Road Trip Akhir Tahun: Kampoeng Wisata Cinangneng


Sudah lama sekali sepertinya saya bersama istri melakoni road trip naik motor jarak jauh. Seingat saya terakhir road trip ya dari Banda Aceh ke Meulaboh, dan itu sudah hampir 6 tahun yang lalu. Rasanya ingin merasakan sensasi boncengan motor jarak jauh lagi. Tapi sekarang bertiga, sama Bara.

Berawal dari suatu sore kami jalan-jalan naik motor dengan rute Cisauk – Rumpin – Ciseeng – Gunung Sindur – Setu – Cisauk yang hanya kami tempuh sekitar sejam perjalanan santai, kami sadar bahwa ternyata Kota Bogor itu relatif dekat dari rumah kami. Langsung deh kami segera merencanakan untuk road trip ke Bogor. Terpilihlah Kampoeng Wisata Cinangneng sebagai tempat kami berlibur di akhir pekan terakhir tahun 2019.

Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Kampung Wisata Cinangneng menyediakan guest house yang bisa dipergunakan untuk tamu bermalam. Kami memesan 1 kamar untuk menginap 1 malam melalui situs pemesanan hotel online. Dari rumah kami berjarak tak lebih dari 40 km. Sangat cocok buat road trip santai. Karena ini adalah pertama kali kami bertiga road trip naik motor, maka jarak 40 km sekali jalan saya rasa sudah cukup pas. Tak terlalu dekat dan tak terlalu jauh.

Mengantisipasi cuaca yang mulai masuk musim penghujan di bulan Desember, kami berangkat pada pagi hari, sekitar pukul 08.00. Walaupun kami tahu kalau sesampai di sana sebelum jam 12.00 tentu belum boleh check in, tetapi kami berencana berkeliling-keliling daerah sekitar sana. Cuaca pagi itu berawan. Dari Cisauk kami menuju Ciampea melalui Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Jalanan Rumpin yang biasanya penuh dengan truk-truk besar bermuatan pasir dan batu kali, di pagi hari itu cukup lengang. Di Rumpin ini spot cantik yang kami temui adalah Gunung Munara. Walaupun namanya gunung, tetapi penampakannya seperti bukit, karena tidak terlalu tinggi. Dari jalan raya terlihat indah, sehingga kami menyempatkan untuk berhenti dan mengabadikan gambar. Jalan naik turun dan berkelok sebelum dan sesudah jembatan Grendong yang membelah sungai Cisadane di dekat Pasar Nyungcung juga menarik perhatian kami.

Memasuki wilayah Kecamatan Ciseeng jalanan semakin lengang. Yang sebelumnya masih ada satu dua truk besar yang lewat, mulai tak ada. Ada 2 tempat wisata yang sepertinya menarik yang kami lewati, yaitu Lembah Cisadane dan Pelita Desa Outbond. Kami catat dulu deh dua tempat itu untuk nanti kapan-kapan kami kunjungi. Setelah Ciseeng, kami memasuki wilayah Kecamatan Rancabungur. Di sinilah kami akhirnya memutuskan berhenti untuk sarapan Soto Mie Bogor di pinggir jalan dan beristirahat sebentar di Alfamart. Satu tempat menarik yang kami lewati di Rancabungur ini adalah Kantor Pusat Teknologi Satelit milik LAPAN. Saya baru tahu Indonesia punya pusat teknologi satelit. Keren sekali.

Petualangan semakin menarik begitu memasuki wilayah Kecamatan Ciampea. Jalanan yang tadinya lengang mulai ramai. Macet saat melewati Pasar Lama Ciampea karena jalanan sempit dan mulai banyak angkot. Tapi saya menikmati kemacetan itu. Karena Pasar Lama Ciampea dan sekitarnya ini unik. Dagangan yang dipajang di pinggir jalan sepanjang area pasar unik dan bermacam-macam. “Besok kalau pulang, mampir sini aja dulu. Kita belanja sayur mayur. Pasti lebih segar dan murah”, kata istri saya sumringah. Keunikan lain dari kawasan Pasar Lama Ciampea ini adalah adanya 2 gereja, yaitu GPDI Heben Haezer Ciampea dan Gereja Kristus Ciampea, dan 1 klenteng bernama Ho Tek Bio Ciampea, yang letaknya berdekatan. Salah satu bentuk toleransi umat beragama yang sangat indah.

Tak jauh dari Pasar Lama Ciampea, terdapat sebuah pasar yang letaknya tidak tepat di pinggir jalan, tapi agak masuk ke dalam bernama Pasar Ciampea Indah. Yang menarik dari Pasar Ciampea Indah ini adalah letaknya yang berada di bawah tebing berbatu. Kami berbelok ke sana bukan karena ingin berkunjung ke pasar tetapi karena penasaran dengan tebing berbatunya. Saya jadi teringat perbukitan di sekitar Aceh Besar, mirip sekali.

Satu hal yang selalu ada sepanjang jalan dari Rumpin sampai Ciampea adalah banyaknya penjual durian. Bara yang memang suka banget sama durian sampai minta beli. Tapi kami janjikan esok hari saja saat perjalanan pulang.

Kami sampai di Kampoeng Wisata Cinangneng sekitar pukul 10.00. Karena belum bisa check in, kami hanya titip tas dan lanjut jalan-jalan. Tujuan pertama kali jalan-jalan ke Kampus IPB yang hanya berjarak sekitar 2 km. “Wah, banyak pohon. Adem ya pak di sini. Kalau sudah besar Bara mau ah sekolah di sini”, Bara mulai ngoceh. Sedangkan istri saya mulai napak tilas ketika beberapa tahun lalu pernah short training di sana. Cukup lama sebenarnya kami keliling dan mengajak Bara bermain di IPB yang saat itu sedang sepi. Karena waktu masih menunjukkan pukul 11.00, kami memutuskan mencari tempat wisata yang tak terlalu jauh. Terpilihlah Curug Luhur. Sesampai di sana kami urung masuk karena harga tiketnya cukup mahal kalau hanya untuk sebentar berada di sana. Akhirnya kami kembali ke Kampoeng Wisata Cinangneng.

Ketika kami sampai di Kampoeng Wisata Cinangneng, kamar yang akan kami inapi sedang dibersihkan. Sambil menunggu, kami ditawari untuk makan siang terlebih dahulu. Menginap di Kampoeng Wisata Cinangneng ini memang sudah termasuk paket snack, makan siang dan makan malam untuk dua orang, selain sarapan tentu saja. Makan siangnya bisa diminta mau dimakan saat check in atau saat check out. Sambil menunggu makan siang siap, kami keliling area penginapan. Fasilitasnya cukup lengkap dan sangat cocok untuk liburan keluarga.

Kolam renang berada di tengah-tengah antar kamar tetamu. Tetaman dan area terbuka juga tertata indah dan asri. Di sisi dalam terdapat saung-saung yang memiliki tema beragam. Saung-saung yang berada di taman sekaligus kebun buah itu dipergunakan sebagai sarana kegiatan wisata edukasi. Ada yang sebagai tempat belajar melukis caping, membuat kue tradisional, belajar tari tradisional, belajar gamelan, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut biasanya memang dilakukan sesuai permintaan para tetamu yang melakukan field trip. Kalau Bara sih paling suka main gamelan.

Di bagian belakang penginapan terdapat jembatan bernama Jembatan Pulang Kampungku yang membelah sungai. Cinangneng nama sungai tersebut yang menjadi pusat aktivitas warga. Di sisi seberang sungai terdapat beberapa petak sawah. Kami bebas bermain di sawah dan di sungai. Sayangnya saat itu debit air sedang melimpah dan arusnya deras, sehingga saya tidak berani mengajak Bara bermain air di sungai. Saat ada field trip, bahkan disediakan kerbau yang siap diajak membajak sawah dan dimandikan ramai-ramai di sungai.

Makan siang sudah terhidang. Rasanya cocok dengan lidah saya. Menunya sayur asam khas sunda ditemani ayam goreng. Porsinya yang banyak lebih dari cukup untuk kami bertiga. Menu makan malam yang dihidangkan saat malam hari juga enak. Nasi putih ditemani ayam kecap, mie goreng, sayur tumis, dan buah semangka. Tapi sarapannya menurut saya agak kurang dibandingkan makan siang dan malam, yaitu nasi goreng dan telur dadar saja. Kudapan sore yang disajikan berupa kue cucur dan teh panas juga enak.

Kami menginap di kamar Sungai, yaitu kamar paling ujung dekat sungai. Kami suka kamarnya. Walaupun letaknya agak ke pinggir, bukan di depan kolam renang pas, tetapi suara aliran air sungai yang mengalir deras malah menambah suasana damai. Fasilitas di dalam kamar juga di luar ekspektasi kami. Kamarnya luas dan terdapat 2 tempat tidur, 1 besar dan 1 kecil. Padahal saya pesan kamar yang berisi 1 tempat tidur berukuran besar karena masih cukup untuk kami bertiga. Tersedia meja rias dan sebuah lemari yang cukup besar. Kamar mandinya pun bersih dan di luar dugaan, air panasnya mantap dan sampo serta sabunnya wangi dan lembut. Terdapat pula sofa di dalam dan luar kamar yang sangat berguna saat malam harinya datang sahabat kami yang tinggal di Bogor menyempatkan berkunjung. Mungkin kekurangan kecil adalah tidak disediakan sikat gigi di kamar mandi, channel TV yang terbatas dan gambarnya tidak jernih, serta posisi TV yang kurang enak ditonton sambil tidur di tempat tidur.

Sore hari kami habiskan waktu untuk berenang. Terdapat 1 kolam renang berukuran besar yang dibagi menjadi 2, yang dalamnya sekitar 1 meter dan 2 meter. Kolam yang dalamnya 1 meter cukup bersih tapi yang dalamnya 2 meter dasar kolamnya sangat kotor. Mungkin yang sering dipakai adalah kolam yang pendek. Sore itu hujan rintik-rintik menemani saya dan Bara bermain air di kolam.

Esok pagi yang sangat sejuk cocok sekali untuk berjalan-jalan keliling kampung sambil menghirup udara segar. Bara yang biasanya kalau hari libur di rumah suka bangun siang, dengan senang hati ikut bangun pagi. Kami menyusuri persawahan dan melihat bebek di dalam kandang di sisi jauh sawah. Sedangkan para penduduk desa memanfaatkan air sungai untuk mencuci pakaian di pagi itu.

Kami meninggalkan Kampoeng Wisata Cinangneng sekitar pukul 10.00 pagi. Mumpung cuaca sedang cerah. Jaga-jaga kalau di perjalanan turun hujan. Sebelum meninggalkan wilayah Ciampea kami mampir makan (menjelang) siang di Waroeng Nasi Djembat yang menjual masakan khas sunda. Kami memesan pepes ayam, pepes tahu, lalapan, tumis jamur, bakwan jagung, dan teh tawar panas. Rasa masakannya enak, saya suka sekali. Tetapi harganya cukup mahal. Ya, sekali-sekali tak apalah. Untuk menuntaskan rasa penasaran.

Dalam perjalanan pulang, sepanjang jalan misi kami adalah membeli buah durian karena Bara sejak kemarin tak sabar minta durian. Bahkan sempat nangis lama di malam hari karena dia sudah pengen banget durian. Beberapa tempat kami datangi namun kurang memuaskan rasa duriannya anyep. Tapi untuk memenuhi janji kami sama Bara akhirnya kami tetap membeli durian setelah dapat harga dan rasa yang cocok.

Sekitar pukul 12.00 kami sampai di rumah yang dilanjut dengan Bara berpesta durian. “Bapak Ibu gak boleh makan durian lah. Ini duriannya Bara kok”, kata anak lanang tidak mau berbagi. Terserah kamu saja Nak. Bapak sama Ibu mau beli durian lagi saja.

Ini adalah pengalaman pertama kami road trip naik motor yang cukup jauh. Rasanya menyenangkan dan sepertinya akan kami ulang lagi di waktu yang akan datang.