Review Pragiwaksono Jakarta: Ketika Sang Komika Berkisah tentang Hidupnya


Setelah Mesakke Bangsaku di Banda Aceh, Mesakke Bangsaku World Tour di Beijing, dan Juru Bicara Jakarta, Pragiwaksono Jakarta adalah Stand-up Comedy Show Pandji Pragiwaksono ke-4 yang saya saksikan secara langsung.

Pragiwaksono Jakarta menjadi salah satu ajang pembuktian sekaligus perwujudan mimpi Pandji bahwa akan ada Stand-up Comedian di Indonesia yang tampil di Plenary Hall Jakarta Convention Center. Seperti kita tahu, JCC ini lebih sering digunakan untuk acara konser musik. Kenapa JCC istimewa bagi Pandji? Pertama, karena belum pernah ada stand-up comedian Indonesia yang tampil di JCC. Kedua, karena Glenn Fredly pernah tampil di sana dan Pandji pernah bilang bahwa dia ingin menjadi seperti Glenn Fredly tapi di dunia stand-up comedy Indonesia. Pandji is a man with dreams. Dan dia akan berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkannya (tentu ingat dong mimpi Pandji tur keliling dunia yg berhasil diwujudkannya pertama kali tahun 2014 lalu?)

pragiwaksono 4

Open Gate Pragiwaksono Jakarta

Bukan Pandji kalau ngumumin turnya gak bikin penasaran para penikmat karyanya. Kalau di Juru Bicara ia menggunakan kartu Juru Bicara untuk menguak kota-kota mana saja yang akan didatanginya, di Pragiwaksono cara ngumumin turnya lebih gokil lagi! Dari berfoto bersama beberapa tokoh partai, membuat hand sign Salam Persatuan, sampai pasang baliho gede bertuliskan pilihpandji.com layaknya orang yang mau jadi caleg. Tak bisa dipungkiri, banyak orang yang menyangka bahwa Pandji memang akan nyaleg. Secara 2017 lalu ia jadi Juru Bicara Anies Baswedan. Saya sendiri tak sepenuhnya percaya. Karena saya ingat betul di salah satu bukunya dan salah satu post di blognya, Pandji pernah menulis keengganannya untuk masuk ke dunia politik secara langsung sebagai calon legislatif. Alasannya, karena ia kuliah di desain produk. “Latar belakang pendidikan saya adalah Desain Produk. Andai ada komisi desain di DPR mungkin saya akan masuk, tapi sebelum itu ada maka tidak ada komisi dalam DPR yang bisa memanfaatkan kompetensi saya”, begitu kurang lebih yang ia tulis.

salam persatuan

Ini salah satu materi promosi Pragiwaksono World Tour. Coba itu Suku, Agama, Ras, Antar Golongan, dan Pilihan Politik disingkat jadi apa? Yak betul, SARAPP!

Pengumuman bahwa ia akan melakoni tur dunia lagi yang berjudul Pragiwaksono World Tour dilakukan suatu siang tanggal 16 Maret 2018 di Cafe Le Seminyak, di bilangan Cipete, Jakarta Selatan. Selain para awak media yang datang, beberapa penikmat karyanya juga turut diundang. Salah satunya saya. Di acara tersebut juga Pandji menampilkan sneak peek beberapa bit yang akan dibawakan di Pragiwaksono World Tour. Salah satu yang dibawain adalah Pandji niruin Glenn Fredly kalau nyanyi Sayang-nya Via Vallen. Di sana pertama kali saya dengar bit itu dan saya yakin akan sangat pecah saat dibawain di JCC Plenary Hall. Dan sabtu malam kemarin (26/1) terbukti pecah.

25 Mei 2018 dimulailah perburuan tiket Pragiwaksono Jakarta. Saat itu saya mengincar tiket diamond. Pragiwaksono Jakarta akan diadakan 26 Januari 2019 dan saya yang lahir di Bulan Januari merasa bahwa kelas tiket tertinggi nonton Pandji adalah kado paling pas buat ultah saya. Walaupun server wsydnshop sempat down, namun menjelang tengah malam saya berhasil mengamankan 1 tiket diamond periode Wongsoyudan untuk saya.

26 Januari 2019. This is the day. Malam itu Plenary Hall penuh. Kurang lebih 5000 orang penikmat karya Pandji berkumpul di sana. Pragiwaksono Jakarta dibuka oleh opener lokal, Rere yang penampilannya solid (saya suka banget bit soal dosa orang ngucapin natal dan bit sinetron hidayah). Dilanjutkan opener berikutnya, Indra Frimawan yang sangat absurd (dan saking absurd-nya kalau Frimawan bikin Special Show saya gak mau nonton. Bisa sakit kepala kalau kelamaan dengar jokes Frimawan).

pragiwaksono 1

Reunian sama teman-teman yang gak tiap hari ketemu

pragiwaksono 7

Saatnya menyantap menu utama Pragiwaksono Jakarta. Opening Pragiwaksono Jakarta tampak sederhana jika dibandingkan dengan opening Juru Bicara Jakarta yang menampilkan video pulang kampungnya Pandji dari tur dunia. Kalau di pertunjukan-pertunjukan sebelumnya Pandji kebanyakan menyampaikan tentang persatuan, nasionalisme, pendidikan, dan bahkan isu-isu berat seperti radikalisme, penegakan HAM, sensor, LGBT, sampai konservasi hewan di Juru Bicara. Tapi di Pragiwaksono, ia menyampaikan hal-hal yang bersifat sangat personal. Pandji banyak menceritakan tentang kisah hidupnya. Dari lahir sampai jadi ia yang sekarang kita kenal.

Pandji pernah bilang di salah satu vlog-nya bahwa tragedi ditambah waktu sama dengan komedi (Tragedy + Time = Comedy). Kisah sedih atau tragedi di masa lalu jika diceritakan sekarang seringkali akan membuat kita tertawa. Itu yang saya lihat sabtu malam kemarin. Seperti saat menceritakan tentang bagaimana ia yang masih SD ditolak saat nembak cewek yang ditaksirnya selama 6 tahun. Atau saat ia hampir tidak bisa sekolah SMA karena tidak keterima di banyak sekolah. Atau bahkan masa-masa sulit ketika orang tuanya bercerai. Coba saja dulu ketika semua peristiwa itu terjadi, Pandji pasti sedih. Tapi sabtu lalu, semua kisah sedihnya itu seiring berlalunya waktu, menjadi bit dan set lucu yang membuat Plenary Hall diramaikan gelak tawa.

Selain itu, kisah hidupnya yang inspiratif seperti bagaimana ia menghidupi diri dari karya, bagaimana rasanya menrima gaji pertama dari siaran di Hard Rock FM Bandung, jatuh bangun karirnya di dunia film, kehidupan saat menjadi mahasiswa, dan kesehariannya bersama Gamila, Dipo, dan Shira juga diramu menjadi guyonan segar yang mengocok perut.

 

Pada akhirnya Pragiwaksono adalah layaknya self-titled album seorang musisi. Atau layaknya buku otobiografi orang terkenal. Atau film biopik yang menceritakan kisah hidup seseorang. Pragiwaksono adalah cara Pandji mengisahkan perjalanan hidupnya kepada para penikmat karyanya. Perjalanan hidup yang tak selalu mulus. Perjalanan hidup yang membentuk Pandji menjadi seperti yang kita kenal sekarang. Perjalanan hidup yang membentuk Pandji menjadi bijaksana. Karena menurut Pandji, arti Pragiwaksono memang adalah kebijaksanaan.

Saya pribadi suka sekali dengan Pragiwaksono Jakarta. Tertawa juga sampai rahang saya sakit. Tapi Pragiwaksono bukan pertunjukan Pandji paling favorit saya. Favorit saya adalah Juru Bicara. Mungkin karena saya sudah banyak baca buku Pandji, baca banyak postingan di blog Pandji, ngikutin dia di sosmed sejak lama, nonton vlog-vlog Pandji di channel Youtube-nya, dengerin album rap Pandji (ini baru belakangan sih mulai dengerinnya), sehingga kisah-kisah yang diceritakan di Pragiwaksono sedikit banyak saya sudah pernah tahu. Seperti misalnya kisah Pandji tentang hampir tidak bisa sekolah SMA yang saya sebut sebelumnya, pernah ditulisnya di blog bertahun-tahun silam.

pragiwaksono

Berfoto H-1 di JCC. Pulang kantor nyamperin ke JCC khusus buat ini

 

Tapi ada satu hal yang paling berkesan buat saya di Pragiwaksono Jakarta. Epilog. Ya, Pandji menutup Pragiwaksono Jakarta dengan epilog yang bernas. Dia bercerita bahwa Kena Deh adalah titik perubahan hidupnya. Hanya ada Pandji sebelum Kena Deh, dan Pandji setelah Kena Deh. Dari Kena Deh ia akhirnya masuk ke dunia entertainment. Dari siaran di Hard Rock FM Bandung ia dikenal oleh seorang (bisa dibilang) pencari bakat yang memberinya kepercayaan membawakan Kena Deh. “Lakukan apapun yang kita lakukan dengan sebaik-baiknya. Karena kita tidak tahu apa yang akan mengubah hidup kita jadi lebih baik”. Itu kurang lebih satu pesan penutup Pandji di Pragiwaksono Jakarta.

Sampai jumpa lagi di tur tahun depan Mas Pandji. Saya pasti akan nonton kembali. Terima kasih atas karya yang sangat menghibur dan berkualitas.