Punthuk Setumbu, Sunrise Pertama Bara
Selalu ada yang pertama kali dalam setiap hal. Apalagi bagi bayi yang baru sebentar hidup di dunia. Mulai dari menyusu untuk pertama kali, tengkurap, duduk, merangkak, berdiri, dan masih banyak lagi hal-hal yang baru dan akan mereka alami untuk pertama kali. Suatu hal yang pertama kali dilakukan, biasanya membawa kesan yang membekas di hati. Seperti pengalaman saya berikut ini. Mengajak Bara, anak saya yang saat itu berusia 9 bulan, melihat sunrise di Punthuk Setumbu untuk pertama kalinya.

Siluet Misterius Borobudur di Punthuk Setumbu
Subuh belum datang dan kami sudah meninggalkan kenyamanan kasur milik Hotel Atria Magelang. Bara yang masih terlelap pun langsung kami gendong menuju lobby hotel, tempat Mas Sungkowo, Guest Experience Manager Atria, menunggu kami. Ya, pagi itu, saya, ibuk Bara, dan Bara, diantar mas Sungkowo untuk menyambangi Punthuk Setumbu, salah satu tempat terbaik untuk menyaksikan sunrise di Magelang. Bukan hanya pelayanan hotel yang sangat ramah dan prima, namun pelayanan dalam memberikan pengalaman seperti mengajak tamunya ke Punthuk Setumbu dari Atria Magelang semakin membuat kami terkesan.
Perjalanan menuju Punthuk Setumbu yang kami tempuh dengan mobil rupanya cukup dekat. Mungkin karena jalanan masih sangat sepi. Hanya sesekali bertemu dengan sesama pengunjung yang mau ke Punthuk Setumbu. Beberapa turis asing juga terlihat mengayuh sepeda menuju ke sana.

Pengunjung Punthuk Setumbu pagi itu
Bara, yang tadinya digendong ibuknya, ganti saya gendong begitu turun dari mobil. Ya, tugas sayalah yang menggendong Bara menyusuri jalan setapak menaiki bukit Punthuk Setumbu.
Fasilitas yang ada di Punthuk Setumbu rupanya sudah cukup lengkap dan nyaman. Terdapat mushala berukuran sedang untuk memfasilitasi pengunjung menunaikan ibadah shalat subuh. Lahan parkir juga cukup luas dan teratur rapi. Dan, yang paling membuat saya nyaman, jalur naik bukitnya sudah berupa setapak rapi. Sangat memudahkan bagi saya yang membawa bayi.
Saya kira naik Punthuk Setumbu sambil menggendong bayi akan terasa penuh perjuangan seperti saat saya naik turun tangga di Pancuran Pitu Baturraden. Rupanya tidak seberat itu. Cuaca pagi yang saya kira bakal dingin banget, ternyata juga tidak terlalu dingin. Padahal Bara udah kami pakaikan baju berlapis.

Bara masih terlelap dalam gendongan
Sesampainya di puncak bukit, sudah banyak wisatawan dan para pemburu sunrise memasang mata dan kameranya ke arah timur, arah sang surya akan memunculkan sosoknya dari balik siluet Candi Borobudur. Untung saja, saat kami sampai di sana, matahari belum naik. Bayangan Borobudur masih terlihat samar.
Sudah sering saya melihat kecantikan panorama sunrise Punthuk Setumbu di banyak gambar di internet. Namun terkadang kenyataan tidak seindah gambar. Mendung yang menggelayut menutupi sinar matahari pagi itu. “Berarti harus ke sini lagi lain kali”, mas Sungkowo menimpali kekecewaan saya.
Berhadapan dengan alam, memang tidak bisa ditebak. Perlu keberuntungan yang lebih untuk sekedar melihat lukisan alam berupa sunrise di Punthuk Setumbu pagi itu. Tapi tak apa, cuaca mendung dan agak berkabut malah membuat alam menunjukkan lukisannya yang lain, siluet Borobudur jadi tampak misterius.

Bara bersiap melihat sunrise
Walaupun tanpa melihat kemunculan bulatan mentari di ufuk timur, tapi berkunjung ke Punthuk Setumbu menjadi pengalaman tersendiri bagi kami. Selain dapat melihat siluet misterius Borobudur, Bara pun bisa lebih dekat dan mengenal alam. Sedangkan saya? Saya yang jarang-jarang olahraga, akhirnya bisa olahraga pagi, naik turun bukit sambil menggendong Bara.
Jika ada yang pertama dalam suatu hal, tentu akan ada pengalaman yang dapat diulang. Mengunjungi Punthuk Setumbu dan menyapa matahari terbit dari balik Borobudur, tentu akan kami ulang kembali.
***

Foto keluarga sebelum pulang
Tips singkat mengajak bayi melihat sunrise di pegunungan:
- Pastikan bayi dalam kondisi sehat. Kesehatan adalah hal utama. Bayi jika sedang sehat, tentu tidak rewel dan relatif tenang. Tidak mau kan rewelnya bayi anda mengganggu anda dan para pengunjung lain
- Pakaikan baju hangat pada bayi. Biasanya cuaca di pegunungan relatif dingin. Agar bayi anda nyaman, memakaikan baju hangat adalah suatu keharusan. Kami waktu ke Punthuk Setumbu, karena tidak membawa baju hangat untuk Bara, kami pakaikan saja baju berlapis-lapis.
- Pastikan pula kondisi kita sehat dan prima. Naik turun bukit tanpa membawa beban saja terkadang terasa penuh perjuangan. Apalagi jika naik turun bukitnya harus sambil menggendong bayi. Bagi penggendong bayi, tentunya kondisi badan yang prima menjadi modal yang sangat penting.
- Gunakan gendongan bayi yang nyaman. Bisa dibayangin gak kalau naik turun bukit dan menggendong bayinya tanpa alat bantu gendongan? Pasti, sudah capek kaki, tangan pun akan terasa keju. Oleh karena itu, gendongan yang tepat dapat mengurangi beban hidup dalam ber-hiking ria. Kalau saya, tentu memilih gendongan yang ergonomis.
- Nikmati saja perjalanan dan kondisi apa saja yang mungkin terjadi. Kalau kata Joy di film Inside Out, “find the fun”. Ya, bukan hanya untuk berburu sunrise bersama bayi, dalam melakukan perjalanan, jika terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan, lebih baik dinikmati tanpa mengeluh. Seperti saya, naik turun bukit sambil menggendong Bara tentu saja bikin capek. Sudah sampai atas, cuaca tidak mendukung untuk melihat sunrise. Tentu saja ada rasa kecewa. Tapi untungnya saya selalu bisa menemukan bagian menyenangkannya.
komen pertamax… wah bara udah 9 bulan mas atau sekarang malah udah 1 tahun…
btw salut ma keluarga jenengan sudah mengenalkan sunrise pada Bara. ngomong2 merk gendongannya apa ya mas kalo boleh tahu 😀
SukaSuka
Bara udah setahun seminggu yang lalu Om. Merk gendongannya Boba. Udah kami pake sejak Bara lahir. Nyaman dipake traveling dan naik turun bukit jg. Hmm.. mgkn besok2 aku bikin postingan tentang gendongan deh. Hahaha
SukaSuka
bener mas, biar bisa jadi refrensi banget itu, boba yang type apa mas?
btw makasih ya mas infonya..
SukaSuka
Boba 4G. Sip deh.. nanti tak bikinin post khusus tentang gendongan bayi yg nyaman buat traveling
SukaSuka
Bara lucu amat! Itu exciting ya, Le? Hahahaha.. 😀
*abaikan foto Bapak Ibuknya*
SukaSuka
Ini kelanjutan dr hotel atria kmrn ya..asiknya..
SukaSuka
Iya mas. Pas stay di Atria Magelang diajakin ke Punthuk Setumbu ini
SukaSuka
hiks aku pas ke sini juga mendung, gak dapet golden sunrise 😦
SukaSuka
Berarti harus diulang lagi Dit..
SukaSuka
bucklist yg belum kesampaian ini kak
SukaSuka
Semoga tahun 2016 ini kesampean ke sana ya Win..
SukaSuka
amin kak
SukaSuka
Setuju, Mas. Borobudur jadi keliatan misterius ya. Ngeliat Borobudur dari sudut pandang lain. Menarik! Makasih referensinya 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Sama-sama mas..
SukaSuka
Saya membayangkan gendong Bara saat naik Punthuk Setumbu. Hahaha..langsung sesak napas. Untung Bara enjoy aja ya Mas, walau masih tidur nyeyak sudah dibawa mendaki 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Hahaha.. sekalian olahraga pagi sekali-sekali gak apa-apa deh bapaknya Bara sesak napas.
Karena kepagian mungkin jadi tidurnya lanjut di gendongan.
SukaSuka
Ah saya ingin juga naik Puthuk Setumbu… terus membayangkan bagaimana sang pembangun candi dulu mengagumi hasil karyanya dari kejauhan. Setiap fajar akan berbeda, saya yakin, bahkan kalau seseorang ke sana setiap hari!
Bara keren, kayaknya darah traveler ayah dan ibunya mengalir deras padanya, anteng banget ya diajak ke puncak bukit seperti itu :)).
SukaDisukai oleh 1 orang
Bener banget! Pasti tiap hari bakal berbeda. Bara mah selalu anteng kalau diajak jalan-jalan
SukaDisukai oleh 1 orang
Asyik banget Mas, traveler muda yang namanya Bara ini :hihi.
SukaSuka
Bara bukan traveler muda lho Om Gara.. Tapi Bara si Pengembara *halah*
SukaDisukai oleh 1 orang
Baraaaa… ini tulisan tentang Bara setelah genap setahun. Tambah pinter ya dek Bara, kakak tunggu waktu yg tepat buat lihat sunrise bareng. Sunrisenya nggak usah naik gunung ya, dek. Tahulah nafas kakak sudah kempas-kempis kalo naik gunung tinggi #malahcurhat 😛
SukaSuka
Ayo Kak Halim.. Liat sunrise di pantai aja yukk..
SukaDisukai oleh 1 orang
Bara kok gigit jari melulu? Mau numbuh gigi ya cah bagus?
Klo balek sana ajak2 akuh Mas :p
SukaSuka
Sekarang sih giginya udah 4 tante Ni. Waktu pas naik Punthuk Setumbu ini emang pas mau tumbuh gigi.
SukaSuka
Asyiknya Bara liat sunrise. Ntar klo udah gedean menyambut sunrise di puncak gunung ya dek 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Kalau gedean, Bara liat sunrise-nya udah gak digendong sama bapak lagi dong.. hehehe
SukaSuka
Duh jadi malu, Bara aja udah sampai kemari. Aku dong gagal mulu hahaha 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Berarti harus dicoba lagi kalau gagal mulu. Hehehe..
SukaDisukai oleh 1 orang
Si bocah udah mulai dikenalkan ya. Hehehehhe
SukaDisukai oleh 1 orang
Ping balik: Rangkuman Perjalanan 2015 | The Science of Life
Memang cuaca pagi di Punthuk Setumbu susah ditebak Mas. Tapi hikmahnya bisa berolahraga kan ya 😀
SukaSuka
wahhh saya jadi iri nih nanti mau tiru ahhh
kalo nanti saya udah punya anak dihari ultah pertamanya mau saya kasih hadiah ngeliat sunrise juga 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Waahh.. Good idea itu.. Pasti nanti si kecil seneng banget diajak jalan2 liat sunrise 😀
SukaSuka