Sekelebatan Tour de Bintan 2013


Adalah sebuah kebetulan yang menyenangkan saat saya berkunjung ke tempat istri di Bintan akhir pekan lalu bertepatan dengan perhelatan Tour de Bintan 2013. Tour de Bintan adalah perlombaan balap sepeda yang mulai digelar pertama kali pada tahun 2009 dan sesuai namanya, tentu saja dilaksanakan di Pulau Bintan. Bintan, mempunyai luas wilayah dua kali luas Singapura yang sebagian besar masih berupa hutan dan hanya dihuni oleh 335.000 penduduk, rasanya sangat cocok untuk balap sepeda. Apalagi jalanan di Bintan berbukit-bukit dan berkelok-kelok, semakin menantang untuk perlombaan balap sepeda.

20131109-IMG_7125

Menjelang start di Simpang Lagoi

Adzan maghrib sudah menggema saat saya dan istri memasuki kawasan Housing Lagoi, kawasan tempat tinggal istri. Melewati Pasar Oleh-oleh, kami melihat gapura bertuliskan “Tour de Bintan” lengkap dengan garis start dan panggung kecil di pinggir jalan. Kemeriahan Tour de Bintan rupanya sudah dimulai pada kamis sore itu. Tak sabar saya menyambut esok hari.

Jumat pagi, kami menyantap sarapan di Pujasera. Tak seperti biasanya, pagi itu Pujas -sebutan gaul untuk Pujasera- tampak meriah. Banyak kendaraan polisi parkir. Kursi dan meja permanen yang mengelilingi deretan warung makan pun penuh dengan manusia, terutama personel polisi. Pasti mereka bertugas untuk mengamankan acara. Saking ramainya, bahkan kami sempat kesusahan mencari kursi kosong. Hari ini adalah hari pembukaan Tour de Bintan. Kami langsung melihat jadwal acara. Pukul 14.00 direncanakan akan ada Prologue di Pasar Oleh-oleh. Namun keinginan menyaksikan Prologue karam saat usai shalat jumat, hujan deras mengguyur Bintan. Alih-alih berhujan ria menyaksikan balap sepeda, saya memilih untuk berlindung di balik selimut.

20131109-IMG_7217

Penyemangat lomba

Kami baru bisa menyaksikan secara langsung perhelatan saat perjalanan menuju Tanjungpinang esok harinya. Bertempat di Simpang Lagoi, garis start perlombaan dimulai. Sabtu pagi itu, dimulai pukul 08.00, dimulai rute lomba Stage 1 untuk beberapa kategori. Stage 1 harus ditempuh melalui rute Simpang Lagoi – Trikora Beach – Kijang – Simpang Lagoi sejauh 150 km untuk kategori pria dan gran fondo, dan 135 km untuk kategori wanita. Saya sendiri pernah melewati rute Simpang Lagoi – Trikora Beach – Tanjungpinang, bukan menaiki sepeda tentu saja. Rute tersebut rute berkelok dan berbukit dengan pemandangan hutan yang cukup lebat di kanan kiri. Pemandangan pantai berpasir putih dengan nyiur melambai juga bisa dinikmati saat memasuki wilayah Pantai Trikora. Dan memasuki Kijang, peserta tour ini akan disambut sorakan dan lambaian tangan dari masyarakat Kijang yang menonton karena memang Kijang adalah daerah yang cukup padat penduduknya.

Gemuruh bunyi genderang yang ditabuh oleh sekelompok pemuda berpakaian adat memaksa masuk ke telinga saat bendera berwarna hitam putih mirip papan catur diangkat tanda perlombaan dimulai. Di kanan kiri jalan masyarakat dari berbagai usia dan golongan bersorak menyemangati para peserta lomba. Dua orang MC berbahasa Indonesia dan Inggris memimpin awal perlombaan dengan semarak. Suasana itulah yang kami lihat pagi itu. Saya terkejut melihat kemeriahan ini. Maklum saja, ini adalah pengalaman pertama saya menyaksikan event perlombaan sepeda sekelas Tour de Bintan. Memang sih kalau dibandingkan dengan acara fun bike yang ada di Banda Aceh masih kalah ramainya *ya kali bisa gitu dibandingin*. Tapi kemeriahan berpadu dengan ketertiban yang ada di Tour de Bintan membuat saya nyaman menontonnya. Walaupun hanya event olah raga, tapi sepertinya beberapa elemen Pemerintah Kabupaten Bintan benar-benar memanfaatkan momentum ini untuk mempromosikan Bintan. Di dekat titik start terlihat tenda yang dipenuhi oleh pengusaha kecil menawarkan produknya, terutama makanan-makanan khas Bintan. Panggung hiburan pun tak lupa dipasang di sana. Sayang, kami tak bisa berlama-lama di sana. Kami harus berangkat ke Tanjungpinang.

20131109-IMG_7202

Pembalap di Stage 1

20131109-IMG_7219

Antri start

Rute kami menuju Tanjungpinang sebenarnya sedikit bersinggungan dengan rute perlombaan. Makanya, di sepanjang perjalanan kami bertemu beberapa peserta lomba. Melihat mereka bekerja keras mengayuh sepeda, sambil memelankan motor di belakang, dalam hati saya menyemangati mereka. Saya cukup tahulah rasanya mengayuh sepeda di tanjakan. Rasanya gempor. Tapi mungkin itu saya saja sih, sedangkan mereka tidak. Saya kan pesepeda amatir. Sepanjang perjalanan, saya juga melihat check point lomba seperti titik bertanda drink yang artinya check point untuk minum dan KOM (King of Mountain), yang maksudnya adalah puncak jalanan menanjak.

Motor kami berbelok meninggalkan rute balapan. Mendung yang tadinya menggelayut mulai memuntahkan isinya. Hujan rintik-rintik sekonyong-konyong berubah menjadi hujan sangat lebat. Jarak pandang hanya beberapa meter. Saya memutuskan untuk balik arah dan kembali ke Lagoi karena kekhawatiran terjadi apa-apa di jalan. Apalagi ada seorang ibu hamil duduk di jok belakang motor. Dalam hati saya bergumam, ini saya yang pakai motor aja kesusahan menghadapi hujan selebat ini. Bagaimana para pembalap itu ya?

Hujan masih membasahi Bintan saat kami diberhentikan oleh petugas keamanan di pintu masuk Nirwana Gardens Resort pagi itu. Hari minggu (8/11) adalah hari terakhir perhelatan tour de Bintan 2013. Di hari itu akan diperlombakan melalui rute Stage 2 yang dimulai dari Nirwana Gardens menuju Busung, Tanjung Uban, dan kembali lagi ke Nirwana Gardens. Rute Stage 2 ini lebih pendek dibandingkan dengan Stage 1, hanya 107 km. Pagi itu kami bermaksud untuk mampir ke kantor istri yang berada di dalam kawasan Nirwana Gardens sebelum berangkat ke Batam. Walaupun waktu sudah mepet, kami terpaksa menunggu para peserta lomba lewat dengan senang hati. Yah, dihitung bonuslah melihat start Stage 2 sebelum saya kembali ke Banda Aceh.

20131110-IMG_7299

Stage 2 yang start dari Nirwana Gardens. Kok ketemu mas-mas bertato ini lagi ya..

45 menit kemudian, kami sudah berada di Tanjung uban. Ternyata di beberapa titik, jalan yang menjadi rute lomba ditutup. Kami terpaksa cari jalan mutar untuk sampai di pelabuhan. Untung saja sesampai di pelabuhan tepat sebuah kapal akan berangkat. Andai kami harus menunggu kapal berikutnya, sepertinya saya akan ketinggalan pesawat. “Sayang ya, kita gak sempat main ke Resort Centre-nya Nirwana Gardens. Padahal di sana ada bike depot. Sepeda-sepeda mahal berjejer dipamerkan”, kata istri saya. Yah, mungkin tahun depan saya harus ke sana lagi.

Memang hanya sekelebatan perkenalan saya dengan Tour de Bintan ini. Namun kemeriahan event balap sepeda tahunan ini membekas di hati saya. Diikuti oleh 1.053 peserta dari 31 negara, ajang balap sepeda ini menawarkan total hadiah senilai 10.000 SGD. Mengusung tagline “Now Everyone Can Ride Le Tour”, sepertinya Tour de Bintan menyasar semua pecinta olah raga sepeda, baik yang amatir maupun profesional. Sebagai gambaran untuk tahun depan, biaya pendaftaran tahun ini berkisar antara 115 SGD sampai dengan 295 SGD. Tertarik untuk ikut menikmati keindahan lanskap Bintan sambil berkompetisi balap sepeda?