Kekagumanku Pada Seulawah
Kemanapun aku menjelajah kota ini, sosokmu selalu menyapaku. Paling menjulang di antara barisan perbukitan yang mengelilingi kota. Terkadang malu-malu kau sembunyikan puncakmu di balik mega tebal. Terkadang kau unjuk diri memamerkan birumu saat dirgantara sedang sumringah. Setiap hari kerja, aku selalu mengagumi sosokmu dari sebuah jembatan di tengah kota. Sungai yang mengular menjauh seperti menghulu di badanmu. Walaupun aku berkendara roda dua, tiap melintas di jembatan itu, aku melambat. Mataku terpaku padamu.
Saat akhir pekan, biasa kukayuh sepeda menjauh dari hiruk pikuk kota. Pun kulihat sosokmu menyapa. Di antara persawahan, jalan berkelok, dan di balik padatnya bangunan perumahan yang semakin rapat, kau tetap mengintip. Bahkan, saat ku berada di daratan yang terpisah laut, sosokmu pun menyerobok pandangan. Kita sama-sama menyapa mentari menyingsing pagi itu. Aku dari tempat persembunyianku, di balik Benteng Jepang di atas tebing, kau dari pulau utama.
Di lain waktu, pernah kuabadikan sosokmu dalam lembar-lembar kartu yang kuterbangkan ke negara-negara asing. Pernah pula saat ku berada di atas burung besi yang meninggalkan kota ini, tampak puncakmu dari atas. Sayang, waktu itu tak bisa kuabadikan. Padahal itu adalah saat terindah kulihat sosokmu. Hijau, dipenuhi lebatnya wana. Kakiku pernah cukup dekat puncakmu, bahkan aku pernah bermalam tepat di kakimu. Tapi, bodohnya aku, tak berniat untuk sampai di puncakmu saat itu.
Padahal kau tidak terlihat angkuh. Dibanding dengan giri-giri lain yang berada di pulau ini, atau bahkan di negeri bercincin api ini, kau jauh dari kata jangkung. Namun, tetap saja kakiku belum menginjak puncakmu. Sekarang, saat sudah meniatkan diri ingin menggapai puncakmu, entah aku punya kesempatan ataukah nyali yang mengalahkanku. Wahai Seulawah yang kukagumi, bilakah aku berdiri di puncakmu?

Hijau di kaki Seulawah

Seulawah di suatu pagi

Seulawah dalam selembar kartu pos

Menunggu mentari pagi menyingsing dari balik Seulawah
(Seulawah adalah sebuah gunung api yang masih aktif, terletak di Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 1.810 m dpl. Terakhir erupsi pada tahun 1839).
Enaknya ada yang bisa dipandangi dari tengah kota. Apalagi Banda Aceh masih minim bangunan tinggi. *mandang baliho dan komplek ruko sebelah*
SukaSuka
Iya dong Koh.. Tapi, foto2ku ini udah bikin jadi 1000x lebih indah gak Koh? #eh
SukaSuka
subhanallah, bahkan sy yg sejak kecil ngeliat pun ga pernah ngeliat sebagaimana ari melihatnya
SukaSuka
Hehehe.. Aku suka pemandangan gunung sih Bang, seperti pemandangan yang aku gambar waktu SD.. Kalau di kampung halamanku sana suka lihat Gunung Muria dari kejauhan. 😀
SukaSuka
Waaah, Seulawah memang cantik dilihat dari sudut manapun. 😀
SukaSuka
Tiap hari saya selalu melihat seulawah, Ry. pulang pergi Banda Aceh- Jantho selalu nikmat ketika melewati persawahan blang jaroe yang dibelakangnya langsung terlihat jelas puncak seulawah
SukaSuka
wahhh keren banget pemandangan selawah dari deket, tapi masalahnya ga pernah sempet mampir ke selawah cuma lewat selalu aja wak..
SukaSuka
seulawah…. gunung pertama yang kulihat dalam perjalanan 12 jam medan – banda aceh
SukaSuka
Pengen liat nih potonya kalau udah nyampe puncak.
SukaSuka
cantik mas… 🙂
SukaSuka
Gunung Seulawah + Masjid Baiturrahman = paru-paru dan jantung Aceh
nice post Bang Ari! 🙂
SukaSuka
Baguuuus! pingin kesana!
SukaSuka
Iya.. Pengen sampe puncaknya deh 😀
SukaSuka
dulu sempet mau mendaki gunung itu, tapi dilarang sama temen yang tinggal di daerah seulimuem,
SukaSuka
Wah.. kenapa gitu Mas?
SukaSuka