Jejak Terakhir Teuku Umar
“11 Februari 1899, bertepatan dengan bulan Ramadhan, Teuku Umar tersungkur jatuh dihantam peluru emas Belanda di Suak Ujong, Meulaboh di saat pejuang sedang menunaikan sahur. Beliau langsung roboh dan syahid dalam usia yang sangat produktif, yaitu: usia 45 tahun. Teuku Umar datang ke Meulaboh dari arah Lhok Bubon bermaksud mau membunuh dan menyergap Jenderal Van Heuzt yang ada di Meulaboh. Dan ternyata, jenderal ini juga memiliki maksud yang sama, untuk menangkap dan membunuh Teuku Umar. “Kita akan minum kupi di Meulaboh atau saya syahid”, begitu kata beliau kepada pasukannya sebelum bergerak ke Meulaboh. Dan takdir Allah SWT menyatakan sang tokoh legendaris ini syahid”
HT. Ahmad Dadek, SH.
(Bidang Kebudayaan Disdikbudpora Aceh Barat, 2011)

Tugu Monumen Teuku Umar
Itulah sebuah penggalan kisah tentang seorang Pahlawan Nasional yang berasal dari Aceh Barat yang bernama Teuku Umar. Penggalan kisah tersebut saya baca di sebuah papan yang tergantung di dekat makam sang pahlawan. Dan di sinilah saya, berdiri di lokasi tempat syahidnya beliau.
Sebuah tugu monumen setinggi kurang lebih 10 meter berdiri di kawasan pantai Suak Ujong Kalak sebagai penanda tempat sang pahlawan meregang nyawa, memegangi dada sebelah kiri yang darahnya merembes keluar membasahi pakaian kebesarannya. Tugu ini terlihat baru. Memang, tugu sebelumnya tidak seperti ini. Dibangun tugu yang baru ini usai bencana tsunami menghantam daerah ini. Letaknya yang hanya beberapa meter saja dari bibir pantai sudah tentu tersapu tsunami. Di puncak tugu terpasang sebentuk kupiah meukeutop, penutup kepala adat Aceh yang sering dipakai Teuku Umar dan sudah menjadi ciri khas beliau.
Siang yang teriknya menyengat terasa terobati saat angin laut sesekali menghembus ke tubuh. Tak lama usai saya menapaktilasi jejak terakhir sang pemimpin Perang Aceh ini, langkah kaki saya berjalan menjauh menuju tempat peristirahatan terakhir beliau.
Cukup jauh dari pusat kota Meulaboh, sekitar 35 kilometer atau sekitar 1 jam berkendara motor, terletak tempat peristirahatan terakhir Teuku Umar Djohan Pahlawan. Rupanya gelar Johan Pahlawan yang diberikan oleh Belanda saat Teuku Umar melakukan taktik bergabung dengan Belanda tetap tercantum apik di pintu masuk kawasan makamnya.
Areal makam ini berada di atas bukit yang masih memiliki tetanaman yang rimbun. Teriknya mentari hampir tak terasa di sini. Sungguh cocok menjadi tempat peristirahatan terakhir. Tak ada seorang petugas pun yang berjaga saat saya di sana. Pun begitu, hanya satu dua pengunjung lain yang datang berziarah. Untungnya di seberang makam terdapat sebuah rumah panggung yang berisi tulisan-tulisan tentang kisah sang Johan Pahlawan ini yang terpajang rapi di dinding. Dari sanalah saya sedikit menguak akhir kisah perjuangan seorang Teuku Umar.
Perjuangan Teuku Umar selama 26 tahun dijalani dengan beberapa kali bergabung dengan Belanda. Strategi ini beliau lakukan untuk mendapatkan kepercayaan dan persenjataan dari Belanda. Strategi yang terbukti membuat Belanda rugi karena kehilangan 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, 500 kg amunisi, dan uang 18.000 dollar pada 30 Maret 1893. Kemudian, mulai tahun 1896 Teuku Umar bersama Cut Nyak Dien mengomandoi pasukan Aceh dalam sebuah perang yang sangat merepotkan bagi Belanda, yaitu Perang Aceh.
Memang sudah lebih dari satu abad Teuku Umar mangkat. Namun kisah kepahlawanannya masih terus diingat. Menjadi inspirasi saya, kalian, siapa saja. Tanpa darah yang tumpah dari pahlawan-pahlawan seperti Teuku Umar, kita mungkin masih berada dalam belenggu penjajahan bangsa lain. Bertepatan dengan Hari Pahlawan, saya menulis ini.
Tabik.
Tangerang Selatan, 10 November 2014
mantabh ceritanya Mas. Andaikan buku sejarah jaman dulu ditulis semenarik ini.. Eh bukan bukunya deh, cara gurunya mengajarkan. Hihihi. Selamat hari pahlawan. 🙂
SukaSuka
Makasih mas. Selamat hari pahlawan juga 😀
SukaSuka
Iya setuju dengan Mas Dani, andai buku sejarah ditulis seperti ini saya pasti takan begitu sengsara menahan kantuk 🙂
SukaSuka
Hehehe.. Saya juga setuju 😀
SukaSuka
Dua puluh enam berjuang sungguh merupakan semangat yang perlu kita teladani. Teuku Umar memang luar biasa. Semoga kita bisa banyak belajar dari beliau, juga para pahlawan lainnya.
SukaDisukai oleh 1 orang
Dua puluh enam tahun berjuang sungguh merupakan semangat yang perlu kita teladani. Teuku Umar memang luar biasa. Semoga kita bisa banyak belajar dari beliau, juga para pahlawan lainnya.
SukaSuka
Perjuangan para pahlawan memang penuh kisah keteladanan. Makasih sudah mampir pak 😀
SukaSuka
Menurut saya, esensi sejarah adalah eksplorasi, agar kita tahu kejadian itu telah terjadi, dan para pelakunya tetap abadi. :))
Dari Meulaboh, makam ini ke arah mana, Mas? Tadi lepas kota Meulaboh saya seperti lihat bangunan dengan bentuk atap seperti itu sedikit di kanan jalan, apa saya memang melihat puncak bangunan ini atau yang saya lihat itu bangunan lain? Maklum, sampai sekarang saya masih terlalu excited dengan Aceh xD
SukaSuka
Lho? Gara lagi di Meulaboh kah? Aku karena gak tahu arah pas di Meulaboh ya maaf gak bisa membantu arah-arahnya. Waktu itu nemu aja pokoknya. Lupa arahnya mana. Hehehe
SukaSuka
Kemarin, Mas. Sekarang di Banda Aceh.
Okesip Mas! Terima kasih :))
SukaSuka
Bagaimana kabar Aceh? Jalan yang longsor di jalan Banda Aceh – Meulaboh udah baguskah?
SukaSuka
Meski masih ada longsor dan badan jalan yang amblas, jalan sudah bisa dilewati dengan sistem buka tutup, Mas. :))
Banda Aceh agak basah Mas, hujan terus! :hehe
SukaSuka
Sama nih. Di bintaro jg mulai basah. Wah.. enaknya makan mie aceh basah tuh dingin2 gini. Atau nasi goreng kambing di warung Daus. Aahhhh.. aku jadi lapar
SukaSuka
Siap! Hari ini memang mau hunting mie aceh :9
Ada rekomendasi, Mas?
SukaSuka
Aku paling suka makan mie Ayah di perempatan simpang Lhong Raya. Deket stadion harapan bangsa. Masaknya pake arang soalnya. Terus Mie Midi di Peuniti jg suka.
Btw.. ditunggu ya tulisan tentang Banda Acehnya di blogmu. Have fun di Banda Aceh 😀
SukaSuka
Oke terima kasih, Mas. Siap meluncur!
Sip! 👍👍
SukaSuka
Tempat dan suasanya sangat mendukung untuk menjadi salah satu destinasi yang dapat memberikan pembelajaran di kawasan tempat monumen teuku Umar ini ya mas, semoga tempat ini bisa lebih dioptimalkan keberadaanya sebagai rana pembelajaran bagi generasi muda.
Salam wisata
SukaDisukai oleh 1 orang
Benar sekali Pak Indra. Terima kasih sudah mampir.
Salam wisata
SukaSuka
saya baru tahu nama pantainya…. kemaren2 nyebutnya pantai di meulaboh aja. sempat juga ke lokasi seperti foto di atas.
saya ingatnya tulisan tentang ucapan teuku umar tentang minum kopi di kedai kopi yang ada di pintu gerbang makam
SukaSuka
Jalan menuju makamnya epik, kayak setting film Twilight Ri… sayang tugu nya kok malah terlihat mesum bagi yang sedang berpikiran mesum >_<
SukaSuka
Cocok buat setting GGS kayaknya. :p
Yang pasti tetap salut sama sikap heroiknya Teuku Umar. Subhanallah bisa syahid.
SukaSuka
Wah kapan tu ke Meulaboh bro? Udah lama?
SukaSuka
Akhir Februari lalu ke Meulaboh-nya 😀
SukaSuka
Bro, minta pin bbm nya bro? Mau nanya2 wisata trekking di sampoiniet.
SukaSuka
do’a kami (sma muslimat) klas 2ips 3,, selalu menyertai pahlawan2 peujuang aceh,,,
SukaDisukai oleh 1 orang
Aamiin.,
SukaSuka
Ping balik: Banda Aceh – Meulaboh, Sekeping Kenangan Road Trip Bersamanya | The Science of Life