak kami sudah bisa bonding dengan bapaknya, tanpa berjauhan. Saya pun bisa belajar sekaligus praktek bagaimana mengurus anak dan memastikan hanya ASI yang dikonsumsi anak kami sejak lahir. Alhamdulillah, pada usia kehamilan 7 bulan, istri berubah pikiran dan bersedia melahirkan di Tangsel.
3. Mencari dan memastikan tempat bersalin yang pro ASI
Kami cukup beruntung tidak perlu jauh dan lama mencari tempat bersalin yang pro ASI. Setelah sebelumnya setiap check up kehamilan istri di tempat yang cukup jauh, sekitar 15 menit perjalanan naik kendaraan dari tempat tinggal kami, akhirnya kami menemukan klinik bersalin milik seorang bidan dalam waktu tempuh hanya 5 menit dari rumah. Sebelum memutuskan check up di klinik tersebut, kami bertanya dulu bagaimana proses persalinan di sana. Kami memastikan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian ASI dilakukan di sana.
Sedikit kecemasan timbul saat persalinan istri harus dilakukan di rumah sakit dengan operasi caesar. Cemas tentang proses IMD dan pemberian ASI, karena kami belum tahu tentang rumah sakit tersebut. Begitu sudah masuk rumah sakit, saya langsung bertanya dan memastikan proses IMD dan pemberian ASI kepada tenaga kesehatan yang menangani istri. Beruntung, kami dirawat di rumah sakit yang sangat pro ASI. Walaupun proses IMD tidak berjalan maksimal, tapi bayi kami dirawat dalam 1 ruangan dengan ibunya sehingga sangat membantu dalam pemberian ASI di hari-hari pertamanya. Rumah sakit itu bernama RSIA Insan Permata di Serpong Utara (just in case ada yang mencari RS Pro ASI di sekitar Tangerang Selatan).
Namun, ternyata perjuangan memberi ASI tidak terus menjadi gampang. Pada hari-hari pertama terlihat sangat berat. Menyusui adalah hal yang kompleks. Tidak sekedar memasukkan puting payudara ke mulut bayi lalu beres. Beberapa masalah kami pada hari-hari pertama adalah jumlah ASI yang sedikit; puting payudara istri yang lecet karena pelekatan yang tidak sempurna hingga menyebabkan istri kesakitan sampai pingsan; serta istri mengalami baby blue syndrome, yaitu perasaan sedih, lelah, gundah, dan mudah tersinggung usai melahirkan. Menghadapi ibu-ibu yang mengalami baby blue syndrome itu lebih susah lho daripada menghadapi ibu hamil.
Sebagai suami dan bapak yang sangat mendukung ASI, tentu saya tak tinggal diam. Beberapa hal yang saya lakukan pada waktu awal tersebut adalah:
1. Selalu berusaha menenangkan dan memberi sugesti positif pada istri
Seperti kebanyakan ibu baru, ASI yang diproduksi istri saya tentu saja sedikit. Itu normal dan memang begitu karena kebutuhan bayi pun masih sangat sedikit. Menanamkan pikiran positif adalah hal yang selalu saya lakukan kepada istri. Saya yakinkan kalau bayi kami tidak akan kekurangan ASI. Saya beri vitamin ekstrak daun katuk yang dipercaya bisa melancarkan ASI agar istri lebih tenang. Dan saya selalu menemani istri saat bayi kami menyusu. Kebetulan saat bayi kami lahir, saya memang sedang libur kuliah.
2. Tidak panik dan mencoba mencari solusi ketika something happened
Something happened? It could be anything! Yang paling terasa buat saya sih waktu puting payudara istri lecet. Menyusui terlihat sangat menyiksa. Istri jadi susah menyusui, sedangkan bayi kami minum ASI-nya sangat kuat. Di sisi lain saya kasihan melihat istri tersiksa, di sisi lain juga tidak tega melihat bayi kami nangis kencang karena minta ASI. Rasanya serba salah. Kalau saya meminta istri terus menyusui juga istri kesakitan (bahkan pada beberapa waktu sempat sampai pingsan), kalau tidak disusui, bayi kami yang kelaparan. Saat situasi seperti itu, saya mencoba berempati kepada istri sambil berpikir solusinya. Akhirnya, saya membeli pompa ASI dan spoon feeder. Saya bujuk istri saya untuk memompa ASI sebisanya. Tidak perlu sampai banyak, yang penting cukup. Saya bertugas menyuapi ASI ke bayi kami menggunakan spoon feeder (alat seperti botol dot yang ujungnya berupa sendok). Alasan kami tidak menggunakan dot adalah untuk menghindari bingung puting. Jika sampai bayi kami bingung puting, tentu akan menambah masalah lagi.
Selain itu, saya juga banyak mencari informasi di dunia maya dan bertanya tentang puting lecet ini kepada beberapa sahabat. Ternyata dari banyak sahabat dan ibu menyusui yang saya tanya pun merasakan siksaan puting lecet ini pada awal menyusui. Dengan banyaknya cerita dan dukungan dari sahabat, saya berhasil membuat istri untuk tetap semangat memberi ASI. Salah satu sahabat yang saya tanya adalah simbok Olenka. Makasih saran dan semangatnya waktu itu ya simbok. It meant a lot for us.
3. Tetap teguh pendirian dan percaya diri dalam memberikan ASI
“Kok gak ditambah susu formula? Gak bisa gemuk lho kalau cuma ASI saja”. “Itu anakmu mencret terus. Gak dibawa ke dokter?”. “Biar tidak sering nangis, dikasih pisang aja”. Beberapa suara sumbang tersebut berasal dari keluarga terdekat kami.
Untung saja, dengan mengantongi pengetahuan yang cukup tentang ASI, kami bisa meng-counter pihak-pihak yang karena ketidaktahuannya bisa mengancam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif pada bayi kami. Susu formula bikin gemuk? Sehat kan tidak harus gemuk. Dan ASI sudah jaminan lebih sehat dibandingkan susu formula. Bayi ASI mencret? Itu normal, bukan mencret. Pada tahap awal, ASI memang berfungsi sebagai pembersih organ pencernaan. Jadi ya bayinya akan sering eek. Bayi umur beberapa hari dikasih pisang? Organ pencernaan bayi kan belum bisa dan belum siap mencerna makanan sebelum usia 6 bulan. Coba jika kami tidak mengedukasi diri sendiri, terancam gagal deh tekad memberikan ASI eksklusif kepada bayi kami.
Sekarang, Bara, anak kami sudah berumur 3 bulan lebih 2 minggu. Rutinitas saya menyendawakan setelah dia kenyang ASI masih terus berjalan. Perjalanan ASI eksklusif 6 bulan tinggal separuh jalan. Keinginan full ASI sampai 2 tahun masih sangat panjang. Saya dan istri masih harus banyak belajar dan berjuang mewujudkannya. Alhamdulillah, Bara pun menjadi bayi yang sehat dan perkembangannya sangat pesat. Semoga bapak ibumu bisa amanah memberikan hakmu mendapatkan ASI selama 2 tahun penuh ya Nak..
Bagi sahabat, teman, saudara, atau siapapun yang membaca tulisan ini, terutama bagi para ayah dan calon ayah, selalu dukung istri masing-masing untuk selalu memberikan hak anak berupa ASI secara paripurna selama 2 tahun. Karena ASI adalah susu yang terbaik bagi bayi. Dan proses menyusui adalah salah satu hal terindah yang ada di dunia ini.
Salam,
Ayah ASI
heh? Nenny pernah sampai pingsan? *peluk Nenny*
Menyimak cerita2 kalian soal perjuangan memberi ASI eksklusif ke dede Keenan, aku saluuut banget sama kalian, lho. Keren deh 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya mbak, Nenny sampai pingsan pas hari-hari awal menyusui. Tubuh Nenny kayak punya saklar otomatis yang bikin shut down saat merasakan kesakitan yang sangat
SukaSuka
You make me proud Mas! Sungguh membanggakan loh membaca cerita soal ayah-ayah yang bangga dan mensupport ASI seutuhnya! Salut Mas 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Makasih banyak mas Dani 🙂
SukaSuka
salut dengan semangatnya sebagai ayah ASI yang memastikan ASI eksklusif ke anaknya,ternyata gak mudah ya untuk bisa konsisten tetap memberi ASI ke anak
SukaDisukai oleh 1 orang
Makasih 😀
SukaSuka
Ternyata perjuangan seorang ibu bukan cuma melahirkan aja, tapi juga pas menyusui yah… sampe puting lecet segala, duh. Andai dulu bisa tak gantiin nyusuin, Ri #ehh
SukaSuka
Pernah baca di mana gitu.. Katanya proses menyusui itu lebih berat daripada melahirkan lho Lim.
Lha nek kowe sing menyusui yo ora bergizi lah.. :p
SukaSuka
Keenan atau Bara sih namanya? sama emaknya kayaknya dipanggil keenan, penonton jaid bingung, hahaaa :v
Selamat ya anak ganteng, semoga sehat selaluuuu…
SukaSuka
Hahaha.. Bapaknya suka panggil Bara dan emaknya suka panggil Keenan. Anaknya blm bisa bilang pengen dipanggil apa 😄
SukaSuka
Perjuangan memberikan ASI akan semakin sulit ketika sudah MPASI dan temen pumping sudah pada berguguran lebih dulu…
Semangat mas Ari dan mba Nenny… saya juga 😀
Semoga dipermudah… Aamiin…
SukaDisukai oleh 1 orang
Aamiin. Saling menyemangati ya Mira 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Yeay ayah n ibu dek bara keenan hebaat. Syukur ya ri, istri melahirkan di rs yang pro asi. Liza melahirkan di rs yang ga pro asi lho. Untung waktu dibawa ke nicu bang thunis ikutin, kalo enggak udah dikasih sufor sama bidannya. Duh, marah banget bang tunis waktu itu. Usut punya usut rs tsbt kerja sama dengan merk sufor itu. Kak naqiya ngga mau dia pake spoon feeder, langsung ngamuk kalo dikasih pake itu, jadinya pake botol. Alhamdulillah sampai sekarang enggak bingung puting. Tapi takut juga sih, yang penting semangat ajaa… Skrg kak naqiya tinggal 1 bulan lagi nih dek bara keenan 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Ayah dan Ibu Kak Naqiya juga hebat 😀
Iya Liza, syukur Alhamdulillah banget dapet RS yg pro ASI. Wah, kayaknya banyak juga tuh Za kejadian di berbagai RS dengan modus macem2 terus diberi susu formula.
Tetap semangat ya Liza 😀
SukaSuka
Dinamika perjuangan pemberian ASI ternyata bisa sedahsyat ini ya Mas. Jadi terbayang bagaimana dulu perjuangan orang tua saya saat memberi saya ASI, dan seketika terharu sendiri :’)).
Tapi ada beberapa pertanyaan bingung nih, Mas. Memangnya ada RS yang tidak pro-ASI? Terus bingung puting itu apa Mas? Sama baby blue syndrome itu penyebabnya apa ya Mas? Saya malah membaca baby blue ingatnya yang bayinya berwarna biru :hehe :abaikan.
SukaDisukai oleh 1 orang
Soal RS, ada juga yang bekerja sama dengan produsen susu formula untuk memasarkan susu formula dengan berbagai macam modus. Beberapa waktu lalu ada istri temanku yg setelah melahirkan bayinya dikasih susu formula dengan alasan untuk tes telan pada bayinya. Sejauh aku baca-baca dan cari informasi, tidak ada tuh tes telan ke bayi. Untuk melihat lebih jauh soal ini, coba baca artikel berikut http://aimi-asi.org/susu-dan-kekuasaan/
Bingung puting itu kondisi bayi yang tidak mau disusui langsung dari payudara ibunya karena sudah keenakan disusui pake dot. Karena sistem menyusu melalui dot lebih gampang dilakukan oleh bayi, hal itu dapat menyebabkan bayi jadi bingung puting.
Tentang baby blues syndrome, lebih jelasnya bisa dibaca di artikel ini Gara http://bidanku.com/mengenal-dan-mengatasi-baby-blues-syndrome . Sepertinya sih disebabkan oleh perubahan hormon.
Wah, senang banget aku Gara tanya-tanya gini. Jadi mulai aware tentang ASI kan? 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Aware banget Mas. Ternyata pilih RS untuk persalinan tidak boleh asal pilih juga ya Mas, harus yang pro-ASI.
Ini seperti persiapan saya untuk jadi ayah juga Mas :hehe. Terima kasih informasinya Mas :)).
SukaDisukai oleh 1 orang
Semakin dini mengedukasi diri sendiri, semakin siap nanti jika sudah saatnya. Salut deh Gara 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Kalau Mas tidak menulis topik ini juga mungkin tidak terpikir bagi saya untuk mencari tahu, Mas. Terima kasih banyak :)).
SukaDisukai oleh 1 orang
Sama-sama Gara. Aku cuma share pengalaman saja kok 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Siiip :)).
SukaSuka
OMG, sampe pingsan? Tapi emang puting lecet itu rasanya sungguh warbiyasak, tiap tiba waktu menyusui dan bayi udah gragas mau nenen, rasanya udah kayak mau diapain aja. Mesti tarik napas, tenangkan diri, siapkan mental, dan tetep aja akhirnya teriak, atau at least mbrebes mili sampe sesenggukan nahan sakit.
NgASI memang perjuangan, mesti keras kepala, mesti ngotot. Dan sungguh dukungan suami adalah yg terpenting, karena apalah arti asi melimpah kalo suaminya sendiri yg ngatain “asi doang ga cukuplah, nutrisi buat otak harus dari sufor” (believe me, ada yg bilang gt ke istrinya, mungkin krn minus info soal asi 😦 ). Kalo suami support, istri bisa menyusui dengan happy. Dan mestinya yaaaa, suami2 itu harus support asi lho. Kan ngirit! Suami aku hepi banget tuh ga usah keluar budget beryuta-yuta buat beli sufor buat si Nduk, haha…
SukaSuka
Iya, sampai pingsan saking ngerasa sakit kali ya.. Ahahaha.. Bener banget itu, irit banget kalau pake ASI! 😀
SukaSuka
Saya dan istri juga kasih asi eksklusif.
Dan masalah yg datang hampir sama dtgnya emang dr keluarga, krn mereka orang jaman dulu yg gak ngerti. Jadi disuruh pake susu formula, makan pisang dsb lah, dsb dapet jg dari keluarga.
Untung kita berdua udah banyak baca, jadi bisa mengcounter dengan baik.
Klo puting lecet bisa jadi krn anaknya tounge tie atau lip tie.
Udah periksa ke dr anak spesialis laktasi?
SukaDisukai oleh 1 orang
Udah enggak lecet lagi kok mas. Yang lecet pas awal-awal dulu. Mungkin karena pelekatan yang tidak sempurna 😉
SukaSuka
Luar biasa banget perjuangannya ternyata yaa… Kami yang ketemu Mas Ari Mba Nenny taunya pas udah pada mesem2 aja. Tiga bulan lagi Bara lulus asi eksklusif insya Allah ya, semangat ya Mas Ari dan Mba Nenny 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Hahaha.. Sekarang udah bisa mesem2 Nia. So far yang paling berat ya pas awal-awal ASI. Aamiin buat doanya 😀
SukaSuka
ponakanku ganteng aha ha ha ha…
#salah fokus
SukaSuka
Makasih tante Ie.. *cium jauh dari Bara ganteng* 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Salam kenal. Sharing yang menginspirasi. Semoga semua ayah dan ataupun yang akan menjadi calon ayah membaca tulisan ini. Sekedar sharing, saya setuju memperjuangkan ASI sungguh sangat berat. Ini sangat saya rasakan dari pengalaman nyata saya disaat istri saya kesulitan memproduksi ASI untuk kebutuhan menyusui anak saya. Hasilnya saya keliling kota jakarta pas lagi puasa siang-siang waktu itu. Perjuangan kejar-kejaran dengan waktu apalagi supaya anak saya Khansa keluar dari rumah sakit.
Jika berkenan boleh mampir di sini :
ASI Cinta Doa dan Harapan Untuk Khansa
https://fakhrurrojihasan.wordpress.com/2012/08/13/asi-cinta-doa-dan-harapan-untuk-khansa/
SukaDisukai oleh 1 orang
Salam kenal juga. Terima kasih sudah mampir 🙂
SukaSuka
*menyimak dulu deh* 🙂
SukaSuka
Silakan bang 🙂
SukaSuka
cihiiiiy.. dari seorang traveller jadi bapak asi! :))
selamat ya bang, tapi saya juga pernah dalam posisi yang mirip2 kok. apalagi sekarang udah dua buntutnya hehehe
SukaSuka
Wah keren.. Suami yang tanggap banget, Bang. Sayang istri sekaligus anak. 😀
Aku jadi mikir apa iya sesakit itu nyusuin bayi.. Liat sodara sih memang pada meringis-ringis.. ._.
SukaSuka
Makasih Beby 😀
SukaSuka
Keluarga yang hebaaaat! Ngefens deh sama kalian ini!
Btw, aku dulu juga dikasih ASI sama ibukku sampe umur.. 3,5 tahun! hahahahah.. Ya gimana lagi, mau beli susu formula duitnya siapaaaa.. jadi keterbatasan jaman dulu itu malah bermanfaat di zaman sekarang. Nah loh, nikmat mana yg kita dustakan ya. Bhhahaha..
Btw anakmu ganteng men toooo.. hih gemets…
SukaDisukai oleh 1 orang
Makasih Mas Ndop..
Udah berkarakter belum nih muka Bara? Udah bisa dijadiin vektor apa belum? Hehehe
SukaSuka
Bhahaha bisaaaa! Segeera menuju page pesan vector yaaa
SukaSuka
Jadi inget 3 bulan lalu pas anak lair.
Eh kena kuning karena bilirubin tinggi. Tp alhmdlh uda sembuh. Rasanya sdh bngt, pdhl sbnrnya it normal pd kbnykn bayi karena organ tubuhnya blm normal.
Disitu hampir tiap 1.5 jam anter asi hasil pumping. Yah walau msh sedikit. 20ml rutin tiap 1.5 jam anter ke ruangan anak karena harus photo teraphy. Tapi alhamdulilah sudah sembuh dan skrg Asi istri lancar…
SukaSuka
Alhamdulillah. Semangat ASI juga yaaa.. 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Sangat inspiratif cerita Papa Ary ini. 😃
SukaSuka
Emang ya seringkali godaan utk ga ngASI malah dtg dr yg terdekat dan suami jadi benteng utama untuk itu. *jadi inget utang tulisan awal2 ASI yg masih di draft.
SukaDisukai oleh 1 orang
Kok masih draft? Ayo dong di-publish 😀
SukaSuka
4 jempol *pinjam jempol kaki..hihihi. Suami saya pro ASI, setelah saya bertekad untuk memberikan hanya ASI buat Fatih. Sayang, Fatih sempat mencicipi formula, karena saya belum terampil dan suami juga masih minim informasi dan keberanian. Ayah ASI sangat membantu suksesnya pemberian ASI. Salam ASI 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Sebelum komen nitip ciwelin pipi nya Bara yah hehehe….
Salut deh buat bpk2 ASI..istri pun ga merasa berjuang sendiri..dukunhan suami itu ngalahin smua rasa sakit lho..
Betewe klo masih lecet coba kasih salep kamilosan mas
SukaSuka
Ping balik: (Menuju) Ayah S3 ASI | The Science of Life