Menjadi Donatur Sampah Daur Ulang Bersama Outlet Dhuafa
Saya bukan pecinta lingkungan yang ke mana-mana bawa sedotan stainless steel demi menghindari sedotan plastik saat membeli minuman. Saya juga bukan pecinta lingkungan yang selalu bawa kantong kain sendiri untuk berbelanja. Saya masih sering minum pakai sedotan di warung atau restoran, terutama kalau ngajak Bara, anak saya. Saya pun masih sering pake kantong plastik dari supermarket atau swalayan usai berbelanja.
Dibanding sekarang, saya merasa lebih cinta lingkungan 6 atau 7 tahun lalu. Waktu itu saya tinggal di Banda Aceh. Ke mana-mana selalu bawa kantong kain sendiri untuk berbelanja. Bahkan pernah saya beradu mulut dengan kasir salah satu swalayan yang tidak mengijinkan saya memasukkan belanjaan ke dalam kantong kain yang saya bawa sendiri. Kata mereka harus pakai kantong plastik dari mereka karena sebagai bukti bahwa barang yang saya bawa sudah saya bayar. Alasan yang sangat konyol menurut saya. Kan ada struk belanjaan buat buktiin saya sudah bayar. Bahkan saat itu saya sampai ngetwit tentang ini lho.
Kebiasaan saya membawa kantong kain sendiri luntur ketika saya kesulitan mencari kantong plastik untuk mengemas sampah di rumah. Ternyata saya masih butuh kantong plastik. Terutama kantong plastik besar untuk mengemas sampah dan membuangnya ke tempat sampah. Kenapa sampahnya tidak dibuang langsung di tempat sampah? Mungkin tak masalah ya kalau sampah kering. Coba kalau sampah sisa makanan. Bisa bau, kotor, dan tercecer di sekitar tempat sampah dong. Sampah yang sudah dikemas kan juga membantu tukang sampah yang mengangkut sampah, tinggal diambil saja tak perlu ia kerepotan mengemas lagi.
Walaupun begitu, bukan berarti saya sama sekali tidak peduli lingkungan lho. Saya tetap peduli. Tapi bukan aliran zero waste garis keras yang sebisa mungkin tidak mau memproduksi sampah. Salah satu dari sedikit bentuk kepedulian saya terhadap lingkungan adalah mengurangi penggunaan kemasan kantong plastik kecil di mini market. Yang kecil aja tapi, kalau yang besar masih butuh soalnya. Karena menurut saya kantong plastik berukuran kecil itu enggak guna. Mau dipakai lagi juga buat apa? Seringnya cuma sekali pakai dan berakhir di tumpukan sampah.
Kalau kantong plastik ukuran sedang dan besar masih bisalah dipakai berulang kali. Misalnya untuk mengemas pesanan dimsum istri yang dikirim pakai ekspedisi atau kami antar ke pelanggan, sebagai wadah pakaian basah setelah berenang, mengemas sampah, dan banyak lagi. Sekarang-sekarang kalau belanja sedikit ke minimarket ya barangnya saya masukin tas slempang kecil yang memang sering saya pakai. Tak perlu minta kantong plastik ukuran kecil.
Tapi sepertinya akhir-akhir ini keadaan bumi sudah makin mengkhawatirkan ya. Banyak sampah di mana-mana. Bahkan di laut paling dalam juga sekarang ditemukan sampah. Saya mulai terketuk untuk ikut lebih berperan mengurangi sampah deh. Salah satunya dengan mendonasikan barang-barang bekas di rumah yang masih layak pakai.
Tapi cari tempat yang mau menerima donasi juga menjadi PR tersendiri bagi saya. Sampai suatu ketika saya tahu tentang Outlet Dhuafa, The Street Store Indonesia, sebuah komunitas non profit berbasis di Pamulang, Tangerang Selatan, yang bersifat sosial yang bertujuan membantu para pemberi manfaat menyalurkan donasi berupa barang yang sudah tidak digunakan kepada para penerima manfaat. Mereka menerima segala macam donasi, mulai dari pakaian bekas, buku bekas, sembako, dan sebagainya.

Penjemputan awal bulan ini
Setahun lalu, usai membaca bukunya Marie Kondo, The Life Changing Magic of Tidying Up, saya dan istri menyumbangkan banyak banget barang tidak terpakai ke mereka. Ada pakaian layak pakai sampai buku-buku yang udah gak dibaca lagi. Tak perlu susah mengantar sendiri, donasi dijemput langsung oleh tim mereka di rumah saya.
Selain barang-barang layak pakai, mereka juga menerima donasi sampah daur ulang. Sekitar 3 bulan lalu saya dihubungi oleh mereka, ditawari untuk menjadi donator tetap sampah daur ulang. Segala macam sampah daur ulang mulai dari kemasan plastik sampai sampah masyarakat elektronik mereka terima. Sebulan sekali sampah yang saya kumpulkan akan mereka jemput. Tentu saja saya mau. Lumayan bisa ikut berperan demi bumi yang lebih sehat kan. Sejak beberapa tahun belakangan ini saya sebenarnya sudah muter-muter sekitar lingkungan rumah untuk mencari bank sampah. Tapi nihil. Kebetulan banget ada Outlet Dhuafa.
Sejak saya mendaftar menjadi donatur tetap, sudah 2 kali sampah yang saya kumpulkan dijemput. Jadwal penjemputan untuk lokasi rumah saya dilakukan setiap awal bulan. Bulan lalu saya bisa mengumpulkan 1 kotak kardus besar berisi sampah daur ulang. Dan awal bulan ini bertambah menjadi 1 kotak kardus besar dan 3 kantong plastik besar.
Ada perubahan kecil di hidup saya sehari-hari setelah menjadi donatur tetap Outlet Dhuafa. Selain tentu saja memilah sampah di rumah secara berkala, saya juga sering mengumpulkan sampah-sampah kecil hasil konsumsi sendiri untuk dibawa pulang. Misalnya nih, saya di kantor atau di luar rumah mengkonsumsi minuman kemasan. Setelah minum, kemasan kosongnya tidak saya buang saat itu juga, tapi saya bawa pulang. Jadi semangat gitu ngumpulin sampahnya. Kan sayang ya kalau udah dijemput sama tim Outlet Dhuafa ke rumah tapi sampah yang saya kumpulkan sedikit. Biar usaha mereka jemput itu sepadan dengan sampau yang saya kumpulkan.
Penjemputan sampah yang dilakukan oleh mereka ini gratis lho. Tanpa dipungut biaya, tapi sangat dianjurkan sih tetap dikasih tips untuk membantu operasional mereka. Sampah yang mereka terima ini akan diproses lebih lanjut, dipilah-pilah lagi dan kemudian diuangkan. Uang hasil penjualan sampah tersebut digunakan untuk kegiatan operasional, program, dan kegiatan sosialisasi di Outlet Dhuafa. Seru kan, kita bisa berdonasi tanpa mengeluarkan uang, cukup dengan sampah saja.
Dan belakangan, Sekolah Hikari, sekolahnya Bara, juga ternyata memiliki program tabungan sampah. Sebulan sekali ada bank sampah yang datang ke sekolah dan mengumpulkan sampah dari siswa-siswi sekolah. Hasil sampah yang dikumpulkan akan diuangkan dan dicatat dalam sebuah buku tabungan sampah. Di akhir periode bagi siswa pengumpul sampah daur ulang terbanyak akan diberikan apresiasi. Kegiatan yang bagus untuk memupuk kesadaran Bara tentang kebersihan lingkungan.
Sejalan juga dong tentunya dengan semangat keluarga kami mengumpulkan sampah daur ulang. Sampah yang kecil-kecil seperti kemasan tetrapack bekas susu UHT Bara kami kumpulkan untuk tabungan sampah Bara. Sedangkan sampah-sampah lain kami donasikan di Outlet Dhuafa. Kenapa hanya sampah kecil-kecil untuk tabungan sampah Bara? Karena itu yang gampang dibawa istri naik motor sambil ngantar Bara.
Walaupun masih sebatas ini yang bisa kami lakukan, tetapi sudah cukup membuat kami bahagia. Paling tidak kami sudah ikut serta dalam upaya penyelamatan bumi dari sampah. Terima kasih banyak Outlet Dhuafa atas ajakannya menjadi donatur.
Bagi yang ingin menjadi donatur juga, silakan menghubungi Outlet Dhuafa di akun instagram @outlet_dhuafa dan @thestreetstoreindonesia.
Wow… keren banget postingannya… terima kasih atas sharingnya yang menginspirasi. Jadi mau ikutan deh…
SukaSuka
Makasih banyak.. Kalo mau ikut jadi donatur silakan langsung hubungi Outlet Dhuafa yaa..
SukaDisukai oleh 1 orang
Waaah bole juga nih outletnya.
SukaSuka