Menggapai Penyangga Langit Jepara
“Saya punya cita-cita mengunjungi 7 buah air terjun selama hidupku. Dan masih kurang 3”, begitu kata seorang kawan kepada saya suatu ketika. Entah dia punya nazar, kaul, atau tujuan apa dengan 7 air terjun itu, saya tak tahu. Dan ketika saya diajak melawat ke salah satu air terjun tujuannya, berangkatlah saya. Mumpung sedang liburan di kampung halaman, tak ada salahnya mengeksplorasi daerah sekitar.
Awalnya saya tertarik ikut karena tujuan utama kami adalah Pantai Bandengan, kawasan pantai wisata yang paling terkenal di Jepara. Kabar bahwa garis pantainya yang panjang dan berpasir putih sukses membuat saya penasaran. Karena jarang sekali saya bertemu pantai berpasir putih di sepanjang garis pantai utara Jawa Tengah. Namun ternyata, sebelum sampai di Pantai Bandengan, kami berbelok mengikuti sebuah petunjuk arah bertuliskan “Air Terjun Songgolangit”.
Untuk menuju lokasi air terjun ini, dari Pati -kampung halaman saya- terbilang cukup gampang. Menyusuri jalan raya Pati – Jepara, memasuki wilayah Kabupaten Jepara melewati Kecamatan Keling dan Kecamatan Kembang. Di Kecamatan Kembang itulah lokasi air terjun ini. Tepatnya di Dusun Dukuh Ngelencer, Kelurahan Bucu. Tak usah takut tersasar. Papan petunjuk jalan menuju air terjun ini terpampang nyata di pinggir jalan raya. Pasang mata saja ketika sudah memasuki wilayah Kecamatan Kembang, pasti ketemu papan petunjuk jalannya. Tinggal diikuti deh petunjuk jalannya itu.
Pemandangan sepanjang perjalanan menuju air terjun ini juga sangat menyenangkan. Kami melewati perkebunan karet dan persawahan berundak. Walaupun panas mentari menyengat, hawanya langsung terasa adem karena dirimbuni pepohonan karet dan disuguhi kelir hijau persawahan.
Songgolangit berasal dari dua kata Bahasa Jawa, songgo dan langit. Artinya penyangga langit. Wajar saja dinamakan begitu. Dengan tinggi sekitar 80 meter, air terjun itu tampak menjulang menyangga langit. Beruntung saat kami ke sana airnya deras. Saking derasnya, gemuruh suaranya terdengar jauh sebelum kami memasuki areal parkir. Itu jika berkunjung di musim penghujan. Konon, jika musim kemarau, air terjun ini tak terlalu deras. Lebih beruntung lagi karena saat kami ke sana bukan akhir pekan. Sehingga suasananya relatif sepi dan sangat nyaman untuk bersantai. Mau mandi-mandi, tak perlu berebut dengan pengunjung lain. Pun jika mau foto-foto, bebas deh bergaya apa tanpa khawatir ada photo bomb.
“Mas!! Di sana licin! Hati-hati terpeleset!”, sebuah teriakan kencang mengagetkan saya yang sedang mengambil foto di bawah air terjun. Ternyata seorang ibu penjaga warung tersangkanya. Saya langsung bergegas mendekat. “Karena lagi sepi mas, hati-hati kalau sendirian. Kemarin dulu ada yang tenggelam di sana soalnya”, lanjutnya sambil menunjuk sebuah kolam yang katanya cukup dalam. Padahal saya sih tidak berniat nyemplung ke sana. Cuma ingin berfoto saja.

Kolam di bawah air terjun

Sungai berbatuan
Selain menyimpan keindahan lukisan alam, Songgolangit ini juga memiliki kisah legenda. Konon ada seorang perjaka dari Desa Tunahan yang menikah dengan seorang gadis asal Dukuh Sumanding, Desa Blucu. Pada suatu fajar, sang istri bersiap menyiapkan sarapan untuk sang suami. Karena kurang berhato-hati, timbullah suara gaduh di dapur. Sang mertua (ibu si istri) menegur anaknya, “Ojo glondhangan. Mengko mundak bojomu tangi”*. Rupanya sang suami salah dengar dan tersinggung. Kemudian pada suatu malam, pasangan tersebut berniat minggat ke tempat asal sang suami dengan mengendarai pedati yang ditarik oleh sapi. Karena jalanan gelap, pedati tersebut tersesat dan masuk jurang yang sangat dalam dan pasangan tersebut hilang tanpa jejak.
Jurang tempat pasangan pengantin tersebut jatuh itulah yang dipercaya sebagai lokasi air terjun Songgolangit sekarang. Kabarnya, legenda tersebut saat ini masih melekat kuat di hati masyarakat setempat sehingga antara orang desa Tunahan dan desa Blucu berpantang untuk hidup sebagai suami istri. Karena dikuatirkan hubungan rumah tangga mereka akan mengalami malapetaka seperti kisah legenda tersebut.
Yah, namanya juga cerita rakyat. Boleh percaya boleh tidak. Tapi kalau saya sih menangkap moral of the story-nya adalah jadi orang jangan suka tersinggung. Coba sang suami tidak salah dengar dan gampang tersinggung, mungkin tak akan terjadi bencana itu.
Sebelum melanjutkan perjalanan ke Pantai Bandengan, siang itu kami habiskan mengunyah cemilan di salah satu warung yang berderet di sekitar lahan parkir tak jauh dari air terjun. “Tinggal 2 lagi nih air terjunnya. Sekarang kita sampai di air terjun penyangga langit. Berikutnya harus yang bisa sampai angkasa!”, kawan saya berkelakar sambil menenggak air mineral di tangannya.
Itu lawatan saya beberapa tahun lalu ke air terjun Songgolangit. Hmm.. Saya jadi penasaran, usai menggapai penyangga langit Jepara, nazar kawan saya sudah purna belum ya?
Catatan:
Arti kalimat dalam Bahasa Jawa di atas: *Jangan berisik. Nanti suamimu bangun.
Tulisan ini saya ikutkan dalam Lomba Blog Visit Jawa Tengah 2015 Periode 1: 19 Januari – 14 Februari 2015 yang bertema “Wisata Alam Jawa Tengah”
Breath taking sceneries Mas. Kerenn. Semoga menang ya lomba blognya 😀
SukaSuka
Makasih mas Dani 😀
SukaSuka
Besok-besok bakal ada cerita seorang blogger kurang gawean yg punya cita-cita mengunjungi air terjun yg tersebar di 33 propinsi Indonesia :p
SukaDisukai oleh 1 orang
Jiyahahaha.. Travel Blogger spesialis air terjun nih. Jadi, so far udah berapa propinsi Mawi?
SukaSuka
Itu yang bahasa jawa artinya apa ya?
SukaSuka
Oh iyaaaa.. Kelupaan ngasih artinyaaa!! *brb ngedit* Makasih udah diingetin. hehehe
SukaSuka
Merasa minim info tentang wisata Jateng, hahaha sakjane aku wong ndi ki… Semoga menang lagi Mas 😀
SukaSuka
Hahaa.. sama Nia, aku pun gitu. Wong pas suka-sukanya traveling ya tinggalnya di Aceh. Moga2 sih sekarang bisa lebih sering dan lebih banyak eksplor daerah sendiri 😀
Makasih yak buat doa menangnya 😀
SukaSuka
Air terjunnya cantik, saya termasuk penggemar air terjun juga 🙂
sukses di lombanya.
SukaSuka
Iya mbak. Makasih yaaa 😀
SukaSuka
Suaminya kenapa tersinggung, ya? :bingung :hihi
Gambar-gambarmu bikin mupeng banget, Mas, soalnya saya terakhir tandang ke air terjun sudah lama, itu pun sebentar banget, nggak sempat foto-foto, air terjunnya ramai pula :hihi
Kalau nazar travelingmu apa, Mas? :haha
SukaSuka
Itulah.. Aku pun heran kenapa cuma begitu aja bisa bikin dia tersinggung. Masak kalaupun karena salah dengar gak dikasih tahu sama istrinya kalau itu salah dengar. Aneh kali ah emang. Haha..
Btw, ini juga udah lama lho bertandangnya 😀
Ah, travelingku gak pake nazar2an. Mau traveling mah traveling aja 😀
SukaSuka
Suaminya sensitif kali Mas :haha *malah ngomongin suami orang*
SukaSuka
Entahlah Gara. Makanya… Kamu jangan sensian ya *sok bijak*
SukaDisukai oleh 1 orang
Gopd luck ya
SukaSuka
Makasih 😀
SukaSuka
Airnya bening gak ya? Takut diatas pemukiman yg sembarangan buang sampah ke sungai.
SukaSuka
Keliatannya bening sih.. Bebatuannya yg agak berlumut tapi
SukaSuka
Legendanya kok rada serem, sampe dua desa nggak dibolehin jadi pasangan ya, Ri. Tapi aselik ini keren banget air terjun. Pati belum banyak diublek-ublek nih… Jalan yang kanan-kirinya pohon karet di jalur Pati-Jepara aja keren setengah mati. 😀
SukaSuka
Tadi malam aku ngublek2 folder foto nyari wisata alam Pati. Ternyata dikit banget!! Hahaha.. Mungkin mau aku post beberapa destinasi jadi 1 artikel 😀
SukaSuka
Satu satu juga nggak apa lo Ri, biar artikelmu tentang Pati banyak 🙂
SukaSuka
Masalahnya cuma ada dikit foto dan objek wisatanya. Yg blm aku tulis cuma 1. Yg lain udah pernah aku tulis. Hahaha..
SukaSuka
Belum kesampaian mau bersepeda menuju tempat ini, semoga tahun 2015 ini bisa terlaksana 🙂
SukaSuka
Waahh… Pasti seru sepedaan ke sana. Kalau aku dulu pas masih domisili di Banda Aceh mas yg sering sepedaan.
Btw, salam kenal ya.. Blognya bagus 😀
SukaSuka
itu mah kaya citacitaku dulu tahun berapa lupa ya masih kuliah datangin 10 airterjun setahun, ternyata datangin 20an deh.. indonesia banyak air terjun dimanamana.. ini pernah loh ke songgolangit.. cari dulu ya fotonya..
SukaSuka
Lho.. Mami Tinsyam pernah ke sini juga? Waaahh..
SukaSuka
sepupuku kan nikah sama orang pati, kalo lebaran pulang kampung ke semarang, sering jalanjalan ke jepara, suka mampir ke pati-rembang-demak.. udah lama pengen kesana lagi deh..
SukaSuka
Aku wis tau ning Pantai Bandengan Jepara. Wis tak posting jaman 2012 kae.
Btw, air terjune apik! Tapi jik apikan Air Terjun Sedudo. HUHAUHAUHAUAHUA…
SukaSuka
Tapi kan tapi kan.. Air terjun sedudo gak bisa dipake buat lomba blog visit jateng broo.. :p
SukaSuka
HAHAHAHAHAA iya ding iya ding
SukaSuka
Air terjunnya indah Mas…
Jadi inget di Sukabumi ada beberapa air terjun, baru 2 yg saya kunjungi. Baca ini jadi mikir kapan bisa mengunjungi air terjun lainnya.
Sukses dengan lomba blognya Mas.
Salam,
SukaSuka
Wah Kang, kalau ada wisata unik di Sukabumi seperti air terjun itu, bisa nih diceritakan di kolom komentar post saya yang ini https://buzzerbeezz.com/2015/01/26/gawisatadaerahmu-potensi-wisata-yang-unik-dari-daerahmu/ ada giveaway menarik buat yg share potensi wisata daerah masing2. Siapa tahu beruntung 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Aaah ntar kalau ke Pari sekalian mampir po ya…
SukaSuka
Pati mbak.. Bukan Pari :p
SukaSuka
hahaha maklum sambil ngantuk2 Ri
SukaSuka
Foto pertamanya cantik ! Aaakkk .. 😉
SukaDisukai oleh 1 orang
Saya pertama tahu nama air terjun ini dari buku Panduan Wisata Jateng itu Mas, terus baca-baca di sini lihat fotonya…. Setuju banget namanya Songgolangit! Jika kita mau berimajinasi, alirannya memang seperti turun dari langit biru itu yo, kapan pulang kampung lagi Mas? 😀
SukaSuka
Ping balik: Cintailah (Wisata) Jawa Tengah, Nak | Buzzerbeezz