Fotografer.. Oh Fotografer..
Dua malam lalu, menjelang tidur saya dikagetkan dengan sebuah twit yang berbunyi “Kasian td saat plepasan penyu byk yg tdk mematuhi area batas yg di buat sm panitia, alhasil penyu stress & lemas”. Saya teringat bahwa sore sebelumnya (8/4) di Pantai Lampuuk, Aceh, diadakan acara pelepasan tukik atau anak penyu ke laut lepas. Karena diadakan di hari kerja, saya yang sebenarnya ingin hadir pun urung. Membaca sebuah twit tadi membuat rasa penasaran saya terbit yang akhirnya berujung pada melihat timeline si empunya twit, @IndieGem. Berikut ini hasil intipan saya (bacanya dari bawah ke atas):
Membaca twit berseri di atas sontak membuat saya emosi. Emosi karena ternyata fotografer yang seharusnya terpelajar dan beradab memperlihatkan kebodohan yang mengancam kelangsungan hidup makhluk lain. Mempunyai peralatan kamera canggih dan mahal tak lantas membuat mereka santun dan beretika dalam mengambil gambar. Entah belum tahu pentingnya penyelamatan penyu, entah euforia sebagai fotografer baru, atau karena tidak peduli, saya tidak tahu.
Ada alasan kenapa penyu termasuk salah satu satwa yang dilindungi. Penyu adalah satwa yang penting bagi manusia. Informasi yang saya temukan dalam beberapa artikel, penyu berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Setelah sel telur penyu betina dibuahi oleh sang jantan, penyu betina pergi ke pantai dan menggali lubang untuk menyimpan ratusan telurnya. Pantai dan bukit pasir membentuk ekosistem rentan yang tergantung pada vegetasi untuk melindungi terhadap erosi. Telur, menetas atau tidak, dan tukik yang gagal merupakan sumber gizi gundukan vegetasi. Di dalam laut, penyu juga memiliki peran tak kalah penting. Penyu, terutama penyu hijau, mempunyai makanan favorit berupa rumput laut. Rumput laut harus dijaga tetap pendek agar menjadi tempat tinggal yang sehat bagi ikan dan kehidupan laut lainnya. Penurunan atau hilangnya rumput laut akan merusak populasi dan memicu reaksi berantai serta berdampak negatif bagi ekosistem laut dan manusia. Dan saat ini, keberadaan penyu di alam sudah semakin menurun.
Melanjutkan twit berserinya, IndieGem kemudian menulis sebuah artikel di kompasiana. Dalam artikel tersebut tampak kegundahan hati IndieGem saat melihat acara seremonial pelepasan tukik menjadi sarana eksploitasi penyu oleh para pengunjung dan fotografer. Jalur tukik menuju laut yang seharusnya steril dari makhluk lain dipenuhi oleh para fotografer yang tidak beradab dalam mengambil gambar yang berakibat pada stres-nya para tukik dan bahkan ada yang mati.
Lain lagi cerita Farchan, teman saya, saat mengikuti acara perayaan Waisak di Borobudur tahun lalu. Pada perayaan yang penuh dengan umat Buddha beribadah itu para fotografer pun banyak yang absen melakukan tindakan santun dalam mengambil gambar. Lampu flash menghujani para umat Buddha yang beribadah, moncong lensa menodong tepat di wajah para pelaku ibadah, dan perilaku serampangan para fotografer yang bersaing dalam mengabadikan momen jelas sangat mengganggu perayaan Waisak. Apa memang seperti ini perilaku para fotografer sekarang?

Sumber: Wikipedia
Pernah lihat foto di sebelah ini? Ini adalah foto karya Kevin Carter yang diambil pada Maret 1993. Foto seorang bayi kelaparan yang berjuang bertahan hidup dan ditunggui oleh seekor burung pemakan bangkai ini kemudian dijual oleh Carter di New York Post dan muncul pertama kali pada 26 Maret 1993. Kemudian pada tahun 1994 Carter mendapatkan penghargaan Pulitzer, namun menuai kecaman. The St. Petersburg Times bahkan mengecam Carter yang menurutnya sama saja dengan si burung pemakan bangkai, menjadi pemangsa si bayi. Alih-alih menolong si bayi, usai mengambil gambar, Carter pergi. Merasa sangat bersalah dan menyesal atas apa yang sudah dilakukan, pada 27 Juli 1994 Carter bunuh diri. Hanya meninggalkan sebuah catatan, “I am depressed … without phone … money for rent … money for child support … money for debts … money!!! … I am haunted by the vivid memories of killings and corpses and anger and pain … of starving or wounded children, of trigger-happy madmen, often police, of killer executioners … I have gone to join Ken [recently deceased colleague Ken Oosterbroek] if I am that lucky.” Lihat bagaimana seorang fotografer ternama yang tidak beretika dalam mengambil foto berakhir hidupnya.
Ketidakpedulian pada keadaan, sesama manusia, dan makhluk hidup lain bisa berakibat sangat fatal. Selama pengalaman saya traveling, saya cukup sering menemukan fotografer yang tak beradab. Mungkin memang sebuah karya fotografi yang bagus bisa mendatangkan uang berlimpah. Tapi itu bukan alasan untuk tidak beretika dalam mengambil gambar. Seorang kawan pernah bilang kepada saya bahwa dalam hobi, passion, pekerjaan, atau apapun itu, harus mempunyai etika. Sehebat apapun karya kita, kalau diambil dengan cara tidak santun, tidak manusiawi, dan tidak beretika, akan berujung pada kemudaratan. Sudahkah kita menjadi fotografer yang peka dan beretika?
Referensi : Penyu Juga Makhluk Hidup Kehidupan Penyu Kevin Carter Beradabnya (Sebagian) Fotografer Kita
NB: Berdasarkan informasi yang saya dapat dari sebuah artikel, Kisah Sebuah Foto dan Rumornya menyebut bahwa Carter tak mungkin bunuh diri karena foto tersebut di atas, maka pernyataan saya di paragraf 6 di atas saya ralat menjadi:
- Rumor mengatakan bahwa karena merasa sangat bersalah dan menyesal atas apa yang sudah dilakukan, pada 27 Juli 1994 Carter bunuh diri (kalimat keenam).
- Kisah Carter ini memang masih kontroversi. Namun berdasarkan fakta, banyak kecaman terhadap Carter, menunjukkan bahwa banyak pihak yang menilai foto tersebut tidak beretika (kalimat terakhir).
Tulisan di atas sengaja tidak saya edit agar pembaca tahu kronologis ralat saya. Terima kasih.
bernas!
semoga menumbuhkan kesadaran diantara para fotografer cum traveler.
SukaSuka
Ijin tautan tulisanmu aku pasang di sini ya Chan 😀
SukaSuka
silahkan mas..untuk pembelajaran bersama. 🙂
SukaSuka
Demi sebuah gambar yg berestetikan dan bermakna, lalu melupakan hak asasi hewan ini sungguh terlalu. Baik itu dilakukan fotografer asli atau pun org biasa yg memotret. Semoga bs terus kita edukasi mereka utk mengerti akan hal ini 🙂
SukaSuka
huffft ….. sesak nafas ..
SukaSuka
True! Dalam melakukan apapun kita harus punya tanggung jawab, berprinsip bukan “menghalalkan” segala cara untuk mengejar prestise. Yang terpenting, dengarkan kata nurani. Mari saling belajar dan mengingatkan ya ri 🙂
SukaSuka
Iya mbak. Mendengarkan nurani harus dimulai sejak dini. Kalau sudah terbiasa acuh dengan nurani ya jadi ignorance.
SukaSuka
Bukan cuma Gegar Traveling ternyata, kejadian ini adalah satu dari bukti bahwa Gegar Berkamera juga merajalela..
Hobi atau passion yang tidak didampingi etika, memalukan..
*ttd : saya, (bukan) fotografer*
SukaSuka
Akuh … akuh … gimana mas Ari ??
*lalu sembunyiin kamera pinjeman*
SukaSuka
Ah kalau kamu mah fotografer yg chic banget Om.. Pose memfoto aja bisa sambil lompat2.. :p
SukaSuka
Sempat baca tweet itu juga kmaren…mudah2n habis baca ini bisa sadar dah dan bisa lebih bertanggung jawab..
SukaSuka
geram…*ga berani bayangin, penyu yg ketindih itu :(* suka sebel sama fotografer pro ato amatiran yg ga etis. beberapa kali lihat karnaval kota, masyarakat terpaksa manyun lihat ulah fotografer. sering masuk track dan menghalangi pandangan. diingetin malah melotot..sigh…
pembelajaran buat kita semua ya
SukaSuka
Geram bacanya kemarin itu. Euforia berkamera ditambah sikap “sabodo-teuing” bikin malesin jadinya. Ini ada 1 tulisan juga di blog Mbak Rini Raharjanti yg juga gundah tentang kelakuan fotografer di acara Sholat Ied di Sunda Kelapa. Dongkol baca ceritanya.
http://cuapcuapnabi.blogspot.com/2010/09/shalat-ied-sunda-kelapa-sebuah.html
SukaSuka
Ebuset.. itu di depan jamaah shalat pas gitu ngambil foto.. parah!
SukaSuka
kalau mau bikin foto2 bagus ya idealnya bikin assignment sendiri, bukan hunting ramai2 keroyokan begini..
SukaSuka
Yup, itu baru keren. Tidak menunggu undangan dan datang berbondong2 seperti mau nonton layar tancap 😀
SukaSuka
terkadang cuma modal gadget doang udah ngaku2 fotografer, tapi mentalnya masih terbelakang
*ikut emosi*
SukaSuka
Sabar mas.. jangan ikut emosi. Hehe
SukaSuka
hehe jadi geram soalnya..
SukaSuka
Photographer lain yang kontroversial seinget sy, waktu yang di NY. Si fotografer di caci maki karen ngga nolong Ki suck Han naik ke peron malah “cuma” moto dan fotonya jadi front cover di koran ya?
SukaSuka
Wah.. itu aku belum tau mbak. Coba nanti saya cari tahu. Hehe
SukaSuka
saya sangat tidak setuju dengan ungkapan “Lihat bagaimana seorang fotografer ternama yang tidak beretika dalam mengambil foto berakhir hidupnya.”
kalau itu sekedar pendapat pribadi tidak masalah sih, tapi coba liat makna dari foto tersebut secara keseluruhan.
setelah memotret, si kevin carter mengusir burung itu.
yang harus digaris bawahi adalah, bagaimana efek foto itu. membuat dunia tercengang dan membawa arus bantuan luar negeri ke negara afrika tersebut.
Lagipula acara pelepasan penyu kemarin hanya untuk menarik simpati masyarakat atas usaha penduduk setempat dalam usaha konservasi penyu di lampuuk. agar lebih banyak bantuan dan turis yang datang melihat dan membantu penangkaran penyu disana.
kalau memang mau melapasi ke alam, mungkin panitia lebih baik melepaskan mereka tanpa mengundang siapa-siapa agar lebih aman.
SukaSuka
Soal Kevin Carter, kalimat terakhir memang pendapat saya. Kalau memang Carter sudah merasa cukup membantu dengan mengusir burung pemakan bangkai saya rasa dia tidak akan merasa sangat bersalah hingga bunuh diri.
Apa artinya membuat dunia tercengang sebuah foto kalau cara mengambil foto tidak beretika? Apa artinya kalau mengambil sebuah foto dengan mengorbankan makhluk lain? Menurut saya, Carter-lah contohnya. Di akhir hayatnya dia menyesal.
Ya, saya setuju tujuan seremoni kemaren utk menarik simpati dan mengedukasi masyarakat. Saya memuji bagus malah diadakan acara ini. Dapat menimbulkan aware masyarakat terhadap penyelamatan penyu. Bukan salah panitia yg melakukan seremoni, tapi ketidakpedulian para fotografer yg saya sorot. Kurangnya etika para fotografer dalam mengambil gambar. Pun saya mengambil beberapa bahan tulisan selain penyu. Salah satunya perilaku fotografer dalam perayaan Waisak.
SukaSuka
Aku baru menemukan artikel tentang Kevin Carter nih Ndra di sini http://t.co/jFQICD62ES
Sepertinya bukti bahwa dia bunuh diri akibat penyesalan karena membiarkan anak kecil itu tidak benar. Udah aku ralat sih Hen tulisanku di atas.
SukaSuka
etika ga etika kalu udah urusan “perut” udah dilanggar deh.. sering lihat potograper yang ga punya nurani.. dan kurang informatif juga empati.. lebih mikirin duit dan daya jual..
itu kevin carter emang bunuh diri karena menyesal dicecar sanasini.. tapi baca situasi dia saat itu daku kog maklum ya, kalu pun ditolong, dia ga punya kuasa, kan rezim disana gilagilaan.. [bukan mo bela loh ya, ini pernah dibahas saat workshop sih]
jaman internet gini, masih ada kelakuan preman gitu..
SukaSuka
Miris deh mbak. Ternyata manusia itu serakah ya..
SukaSuka
Terima kasih bg udah muat beberapa tweet saya di sini, malam tadi juga udah sempat ketemu sam YUDI ketua panitia pelepasan penyu kemarin, dan dia juga sudah melihat penyu tersebut terhimpit oleh siku seorang fotografer cakep ganteng dan keren dengan gadget mahal hahaha. dan kita juga sudah berdiskusi bagaimana untuk ke depan agar lebih baik, :))
SukaSuka
Sama-sama Gem. Salam buat Yudi. Semoga semakin sukses penyelamatan penyunya. Kali lain aku mau ikut datang deh ke acara pelepasan tukik 😀
Oh iya, ditunggu rilis video kejadian kemaren yaa.. hehe
SukaSuka
ada pelepasan sore ini bg jam 5 sore di tempat yang sama, ayo kita kesana, nah.. untuk video, seperti nya tidak jadi aku upload bg.. kasian aku lihat perjuangan Yudi dan kawan kawan, kalo video itu aku upload, namun ab bisa kasih lihat nanti video nya kalo kita ketemu. :)) , karena jika video itu kalo aku upload efek nya akan berdampak ke Yudi juga, tapi dia juga udah lihat dan menerima protes aku kemaren. dia hebat aku pikir. salut sama mereka.
SukaSuka
Ahhh.. Aku jam 5 sore baru pulang kerja. Gak kekejar lah kalau ke Lampuuk. Mbok ya Sabtu gitu pas aku libur pelepasan penyunya.. Hehehe..
SukaSuka
Such a great post! Meskipun alasannya untuk mendapat foto terbaik tapi nurut aku photographer harus punya empati dan care terhadap keadaan sekeliling. Kalau ga ya sama aja namanya photographer gagal
SukaSuka
who ever we are, keep our humanity! 🙂
SukaSuka
padahal tidak semua orang yang cari duit dari foto sampai motret segitunya,tapi memang ironis bhkan di mata salah seorang fotografer seniur etika foto dah agak kabur.
SukaSuka
Yup, penyu pun juga sensitif terhadap cahaya. Tapi masih banyak yang moto penyu ataupun tukik (anak penyu) pake blitz pula.
SukaSuka