Melintas Batas Malaysia dan Singapura


Suara gesekan rel dengan roda kereta api yang khas masih teratur berbunyi. Saya terjaga karena korden di sebelah tempat saya berbaring dibuka oleh seseorang, “Passport please?“. Saya serahkan buku bersampul hijau terbitan Kantor Imigrasi Banda Aceh milik saya kepada pemilik suara. Setelah dicoret-coret dengan sebuah kode dan tanggal, paspor saya dikembalikan. Saya pun menutup kembali korden dan melanjutkan berbaring nyaman di sebuah kasur empuk. Dari balik jendela, sinar mentari mulai menyapa. Fajar pun perlahan menghilang.

Coretan di paspor saya

15 Oktober 2011, pagi itu saya berada di salah satu gerbong kereta api antar negara milik Malaysia jurusan Kuala Lumpur-Singapura yang bernama Senandung Sutera. Walaupun delay 1 jam semalam, namun sepertinya kereta akan sampai di Woodland Checkpoint tepat waktu. Pemeriksaan paspor itu dilakukan oleh imigrasi Malaysia menjelang masuk wilayah Singapura, yaitu di wilayah Johor Bahru.

KTM Intercity Air-condtioned Day/Night Second Interior. Sumber Gambar: Wikipedia

Perjalanan sekitar 7 jam itu tidak terasa melelahkan. Bagaimana melelahkan kalau selama perjalanan saya bisa berbaring nyaman dengan bantal empuk yang menyangga kepala? Ya, saya memilih menggunakan layanan  ADNS: Air-conditioned Day Night Sleeper yang memberikan fasilitas tempat tidur sederhana berseprai putih, bersih, dan tidak bau apek dengan sebuah bantal yang cukup empuk dalam perjalanan melintasi Malaysia menuju Singapura. Walaupun bukan layanan eksekutif, saya puas dan merasa sangat nyaman. Sebanding kenyamanan yang saya dapat dengan harga 92RM (atau sekitar Rp. 268,640) untuk tiket PP. Murah bukan? Dengan pertimbangan budget yang pas-pasan, alih-alih naik alat transportasi udara dan sampai di Singapura malam hari yang otomatis harus mencari penginapan, saya memakai kereta api saja dengan sleeping couch sekalian buat tidur. Toh, tidak membuang waktu saya karena sampai Singapura pun pagi hari.

Pukul 7 tepat kereta berhenti di stasiun Woodland Checkpoint di Singapura. Relatif tepat waktu. Kereta yang tadinya molor berangkat 1 jam, sampai di tempat tujuan cuma telat setengah jam. Saya dan 4 kawan seperjalanan pun turun. Begitu turun, disambut oleh dinginnya udara pagi Singapura. Mata saya mulai mengamati. Hmm.. Stasiun yang sangat bersih dan rapi. Dan, klik, kupencet shutter kamera saku saya untuk mengabadikan suasana pagi itu. Namun saya diperingkatkan oleh salah satu kawan seperjalanan saya. Katanya tidak boleh mengambil gambar disana. Dan ternyata benar, ada tanda di dinding kaca dengan gambar kamera yang dicoret. Maklum lah ya, baru pertama kali kesini soalnya. Untung saja tidak ketahuan petugas. Di kejauhan nampak petugas Bea Cukai Singapura dengan menuntun anjing herder melaksanakan tugas mereka. Menyusuri sisi luar kereta anjing-anjing itu mengendus. Sesekali menyalak. Seram juga tampaknya. Bergegas saya menuju imigrasi.

KTM Senandung Sutera yang membawa saya dari Kuala Lumpur ke Singapura

Saya pernah dengar dari beberapa kawan, kalau datang ke Singapura untuk pertama kali pasti akan ditanya-tanya oleh petugas di dalam sebuah ruangan kantor. Tetapi ada juga beberapa kawan lain yang bilang prosesnya sama seperti di imigrasi Malaysia tanpa ditanya-tanya. Saya berharapnya tidak ditanya-tanya sih biar proses imigrasinya cepat. Namun ternyata, ketika giliran saya ke petugas imigrasi, begitu dibuka paspor saya, petugasnya bilang, “First time to Singapore?”. “Yes”, jawab saya. “Go to the office, please”. Ya, saya dan 2 orang kawan seperjalanan ternyata harus ditahan dulu untuk ditanya-tanya dan cap jari. Untung saja tidak terlalu lama prosesnya. Pertanyaan yang diajukan juga standar. Mau apa ke Singapura, berapa lama, sama siapa, pekerjaan apa, yah.. semacam itu lah. Untuk alasan keamanan mungkin.

Begitu keluar dari Woodland Checkpoint, rasa bergairah muncul di diri saya. Yay.. aktivitas melepas penat dari kerjaan kantor dimulai sekarang. Aktivitas menyegarkan pikiran bermula sekarang. Aktivitas bersenang-senang dan menghilangkan galau start now!!