Surat Dari Seekor Gajah Mungil Bernama Rosa


Halo teman-teman, salam kenal. Namaku Ije Ayu Rosalina, biasa dipanggil Rosa. Nama yang cantik bukan? Cocok deh dengan wajahku. Hihihi.. Aku adalah seekor gajah yang berumur 3,5 bulan. Aku lahir pada hari selasa 18 September 2012. Ibuku bernama Suci, dan ayahku… Ah, aku tidak tahu siapa nama ayahku. Ayahku tinggalnya di dalam hutan sana sih. Sedangkan aku dan Ibu tinggal di CRU Sampoiniet di desa Ie Jeureungah, Aceh Jaya. Jadi aku belum pernah ketemu dengan ayahku sampai sekarang. Aku lahir dengan berat 82,6 kg, tinggi 81 cm, dan panjang 86 cm. Jangan bandingkan dengan kalian waktu lahir ya. Kalian kan makhluk kecil, beda dengan gajah seperti aku yang termasuk binatang berbadan besar.

Aku suka bermain dengan manusia

Aku suka bermain dengan manusia

Aku dilahirkan di dini hari yang gelap tanpa diketahui orang. Jangan kalian tanya jam berapa. Bagaimana mungkin bayi gajah seperti aku bisa membaca jam. Yang pasti sih perkiraan dokter hewan yang merawat ibuku meleset. Dokter bilang, ibu akan melahirkan sebulan lagi, tapi aku sudah tidak sabar ingin bertemu kalian, makanya aku lahir lebih awal dari perkiraan dokter. Sebenarnya ayahku juga menunggui aku waktu lahir. Tetapi dia hanya mengawasi dari dalam hutan sana, tidak mau mendekat. Kata orang sih ayahku gajah liar. Berbeda dengan ibuku yang gajah jinak dan terlatih. Liar dan jinak mungkin terlalu berbeda untuk dapat bersama. 

Di kamp CRU Sampoiniet ini aku tinggal di areal kandang yang cukup luas bersama ibuku. Tidak sepanjang hari sih kami dikurung di kandang. Di pagi hari kami dikeluarkan dari kandang dan masuk kandang lagi ketika sore. Aku senang bermain-main di sekitar kamp ini. Ada banyak tempat bermain di sini. Selain ibuku, ada seekor gajah betina dewasa yang tinggal di kamp. Namanya Ida. Aku biasa memanggilnya Tante Ida. Aku suka dekat dengan dia. Tapi sayang, Tante Ida ini sensi. Tiap aku dekati dia malah marah. Aku ditendang-tendang dan diusir. Padahal aku kan ingin bermain dengan dia. Kalau aku ditendang-tendang oleh Tante Ida, Ibuku tidak terima. Ibu pasti marah. Langsung deh ibu dan Tante Ida berkelahi. Kalau sudah begitu aku jadi ingin tertawa. Masa gara-gara aku saja bisa sampai berkelahi gitu. Dan, kalau sudah berkelahi seperti itu, para mahout yang menjaga kami jadi sibuk semua. Sibuk melerai ibu dan Tante Ida. Hahaha.. Makin kencang aku tertawa. Aku makin senang kalau ramai seperti itu. Suasana kamp jadi menyenangkan.

Selain tante Ida, ada gajah lain juga di sini. Dua gajah jantan bernama Aziz dan Winggo, dan satu betina lagi bernama Sena. Kalau sama Om Aziz dan Om Winggo ini aku tidak mau dekat-dekat. Takut dengan tampang seram mereka. Apalagi sama gadingnya yang besar. Aku juga tidak bisa dekat-dekat dengan Tante Sena. Sekarang dia sedang sakit. Aku tidak mau ketularan sakit.

Aku berusaha kabur

Aku berusaha kabur

Hup, sedikit lagi berhasil!

Hup, sedikit lagi berhasil!

Selain bermain dengan ibu dan gajah lain aku juga senang sekali bermain dengan manusia. Tapi kurang seru kalau mainnya sama para mahout. Mereka sering bentak-bentak aku. Mungkin karena aku juga nakal sih. Hihihi.. Makanya kalau ada manusia yang menjenguk aku dan mengajak main, aku jadi senang. Asal jangan memberiku makanan yang macam-macam saja deh. Kadang makanan manusia itu tidak cocok untuk gajah cantik sepertiku.

Aku paling tidak suka kalau waktu sudah sore dan saatnya aku kembali masuk kandang. Itu artinya waktu main-mainku sudah selesai. Sebenarnya mungkin gampang sih buat ibuku menjebol kandang yang terbuat dari kayu itu. Tapi para mahout curang. Di sekeliling kandangku dipasang aliran listrik. Kalau aku paksa ibu untuk menjebol pasti dia kesetrum. Aku kan sayang sama ibu, jadi aku gak mau ibu kesetrum. Eh, aku punya rahasia. Tapi kalian jangan bilang-bilang sama para mahout ya. Aku tahu kalau setiap abis subuh aliran listrik di kandangku sudah dimatiin. Saat itulah aku selalu berusaha kabur. Kandangku kan terbuat dari kayu nih. Jarak antar kayunya renggang. Karena badanku masih kecil, dengan sedikit usaha saja aku bisa keluar dari kandang. Begitu aku keluar, ibu, tinggal nabrakin badannya di kandang dan ikut keluar juga deh. Baru kalau udah begitu para mahout yang heboh. 

Ibu dan Tante Ida berkelahi gara-gara aku

Ibu dan Tante Ida berkelahi gara-gara aku

Satu lagi yang aku tidak suka. Aku tidak suka kalau tidurku terganggu. Seperti kemarin waktu aku asyik tidur melungker di samping ibuku ada seorang manusia yang memfotoku dengan kamera yang flash-nya hidup. Langsung aku kaget dan terbangun. Dikira gak silau apa mataku. Sepertinya manusia itu menyadari kesalahannya dan langsung menuju tenda yang dia pasang di depan kandangku dengan muka agak bersalah. Karena sore sebelumnya dia baik sama aku dan mau ngajak main aku, aku gak jadi marah deh. 

Eh, teman-teman, tahu kan kalau kami, para gajah, sudah termasuk hewan yang sangat terancam punah atau istilah kerennya critically endangered. Bagaimana kami gak hampir punah kalau sekarang-sekarang kami sudah dianggap hama dan sering dibunuh. Belum lagi kami diburu karena gading kami yang mahal. Aku sedih sekali kalau dengar berita pembunuhan gajah. Kalau dengar cerita dari ibuku kadang aku merasa marah sekali sama manusia. Gajah-gajah yang masih tinggal di hutan banyak yang dibunuh karena ngerusak kebun punya manusia. Bahkan cara bunuhnya keji sekali, diracun. Jangan salahkan gajah yang masuk ke kebun. Manusia juga banyak yang merusak rumah kami. Hutan-hutan yang dulunya jadi tempat tinggal kami sekarang dijadikan kebun sawit dan digunduli. Kadang aku bersyukur tidak tinggal di hutan sebagai gajah liar.

Kalau aku gak ingat jasa para mahout di CRU Sampoiniet ini rasanya aku pun ingin berperang melawan manusia. Tapi di sini masih banyak manusia yang peduli sama aku. Peduli sama gajah-gajah lain. Mereka meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran mereka untuk kami. Tugas mereka cukup berat lho. Tugas mereka adalah melakukan pengamanan hutan dan mitigasi konflik masyarakat dengan satwa liar serta melibatkan warga yang berada di sekitar hutan. Biasanya mereka patroli ke hutan bersama gajah-gajah terlatih seperti Om Winggo, Om Aziz, dan Tante Ida. CRU di Aceh bukan hanya ada di Sampoiniet lho. Ada CRU Mane di Kabupaten Pidie dan CRU Pante Ceureumen di Aceh Barat.

Ah, sudah dulu deh teman. Aku sudah capek nulis surat. Mengetik surat menggunakan belalai memang melelahkan. Terakhir, aku hanya berpesan kepada kalian yang baca surat ini, jangan biarkan kami, para gajah sumatera, punah. Di Sumatera sendiri sekarang hanya tinggal 2.400-2.800 ekor. Sekitar 500 ekor di antaranya ada di Aceh. Tanpa kalian, kami mungkin akan benar-benar punah dalam 30 tahun ke depan. Jaga kami dan jaga diri kalian baik-baik ya 😀

Sampoiniet, 31 Desember 2012

Tidurku nyenyak bukan? (Gara-gara difoto ini aku jadi terbangun)

Tidurku nyenyak bukan? (Gara-gara difoto ini aku jadi terbangun)

Tulisan ini adalah hasil pengamatan saya selama 2 hari 1 malam berada di CRU Sampoiniet pada 29 - 30 Desember 2012.

Referensi : 
Bayi Gajah Lahir di Konservasi Sampoiniet 
Gajah Sumatera Lahirkan Bayi Betina di Aceh
Tutup Tahun, Masih Ada Gajah Diracun
WWF: Gajah Sumatera terancam punah dalam 30 tahun
Gajah Aceh Terancam Punah