Djajanti House, Penginapan Unik Rasa “Rumah Nenek”
Apa yang ada di bayangan kalian jika mendengar kata “rumah nenek”? Mungkin terbayang bangunan kayu klasik dengan segala perabot antik di segala penjuru rumah. Saya ingat sekali, dulu rumah nenek saya berdinding anyaman bambu, tidak bertegel, dan memiliki banyak perabot antik. Seiring bergulirnya jaman, suasana klasik di rumah nenek pun terseret arus modernisasi. Ingatan saya tentang “rumah nenek” menyeruak saat saya menginap di sebuah guesthouse di kawasan Candi, Semarang, yang bernama Djajanti House.

Bangunan Penginapan Djajanti House di malam hari
Gara-gara sebuah foto di Path milik teman saya, Ombolot, saya jadi penasaran sama Djajanti House. Beruntung, mbak Zizah yang berdomisili di Semarang, suatu ketika mengabarkan kalau ingin mengajak Bara menginap di Djajanti House. Tawaran budhenya Bara ini tentu sayang kalau dilewatkan. Sambil staycation di Djajanti House, sekalian bisa temu kangen juga.
Djajanti House dapat ditempuh sekitar 20 menit naik taksi dari Bandara Achmad Yani Semarang. Agak tricky sebenarnya menemukan lokasi Djajanti House. Sesuai alamatnya sih di Jalan Semeru Raya nomor 4B. Tapi rupanya lokasi sebenarnya agak masuk ke jalan Semeru Dalam. Untung saja papan namanya terlihat jelas dari pinggir jalan.

Perabot unik di area lobby
Memasuki penginapan, kami terkesima. Suasananya benar-benar klasik dan memberi kesan nostalgic. Lobby penginapan berada di bangunan joglo. Selain lobby, terdapat pula area ruang tamu dengan perabotan meubel kayu klasik, berbagai macam pernak-pernik pajangan sederhana dari barang-barang tua seperti mesin ketik, lampu teplok, ornamen unik dari bakul dan kuali, mesin jahit jadul, serta terdapat sebuah piano yang masih berfungsi dengan baik. Di sisi lain area lobby, terdapat tempat bersantai berupa hammock dan kasur goyang.
Memasuki kamar, kembali kami terkesima. Berbeda dengan penginapan lain yang biasanya berlantai keramik, kamar Djajanti House berlantai ubin. Ornamen dan perlengkapan di kamar, seperti gelas, lampu tidur, serta wayang sebagai hiasan dinding, menunjukkan daya tarik keunikan khas Jawa retro.

Suasana kamar standar (atas: pintu teras belakang kamar, bawah kiri: kamar mandi, bawah kanan: kasur dan dinding berhiaskan wayang)

Berbagai ornamen unik di Djajanti House
Kesan modern pun tak ditinggalkan Djajanti House. Alih-alih menggunakan kasur isi kapuk yang mendukung suasana jadulnya, Djajanti tetap memperhatikan kenyamanan tetamu dengan memberikan sentuhan modern berupa kasur jenis spring bed. Kamar mandi lengkap dengan shower air hangat, toilet duduk, dan wastafel pun terasa sangat modern. Tak lupa, televisi layar datar, paket data wifi gratis, dan air conditioner yang tergantung di dinding kamar, menambah kesan modern di sana.
Ada yang istimewa dari ruangan kamar mandinya. Saya acungi jempol deh untuk arsiteknya. Kamar mandi di Djajanti House memiliki tema semi outdoor. Disekat dengan tirai, ruangan kamar mandinya terhubung dengan teras belakang ruang kamar. Terasnya sendiri berlantai kerikil dan dilengkapi dengan tetanaman hijau. Belum pernah saya menginap di guesthouse yang memadu padankan konsep jawa retro, modern, dan go green seperti Djajanti House.

Ruangan perpustakaan, Bangunan joglo dari atas, teras lantai 2 penginapan, dan ruang bersantai
Menambah nuansa adem dan dekat dengan alam, Djajanti memiliki taman berumput hijau yang cukup luas dan berada antara bangunan kamar dan bangunan joglo / lobby. Di dekat area parkir pun terdapat kolam ikan. Di beberapa sudut bangunan kamar juga terdapat akuarium. Cocok sekali untuk menginap bersama anak. Bara saja langsung suka glundungan di rerumputannya dan melihat ikan di kolamnya. Konsep go green pun sangat terasa di berbagai sudut penginapan. Salah satu yang menonjol adalah adanya ornamen botol-botol bekas yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sekat dinding.
Ada dua tipe kamar yang disediakan Djajanti House. Yaitu tipe kamar standar untuk berdua dengan double atau single bed, serta kamar studio untuk lebih dari 2 orang dengan bunk bed atau kamar ber-mezanin. Tinggal dipilih sesuai kebutuhan.

Sore hari Bara bermain di halaman rumput, malam harinya bersantai di kasur goyang

Setelah paginya rukun (pura-puranya) ngajarin Bara main piano, trus pose di dinding botol, malam harinya kayak musuhan gini, tidurnya nendang-nendang
Fasilitas lain yang tak kalah untuk disambangi selama menginap di Djajanti adalah perpustakaan mininya. Berada di lantai 3 bangunan penginapan, terdapat sebuah ruangan kecil yang cukup nyaman dengan berbagai macam koleksi buku tertata rapi di rak. Kursi kecil juga tersedia di terasnya, menambah kenyamanan para pengunjung untuk bersantai.
Selain itu, pelayanan di Djajanti House juga sangat prima. Menyadari kekurangannya yang berlokasi jauh dari kota, Djajanti House menyediakan pesanan makanan delivery. Di meja lobby terdapat beberapa daftar menu yang bisa di-order para tetamu. Nanti mbak resepsionis yang akan memesankan makanan dan minumannya.
Pelayanan lainnya juga membuat kami sangat terkesan. Usai check out, kami kan pulang ke Pati. Sampai Pati, ternyata kabel colokan mesin pembuat bubur Bara ketinggalan di Djajanti. Langsung saya hubungi Djajanti dan meminta tolong untuk dikirimkan kabel tersebut ke Pati. Tanpa meminta biaya tambahan, Djajanti mau mengirim barang kami yang tertinggal. Benar-benar pelayanan prima yang sangat membantu tetamu.

Bara bersama bapak, ibuk, budhe Zizah, dan tante Arifah
Dan, melihat fasilitas yang sudah saya sebutkan di atas, tak berlebihan jika saya bilang Djajanti House ini adalah salah satu tempat ternyaman untuk bersantai di Semarang. Buktinya, sepanjang menginap di sana, Djajanti selalu berhasil membangun suasana santai. Kami bersantai menikmati semilir angin sore di bangku taman di depan kamar. Malam harinya, di area santai, sambil kami makan malam menu bothok telur asin istimera yang dibawa budhe Zizah dan tante Arifah, Bara pun terkantuk-kantuk di atas kasur goyang. Paginya, kembali bersantai di area ruang tamu sambil makan nasi goreng telur mata sapi yang disediakan oleh Djajanti House.
Walaupun baru menginap sekali di sana, jelas Djajanti House langsung menjadi favorit kami. Djajanti House, memang lebih dari sekedar rumah nenek.

Tak lupa foto keluarga dulu di taman
Djajanti House
Jalan Semeru Raya no.4B
Semarang
Jawa Tengah 50231
http://djajantihouse.blogspot.co.id/
Wuih, udah tayang ik. Kereeennn.. 😀
SukaSuka
Mumpung lagi senggang mbak.. hahaha
SukaSuka
Asyiiiik ya Mas.
Bara juga kliatan nyaman di situ 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya mbak, asyik banget.
SukaSuka
Aduhh ini homy banget suasananya. Nginep seminggu di sana cocok mengalau hahaha
SukaDisukai oleh 1 orang
Bener banget Lim, homy banget. Jadi pengen bikin guesthouse kyk gini jg nih. Haha
SukaDisukai oleh 1 orang
Saya pernah menginap di sini :aaak. Keren memang suasananya, terus buku ada di mana-mana, sembari membaca saya menerka-nerka tentang siapa gerangan pemilik penginapan ini. Apalagi dengan harga per malam yang sangat terjangkau, bahkan agak tak bisa dipercaya untuk pelayanan dan tipe kamar sebagus itu! Salutlah pokoknya dengan Djajanti House ini, unik dan bagus! Lain kali saya pengen coba kamar bermezaninnya, ah.
SukaDisukai oleh 1 orang
Lha.. Kapan Gara pernah nginep di Djajanti House? Malah duluan Gara nginep di sana..
SukaDisukai oleh 1 orang
Rejeki banget nih aku nemu artikel ini. Kebetulan belakangan sering main-main ke Semarang, dan sering lihat penginapan ini di dalam website aggregator, cuma merasa belum yakin dengan kualitas nya. Setelah membaca tulisanmu ini, aku jadi pengen kapan-kapan nyobain juga nginep di Djajanti House.
Unik banget ya desainnya. Itu lampu-lampunya dibuat dari wadah nasi dan teko. Cool.
SukaDisukai oleh 1 orang
Perlu dicoba banget Bart nginep di sini kalau pas ke Semarang..
SukaDisukai oleh 1 orang
Siap, ini jadi semangat pengen nyari alasan ke Semarang lagi jadinya 😀
SukaSuka
dicatat aku suka penginapan yg etnik begini
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah, keren! Unik banget penginapannya, Mas! Kalo udah nginep di sana, nampak males ke mana-mana ya. Haha.
SukaDisukai oleh 1 orang
Literally males ke mana-mana sih. Soalnya juga jauh dari mana-mana. Hehehehe
SukaSuka
Iya ya? Haha. Belum pernah dateng ke satu penginapan cuma untuk males2an.
SukaSuka
Ini cucok buat aku menghilang dan menyendiri nih. Detail ornamen dinding dan lampunya keren, bangunannya juga njawani. Ndang bikin yg konsepnya sejenis ini di Pati Mas. Nanti aku nginep. . . Soale aku masih trauma ke Semarang, lha kemarin baru sehari setengah di sana tau2 ditelpon abah dawud, hehehhe
SukaDisukai oleh 1 orang
Haha.. emang pengen banget bikin rumah konsep begini Ni.. Biar setiap hari rasanya kayak liburan.
SukaSuka
Hommy banget ya suasananya..betah kayanya berlama2 disana. Tiduran di hammock sambil baca buku… 😉
SukaSuka
Banget banget deh mbak. Kami aja betah di sana. Jadi gak pengen pulang. hehehe
SukaSuka
Ping balik: Rangkuman Perjalanan 2015 | The Science of Life
salam kenal untuk keluarga, termasuk Bara ya. ^^
Saya masuk ke artikel ini, karena saya terpancing ketika melihat thumbnail fotonya, etnik, dan arif gambar rumahnya. Setelah dilihat lebih besar, saya yakin sekali saya familiar dengan desainya, terutama pada balkon yang tidak bisa saya lupakan. Dan ternyata saya baru yakin sekarang bahwa Rumah Djajanti ini, adalah rumah desain seorang arsitek yang paling saya kepo-in. Yu Sing namanya… saya hampir bisa dibilang hapal betul dengan desain beliau… Mungkin kalau ingin lihat lebih jauh kearifan karyanya (sekedar share yah) ada di keywords facebook akanoma, atau akar anomali, atau yu sing. Bahkan beliau aktif sekali mendokumentasikan karyanya di instagram, dan pastinya sudah berkali kali desainnya diliput majalah nasional – internasional.
Sekian kepo-nya saya soal artikel ini yah. Salut dan bangga bisa mampir lewat dunia maya, saya sendiri belum pernah mampir ke sana… aduh, padahal saya kemarin sempat menginap di Pati T_T
SukaSuka
Salam kenal juga mbak..
Terima kasih banyak sudah mampir, berkomentar panjang, dan memberi informasi baru bagi saya tentang arsiteknya. Saya jadi penasaran pengen kepoin sang arsitektur.
Semoga lain kali bisa menginap di Djajanti House ya.. Dan, kalau main ke Pati lagi, mampir juga ke rumah kami (kalau kami pas mudik tapi). Hehehe..
SukaDisukai oleh 1 orang
Yak.. Arsiteknya memang wajib banget dikepoin… Beliau adalah arsitek yang menerapkan eumah murah meriah untuk para kuli.. Dan juga menerapkan subsidi silang demi membantu rakyat kecil. Dia menginspirasi lewat pilihan material bekas pakai. Dan ia juga menerapkan kebun serta warung dari hasil kebun di studio kerjanya. Wajib tengok..
Aihhhhh.. Terimakasih banyak yah sudah mengundang singgah ke rumahnya dan keluarga di Pati. Semoga akan ada kesempatan yah… Dan jangan lupa main ke Bandung.. Hihi .. Kita sharing lagi yah 🙂
SukaSuka
dijamin betah itu mah kalo penginapannya rasa rumah nenek hhuhuhuhh
SukaSuka
Bener banget! Jadi malas pulang. Hahaha..
SukaSuka
Gaya arsitekturnya bagus sekali bangunan ini 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Bener banget Za.. 😀
SukaSuka
Mantap jiwa mas
SukaSuka